Pandemi Corona

Survei Indikator Klaim Kepercayaan Publik ke Terawan dan Jokowi Naik Selama Pandemi

Pengamat politik menilai kebijakan pemerintah mungkin direspons positif masyarakat daerah. Sementara di Twitter, citra keduanya terpuruk.
Survei Indikator Sebut Kepercayaan Publik ke Terawan dan Jokowi Naik Selama Pandemi
Mural soal Covid-19 di Surabaya, Jawa Timur. Foto oleh Juni Kriswanto/AFP

Survei dari sebuah lembaga politik memuat kesimpulan mengejutkan. Kepercayaan publik disebut naik ketika Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto selama berbulan-bulan tak tampil di media sama sekali. 

Menkes Terawan sebagai salah satu ujung tombak satgas penanggulangan pandemi, masih gagal mengendalikan wabah, membuat gelombang pertama Covid-19 tak kunjung selesai saat negara lain mulai menghadapi terjangan gelombang kedua. Survei dirilis oleh Indikator Politik Indonesia (IPI) yang menyebut tingkat kepercayaan publik kepada Menkes meningkat jadi 45 persen.

Iklan

Rinciannya: responden yang sangat percaya 1 persen, cukup percaya 44,6 persen, biasa saja 30,9 persen, tidak percaya 15 persen, dan sangat tidak percaya 20 persen. Nilai ini sekilas terlampau bagus melihat absennya nama Terawan dalam berbagai unit khusus bentukan Presiden untuk mengentaskan wabah.

 “Ini masih lebih baik dibanding apa yang muncul di Twitter. Di Twitter itu kan saya kira enggak sampai 20 persen yang puas. [Hasil ini] sedikit mengalami kenaikan dibanding bulan sebelumnya, tetapi juga tidak beda jauh dibanding tren-tren sebelumnya,” ujar Direktur Eksekutif IPI Burhanudin Muhtadi dalam konferensi pers daring, Minggu (18/10), dilansir Kompas.

Angka disebut meningkat karena pada Juli, IPI mendapati cuma 36,7 persen responden yang percaya sama Pak Terawan. Survei dilakukan pada 24-30 September 2020 menggunakan metode sampel acak dari 1.200 responden dengan margin of error 2,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.

Pindah ke bos Terawan, kepercayaan publik kepada Presiden Joko Widodo dianggap IPI cenderung stabil, sebesar 57,7 persen. Burhanuddin menjelaskan selama beberapa tahun terakhir tingkat kepuasan publik pada Jokowi konsisten sekitar 60 persen.

“Bahkan pandemi itu tidak mampu menurunkan kepuasan terhadap kinerja Presiden,” tambah Burhanuddin. Bantuan sosial jadi salah satu faktor penentu kepuasan masyarakat pendidikan dan pendapatan rendah selama pandemi. Angka kepercayaan kepada Jokowi juga mengalami kenaikan dari Juli lalu sebesar 52,6 persen. Selain itu, kepercayaan terhadap pemerintah pusat naik dari 55,3 persen (Juli) menjadi 60,5 persen (September).

Iklan

Hasil pamungkas survei ini, sebanyak 54,3 persen responden menganggap pandemi Covid-19 di Indonesia terkendali dan 90,2 persen responden menganggap TNI dan Polri bisa menangani kejahatan selama pandemi. Penjabaran lengkap bisa dibaca di sini. Melihatnya, beberapa netizen meragukan hasil survei.

Saat dimintai pendapatnya terkait hasil survei, pengamat politik Muhammad Qodari menjelaskan bagi banyak kelompok masyarakat, pandemi tidak dilihat sebagai masalah kesehatan, melainkan masalah ekonomi.

“Pertama, kalau melihat hasil survei pilkada yang saya lakukan di daerah, memang sebetulnya wajah Covid di daerah itu bukan tampil sebagai masalah kesehatan, tapi tampil sebagai masalah ekonomi. Saat saya tanya apa masalah paling penting di kabupaten/kota/provinsi, saya menduga nomor satu adalah Covid. Tapi ternyata, sangat dominan masalah lapangan kerja, masalah ekonomi,” ujar Qodari kepada VICE.

Qodari menilai, pilihan Jokowi untuk tidak lockdown akibat kepentingan ekonomi dilihat sebagai pilihan yang cukup sejalan dengan persepsi masyarakat.

“Khusus Menkes, memang kelihatannya perdebatan terkait kinerja Menkes lebih banyak pada level elite ya, tapi bukan pada level masyarakat bawah. Kalau bicara masyarakat bawah, lebih kepada soal ekonomi. Kalau sudah soal ekonomi ya, asosiasinya lebih kepada Pak Jokowi,” tutup Qodari.