FYI.

This story is over 5 years old.

Dunia kebut-kebutan

Gara-gara Seri Film ‘Fast and the Furious’, Banyak Orang Menyetir Seenaknya

Kelompok peneliti dari Universitas Harvard dan Duke mencatat ada peningkatan pelanggaran lalu lintas setiap kali Fast and Furious dirilis.
cuplikan film Fast an Furious milik Universal Pictures

Hampir dua puluh tahun yang lalu, dalam film The Fast and the Furious, maniak otomotif botak Dominic Toretto mengatakan ke dunia, “I live my life quarter mile at a time.” Dalam seri yang sudah menelurkan delapan film sejauh ini, dan kabarnya masih ada dua lagi menyusul, Toretto yang diperankan oleh Vin Diesel telah berevolusi dari seorang antihero—penjahat berbahaya yang penuh pesona—menjadi seorang kepala keluarga. Tapi tetap saja film-film The Fast and the Furious penuh dengan adegan kejar-kejaran mobil seru yang membuatnya menjadi fenomena global.

Iklan

Tiga orang peneliti dari Harvard dan Duke bertanya apabila menonton bintang film melakukan adegan stunt menyetir tidak masuk akal selama dua jam bisa mempengaruhi cara penonton menyetir mobil mereka sendiri. Apa mereka keluar dari bioskop terinspirasi oleh Dominic Toretto, dan langsung ngepot di lapangan parkir?

Ini adalah variasi dari sebuah pertanyaan yang rumit: Bagaimana media yang kita konsumsi (acara TV, film, video game, musik, dan bahkan buku) mempengaruhi kelakuan kita? Apakah menonton perilaku buruk dalam sebuah film membuat kita cenderung ikut-ikutan melanggar peraturan, biarpun dalam skala yang lebih kecil?

Menulis untuk blog “Upshot” di New York Times, para peneliti menulis bahwa beberapa penelitian menyiratkan hubungan antara konsumsi media dan perilaku mengambil risiko; mereka menyebutkan “seks tanpa proteksi, minum-minum tanpa henti, ngebut, dan bahkan kekerasan.” Dan sebuah analisis-meta (menggabungkan data dari banyak studi) menunjukkan hubungan antara apa yang disebut sebagai “media yang memuja kelakuan berisiko” dan perilaku orang yang mengkonsumsinya.

Tapi di sini masalahnya. Korelasi antara perilaku mengambil risiko dan hobi menonton film yang memuja perilaku mengambil risiko tidak menjelaskan apabila film yang menyebabkan kelakuan tersebut. Kita hanya tahu bahwa dua kegiatan tersebut terjadi bersamaan. Tidak aneh apabila seseorang yang suka dengan otomotif juga akan tertarik dengan karakter film yang menyukai hal yang sama.

Iklan

Studi-studi tersebut juga biasanya dilakukan terpisah; mereka hanya mengukur kelakuan, tapi terpisah dari lingkungan kehidupan nyata. Maka para peneliti memilih melihat apa yang disebut “eksperimen alami”—ketika sesuatu terjadi di dunia nyata dan bisa diteliti efeknya secara mendetail. Di Belanda misalnya, angka kejahatan kekerasan justru menurun setelah game Grand Theft Auto dirilis. Ini membuktikan bahwa video game justru memberikan pelampiasan bagi nafsu kekerasan manusia. Namun, di penemuan yang lebih suram, peneliti menemukan bahwa pencarian Google berhubungan dengan bunuh diri justru meningkat setelah Netflix merilis seri 13 Reasons Why yang mendramatisasi isu bunuh diri di kalangan remaja.

Oke, mari kembali ke The Fast and the Furious. Setiap kali film baru TFATF dirlis, ini menyediakan kesempatan bagi peneliti untuk melakukan eksperimen alami, menggunakan data pelanggaran lalu lintas dari Montgomery County, Maryland, untuk memeriksa sekitar 192.892 tiket pelanggaran yang dikeluarkan pihak otoritas dari 2012 hingga 2017.

Kurun waktu ini mencakup minggu pertama perilisan tiga film terbaru TFATF. Para peneliti menganalisis angka kecepatan rata-rata para pengemudi yang melebihi anjuran kecepatan setiap harinya. Dan ajaibnya, setelah membandingkan tiga minggu sebelum film TFATF dirilis dengan tiga minggu setelahnya, mereka melihat angka rata-rata kecepatan mengemudi naik hampir 20 persen.

Dengan kata lain, orang-orang terbukti mengemudi lebih cepat. Peneliti juga menemukan bahwa kecenderungan ngebut juga melonjak. Tidak banyak pengemudi yang menyetir lebih dari 64 kilometer per jam di atas anjuran kecepatan, tapi setelah perilisan film TFATF, angka ini meningkat dua kali lipat, mengambil sekitar 2 persen dari semua jenis pelanggaran. Lebih lagi, para peneliti menggunakan data lokasi dan menemukan bahwa peningkatan aksi ngebut ini terjadi di sekitar lokasi bioskop, dalam radius 3.2 kilometer.

Ya, bisa saja ini kebetulan semata. Tapi peneliti tidak menemukan korelasi yang sama antara film baru the Hunger Games dengan perilaku mengebut; mereka juga menemukan bahwa peningkatan angka pengemudi yang mengebut juga tidak terjadi di tahun sebelumnya ketika tidak ada perilisan film TFATF baru. Perlu diingat bahwa analisis ini juga tidak dirilis dalam peer-reviewed journal. Mungkin kamu juga akan tertarik membaca kicauan dari Anupam Jena, seorang ahli ekonomi, dokter, profesor di Harvard Medical School yang juga terlibat dalam analisis tersebut:

Data tersebut juga tidak menjelaskan banyak kelakuan berisiko lainnya yang mungkin dipengaruhi oleh media. Ini informasi yang cenderung umum—tidak mencakup umur pengemudi atau jenis mobil, misalnya—dan hanya berlaku di satu wilayah AS dalam periode lima tahun. Namun tetap saja para peneliti mengatakan ini bukti yang cukup untuk mengatakan bahwa banyak orang yang menonton Dominic Toretto ngebut-ngebutan di jalanan cenderung ingin melakukan hal yang sama. Yah, siap-siap aja nanti kalo film baru The Fast and the Furious nongol lagi.