tren Koleksi Batu Kristal di TikTok untuk menyelesaikan masalah hidup
Kolase: Philipp Sipos Emily Bernal; USGS; Terriell Scrimager; Hao Zhang; Photoholgic; Jose G. Ortega Castro; Zdeněk Macháček; James Kovin; Pedro Miguel Aires; Unsplash
TikTok

Maaf Sob, Koleksi Batu Kristal Seperti di TikTok Tak Bisa Selesaikan Masalah Hidup

Banyak orang percaya mengoleksi batu kristal dapat mewujudkan segala yang kita inginkan, dari cepat punya pacar hingga mengobati depresi. Tapi kenyataannya, semua manfaat itu belum terbukti.

Koleksi batu kristal sudah cukup lama ngetren di media sosial, terutama di kalangan influencer yang berbagi konten spiritual. Bongkahan batu cantik ini diyakini mampu mengusir energi negatif, sehingga banyak orang memajangnya di setiap sudut rumah karena alasan tersebut. Beberapa bahkan memakainya sebagai liontin kalung agar lebih terasa manfaatnya. Namun, terlepas dari klaim tersebut, tak sedikit pula yang mengoleksinya agar rumah terlihat lebih estetik.

Iklan

Belakangan ini, setiap main TikTok, saya sering sekali mendapat rekomendasi video seputar manfaat batu kristal bagi kesehatan fisik maupun batin. Saya pribadi kurang percaya beginian, jadi saya yakin rekomendasi itu bisa muncul setelah saya terlalu lama menonton salah satu videonya yang masuk ke FYP. Dengan tagar #Crystaltok, kebanyakan video menampilkan anak muda memamerkan batu warna-warni yang katanya punya segudang manfaat.

Batu kristal terbentuk karena pengaruh tekanan dan suhu tinggi di dalam bumi, dan hasil olahannya telah disulap menjadi perhiasan selama ribuan tahun. Akan tetapi, seiring meningkatnya minat publik terhadap spiritualitas, batu kristal memperoleh fungsi baru sebagai alat pengobatan alternatif. Industri yang bernilai triliunan Rupiah mencatat lonjakan permintaan yang luar biasa sejak pandemi, dan mayoritas pembelinya anak muda yang terkena demam batu kristal dari TikTok.

Ledakan popularitas ini mungkin disebabkan oleh tingginya keresahan anak muda terhadap situasi dunia yang rumit dan serba tidak pasti. Lelah menghadapi pandemi yang tidak berkesudahan, lalu disusul berita perang dan krisis ekonomi, akhirnya mendorong mereka untuk mencari ketenangan melalui pendekatan spiritualitas.

Buktinya, tagar #crystaltok telah digunakan lebih dari empat miliar kali di TikTok. Sebagian besar videonya pun menjanjikan hal-hal positif yang mampu diwujudkan dengan mengoleksi batu kristal, seperti cepat dapat pacar, membuat orang tua lebih sayang sama kita, mendapat nilai bagus hingga kulit yang mulus. Semua klaim itu terdengar absurd dan tidak masuk akal, tapi jelas-jelas targetnya anak muda yang gampang termakan iklan.

Iklan

Namun, trennya menjadi sangat mengkhawatirkan ketika orang percaya batu kristal juga dapat membantu kita sembuh dari penyakit dan masalah kejiwaan. Batu amethyst, howlite dan hematite diduga dapat meredakan nyeri haid. Obsidian hitam dapat “mengobati depresi”, sedangkan celestite mampu mengatasi gejala Borderline Personality Disorder. Bloodstone bahkan dipercaya bisa menyembuhkan batuk

Semua khasiat ini belum terbukti secara ilmiah. Studi yang diterbitkan pada 2001 mengusulkan efek positif yang dirasakan dari batu kristal kemungkinan hanya sugesti. Peserta penelitian dibagi menjadi dua kelompok untuk menjalani pengobatan batu kristal, tapi salah satu kelompok diberi batu palsu. Semua peserta melaporkan merasa lebih baik setelah pengobatan, tetapi tidak ada perbedaan signifikan di antara kedua kelompok.

Maraknya penjualan batu kristal palsu menjadi masalah selanjutnya. Sebagai orang awam, kita sulit membedakan mana batu asli, dan mana yang terbuat dari resin dan plastik. Para kolektor batu kristal di TikTok tampaknya sudah menyadari ini, dan mulai memberikan tips dan trik menemukan batu kristal asli.

Tahun lalu, YouTuber Courtney Violetta mengunggah video yang menceritakan pengalamannya jualan batu kristal di masa lalu. Menurutnya, tren spiritualitas yang beken di masyarakat terlalu mementingkan materi. “Kita aslinya tidak butuh benda apa pun untuk terhubung dengan diri sendiri dan menjadi lebih bijak,” terangnya. Violetta menyesal telah menghambur-hamburkan uangnya karena penasaran dengan manfaat koleksi batu kristal.

Dia juga tersadar setelah berdagang kristal, bahwa banyak pelanggannya membutuhkan bantuan profesional. Namun, mereka mengesampingkan fakta itu dan malah mengandalkan pengobatan alternatif dengan harapan bisa cepat bahagia lagi. “Saya merasa bersalah telah menjual kristal, racikan tradisional atau lilin kepada mereka, padahal yang mereka butuhkan adalah bantuan profesional,” tuturnya. “Saya rasa mereka percaya masalah akan hilang dalam sekejap setelah membeli barang-barang ini.”

Violetta mengaku masih percaya dengan pancaran energi positif dari batu kristal, tapi dia sadar bongkahan batu takkan bisa menyelesaikan masalah hidup begitu saja. Kalau kamu ingin dapat nilai bagus atau kulit mulus, satu-satunya cara yang bisa kamu lakukan yaitu berusaha keras mewujudkannya. Bukan malah mengoleksi batu.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Germany.