Pandemi Corona

Kebisingan Akibat Manusia Turun Drastis Selama Pandemi Corona

Ini keheningan terpanjang dalam waktu yang sangat lama dirasakan planet bumi, menurut penelitian ilmuwan.
Gavin Butler
Melbourne, AU
jalanan kosong
Foto oleh Sean Foster

Sejak virus corona jenis baru melanda dunia, manusia semakin jarang beraktivitas di luar rumah. Dengan demikian, kebisingan yang disebabkan manusia juga berkurang.

Setelah menganalisis data dari 300 stasiun seismik, tim peneliti dan seismolog internasional menemukan kebijakan lockdown yang diterapkan hampir di seluruh dunia mampu menurunkan getaran seismik hingga 50 persen, menjadikannya pengurangan “kebisingan antropogenik” terbesar pertama yang pernah tercatat. Kebisingan ini biasanya disebabkan oleh gerakan manusia, moda transportasi dan pembangunan.

Iklan

Para ilmuwan yakin ini pertama kalinya Bumi begitu sunyi sejak manusia mengembangkan teknologi yang bisa mencatat getaran. Mereka menyebutnya “anthropause”.

“Pencatatan kebisingan seismik yang lebih rendah ada kaitannya dengan pengurangan aktivitas manusia,” ujar Profesor Martha Savage, peneliti dan akademisi geologi dari Victoria University of Wellington di Selandia Baru.

Profesor Martha mendefinisikan kebisingan seismik sebagai “getaran tingkat rendah yang disebabkan oleh manusia”. Dia melanjutkan, “Getaran seismik paling terasa di daerah perkotaan, tapi sekarang peneliti bisa merasakannya di lokasi paling terpencil sekalipun di Afrika Sub-Sahara.”

Seismograf biasanya digunakan untuk mengenali potensi bencana dan aktivitas gunung berapi, tetapi bisa juga untuk mengukur getaran pada permukaan Bumi yang berasal dari aktivitas manusia. Lockdown memaksa manusia mendekam di rumah, sehingga kebisingan seismiknya berangsur-angsur mengalami penurunan.

Para ilmuwan memvisualisasikan penurunan kebisingan sebagai “gelombang” yang bergerak di seluruh dunia, dari Tiongkok, Italia sampai ke negara-negara lain.

Gelombangnya dilacak menggunakan hasil pengukuran kebisingan seismik dan data anonim Google dan Apple Maps yang menunjukkan gerakan manusia. Para peneliti kini memperkirakan metode serupa bisa digunakan untuk “mendengarkan” gerakan populasi dan melacak mobilitas manusia tanpa melanggar privasi mereka.

Seismolog Dr Thomas Lecocq dari Royal Observatory of Belgium berpendapat data seismik terbuka bisa dijadikan perantara untuk melacak aktivitas manusia pada waktu yang hampir bersamaan, yang pada gilirannya dapat menawarkan pandangan seperti apa lockdown memengaruhi kehidupan seseorang serta pemulihan pandemi.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE US.