FYI.

This story is over 5 years old.

penelitian

Ikan Jadi Horni dan Mabuk Gara-Gara Air Limbah Narkoba Bekas Konsumsi Manusia

Ilmuwan menemukan data bila berbagai substansi narkoba yang terbuang ke sungai dan laut memicu konsekuensi aneh bagi ikan.
Gavin Butler
Melbourne, AU
Penelitian: Ikan Jadi Horni dan Mabuk Gara-Gara Air Limbah Narkoba Bekas Konsumsi Manusia
Ilustrasi ikan emas yang nampak mabuk (padahal mah mukanya emang begitu). Sumber foto via Shutterstock

Narkoba punya dampak buruk bagi manusia, semua orang juga tahu. Tapi tahukah kalian, kebiasaan mengonsumsi narkoba turut berdampak pada perilaku binatang—khususnya ikan.

Banyak orang menyiram bekas pil atau bubuk narkoba ke toilet begitu saja, karena satu dan lain hal. Jangan lupa, ada juga sekian balok-balok kokain selundupan hilang di laut. Belum lagi air kencing dari orang yang pernah mengkonsumsi ekstasi bisa masuk ke berbagai saluran pembuangan. Boleh dibilang, sumber air di berbagai negara sudah tercemar zat-zat substansi psikotropika yang disalahgunakan manusia.

Iklan

Akumulasi zat-zat tersebut menyebar lewat selokan, limpasan, dan banyak lagi saluran lain. Air limbah berisi substansi narkoba itu turut menghasilkan semacam “sup narkoba”. Sup ini, sayangnya, menimbulkan berbagai dampak aneh pada ikan.

Awal 2019, sebuah penelitian yang diterbitkan tim akademisi dari University of Naples menemukan data kandungan kokain beberapa aliran sungai, membuat ikan penghuninya bersikap “hiperaktif". Pada 2015, peneliti dari University of Wisconsin-Milwaukee menemukan indikasi bahwa jenis obaat penahan rasa sakit (mengandung opium) menyebabkan spesies ikan tertentu menunjukkan ciri-ciri intersex. Penelitian lain dari Monash University menemukan data bila air mengandung Prozac membuat ikan jadi lebih 'horni' dari biasanya.

Kandidat doktor Michael Bertram turut menyelidiki efek fluoxetine, bahan aktif dalam obat penahan rasa sakit Prozac, pada berbagai spesies hewan air. Dia memberi dosis tinggi dan rendah kepada beberapa jenis ikan pejantan.

"Uji coba ini membuktikan untuk pertama kalinya bahwa paparan fluoxetine pada tingkat yang konsisten dapat mengganggu perilaku reproduktif dan produksi sperma ikan jantan," tulis Michael dalam sebuah artikel untuk Jurnal Science Trends.

"Secara spesifik, dalam uji perkembangbiakan, ikan jantan yang terpapar fluoxetine dalam dosis tinggi lebih sering berhubungan dengan ikan betina, dibanding ikan yang tidak terpapar zat fluoxetine sama sekali."

Iklan

Pendek kata, fluoxetine membuat ikan jadi lebih 'mesum', karena produksi sperma mereka melonjak. Para peneliti mengamati ikan jantan yang terpapar fluoxetine menghabiskan lebih banyak waktu mengejar ikan betina, ketimbang ikan yang hidup di lingkungan air bersih. Oleh karena itu, Michael menduga ikan liar yang terpapar Prozac akan lebih sering berkembang biak daripada kawan-kawan mereka yang tidak mabuk akibat limbah narkoba.

"Mengingat ikan jantan yang terpapar fluoxetine lebih sering berkembang biak dan memproduksi jumlah sperma lebih banyak, dapat diduga bahwa di lingkungan alaminya ikan jantan yang tinggal di air tercemar kemungkinan lebih sukses dalam hal pembuahan," kata Michael.

Lho, itu bukan kabar buruk dong? Eits tunggu dulu. Saat diwawancarai IFLScience, peneliti lain menjelaskan ikan jantan yang horni akibat air limbah narkoba berpotensi menjadi semakin tak terpuaskan. Dampaknya, mereka hanya sange melulu, sehingga rentan terhadap predator, dan mengkonsumsi lebih sedikit makanan. Si peneliti khawatir, pejantan yang sangean juga mengganggu populasi ikan betina.

Beberapa ikan, seperti cupang, terkenal karena kecenderungan seksualnya, termasuk memaksa calon pasangan menghabiskan banyak waktu menghindarinya. Jika agresivitas itu ditambah Prozac yang meningkatkan libido, para peneliti khawatir ikan betina memilih tidak kawin, daripada repot menghadapi lonjakan para pejantan mesum. Risikonya, bisa saja perkembangbiakkan beberapa jenis ikan terpengaruh.

Jadi, jangan pernah merasa narkoba cuma berpengaruh ke diri kalian sendiri ya!

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Australia