KDRT

Bintang TikTok Bunuh Istri, Kasus Teknologi Pengintaian Jadi Pemicu KDRT

Bintang TikTok Ali Nassar Abulaban menginstal aplikasi pemantau di iPad untuk mengupi percakapan istrinya. Aplikasi macam ini makin populer di berbagai negara.
aplikasi pemantau stalkware di gawai makin populer untuk iPad dan iPhone bisa memicu KDRT
Foto: JinnKid Youtube

Pekan lalu, lelaki yang terkenal memparodikan karakter “Skyrim IRL (In Real Life)” di TikTok tersandung kasus pembunuhan yang menewaskan istrinya dan seorang lelaki.

Ali Nassar Abulaban dengan sadis membunuh Ana Abulaban (29) dan temannya Rayburn Barron (28). Berbagai laporan media menyebut dia dibutakan rasa cemburu ketika mendengar percakapan mereka berdua melalui aplikasi yang diam-diam dia instal di iPad milik putrinya untuk memantau keadaan sekitar.

Iklan

Melansir NBC 7 San Diego yang mengutip jaksa, Abulaban diduga merusak rumah dan memasang aplikasi tersebut pada Kamis pagi waktu setempat. The New York Post menambahkan, Abulaban secara khusus “mendengarkan” obrolan istri dan Barron melalui aplikasi tersebut. Mereka terdengar seperti tertawa bersama. Menurut pemberitaan, dari situlah, dia pulang ke rumah dan menembak mereka berdua.

Insiden tersebut secara gamblang menunjukkan ancaman nyata teknologi stalkware, yang secara khusus dirancang untuk memata-matai tindakan seseorang tanpa sepengetahuan mereka. Namun, ini juga menyoroti risiko penyalahgunaan aplikasi monitor keluarga; perangkat lunak yang mungkin diiklankan untuk mengawasi anak-anak, tapi bisa menjadi faktor terjadinya kekerasan dalam rumah tangga.

“Pelaku sudah terbiasa menggunakan perangkat anak untuk memata-matai penyintas,” ujar Eva Galperin, direktur keamanan siber di Electronic Frontier Foundation, ketika dihubungi Motherboard melalui telepon. “Keuntungan dari memata-matai perangkat anak yaitu meski mereka tidak memiliki akses fisik ke perangkat korban, mereka bisa sepenuhnya mengakses perangkat anak, tak diragukan lagi. Sering kali mereka memiliki kekuasaan untuk mengontrol perangkatnya. Terkadang perangkat itu milik mereka sendiri.”

Iklan

Jenis stalkware yang lebih terang-terangan mengiklankan aplikasinya sebagai alat pelacak pasangan yang selingkuh cenderung dikembangkan untuk ponsel Android. Alasannya karena Android memungkinkan pengguna menginstal perangkat lunak dari situs atau layanan berbagi file tertentu, jadi bukan dari Play Store. Dengan kata lain, pengguna dapat meng-”sideload” atau memindahkan aplikasi ke perangkat mereka dengan menginstal file APK secara langsung.

Namun, laporan menunjukkan Abulaban menginstal aplikasi ke iPad. Kecuali perangkat anaknya di-jailbreak—meski bisa saja terjadi, kemungkinannya cukup kecil—aplikasi semacam ini berarti diinstal langsung dari App Store resmi. Apple tidak mengizinkan stalkware di platform-nya. Namun, ada beberapa aplikasi memonitor anak yang tersedia di App Store. Fungsinya kurang lebih mirip teknologi pemantau, dan aplikasinya bisa digunakan untuk mengawasi pengguna perangkat.

Ketika ditanya aplikasi apa yang digunakan pelaku, Tanya Sierra selaku staf humas Kantor Kejaksaan Distrik San Diego menjelaskan lewat email tidak dapat membahas fakta atau bukti dari kasus terbuka.

Jika memang benar Abulaban menggunakan aplikasi monitor anak, ini menunjukkan bagaimana teknologi yang tidak ditujukan untuk hal semacam itu dapat disalahgunakan. Peristiwa ini juga menunjukkan konsekuensi yang nyata dari KDRT, dan lebih khusus lagi dari pengintaian ponsel dan perangkat yang dilakukan oleh pasangan abusif. 

Dulu, para ahli di industri keamanan siber tak pernah menanggapi stalkerware secara serius, sebagian karena teknologi ini bukanlah bidang penelitian yang menarik secara teknis. Meski telah berubah dalam beberapa tahun terakhir, teknologi semacam stalkerware dan pemantau perangkat tetap menjadi alat yang dimanfaatkan pelaku KDRT. Kasus pembunuhan yang menjerat Abulaban hanyalah contoh terbarunya, serta menunjukkan skenario terburuk dari penggunaan aplikasi pengintai.