Menerawang Masa Depan BTS, Psy, dan Crossover K-pop Lainnya
Dicuplik dari Youtube

FYI.

This story is over 5 years old.

musik korea

Menerawang Masa Depan BTS, Psy, dan Crossover K-pop Lainnya

Boyband K-pop BTS baru saja mengalahkan rekor Taylor Swift untuk video musik paling banyak ditonton dalam waktu 24 jam.

Kurang lebih sekitar enam tahun lalu, dunia terjangkit virus “Gangnam Style,” sebuah lagu konyol yang ternyata berpengaruh besar terhadap masa depan musik pop internasional.

PSY dan tarian ala menunggang kuda miliknya menjadi sensasi internasional dan semuanya terjadi berkat YouTube—platform yang menjadikan Mr. Park Jae-sang dilirik oleh Scooter Braun, dikontrak oleh sebuah label AS dan “Gangnam Style” menjadi langganan chart dan hit radio di Amerika. Setahun kemudian, PSY masih memiliki video musik paling banyak ditonton sepanjang masa, tapi memang rilisan-rilisan berikutnya dari rapper asal Korea Selatan tersebut tidak memiliki dampak yang sama. Namun, fenomena PSY mengakibatkan pasar AS mulai percaya bahwa musisi Korea dan K-Pop layak diperhitungkan. Pada Juli 2013, Google melaporkan bahwa jumlah views musisi Korea meningkat tiga kali lipat pasca perilisan “Gangnam Style.” Video musik resmi musisi Korea ditonton lebih dari 2.2 miliar secara global sebelum era PSY, dan setelahnya, angka ini meloncat menjadi tujuh miliar setahun kemudian. Di Amerika, konsumsi musik K-pop meningkat dua kali lipat. Superstar macam Girls’ Generation, G-Dragon, HyunA, dan Highlight (dulu bernama Beast) menuai perhatian terbanyak.

Iklan

Maju ke 2018 dan BTS baru saja memecahkan rekor YouTube secara lebih sensasional dibanding PSY. Band K-pop tersebut telah melampaui rekor streaming Taylor Swift lewat video single baru mereka “Idol,” kini resmi menjadi video paling banyak ditonton dalam 24 jam dan video tercepat mencapai angka 100 juta view. Masa depan BTS dan banyak grup K-pop lainnya sangat cerah.

Menurut laporan Billboard yang dikutip dari juru bicara YouTube, “Idol” mendapatkan 45 juta view dalam 24 jam pertama, mengalahkan video Taylor Swift “Look What You Made Me Do.” Single dari album Reputation tersebut mencetak 43,2 juta view di hari pertama, jelas berkat narasi kebangkitan kultur pop Taylor Swift setelah disebut sebagai “licik (snake)” oleh Kanye West dan Kim Kardashian. “Idol” tidak diimbuhi dengan slek selebritas ataupun cameo apapun. BTS bisa saja meminta Nicki Minaj untuk memfilmkan satu bait di versi alternatif single tersebut, tapi mereka justru merilis sebuah video baru.

Banyak mata akan selalu tertuju ke YouTube, sebuah platform yang didesain untuk membuatmu terus menonton, ngeklik, dan berinteraksi dengan kontennya sama seperti situs media sosial-media sosial terbaik lainnya. Ini, menurut saya, adalah kunci dari perkembangan digital K-pop.

Untuk informasi, saya memang menonton banyak video K-pop. Tapi setelah menonton “Idol” (lagi) lewat Google Chrome, saya bukan saja mendapat rekomendasi konten BTS terkait lainnya (termasuk behind-the-scene dari syuting video “Idol”, versi penampilan live “Idol,” dan video lirik untuk track album baru BTS “Trivia: Seesaw”), tapi juga video dari artis K-pop lainnya: termasuk video “K-Pop Stars React” menampilkan MOMOLAND, plus beberapa rilisan terbaru boyband lainnya, Pentagon dan tembang hip-hop catchy mereka “Shine” dan juga “My Pace” besutan Stray Kids—dua grup yang kerap dibandingkan dengan BTS berkat gaya mereka yang unik.

Iklan

Jujur, video BTS menampilkan tujuh cowok-cowok ganteng dengan suara keren dan tarian memukau, ditambah visual yang menceritakan kisah mendalam dan membutuhkan perhatian penuh penontonnya. Apabila salah satu dari aspek-aspek barusan menarik perhatian seorang penonton baru BTS, misalnya kamu doyan formasi tarian mereka, kamu sudah pasti akan menikmati video dari Stray Kids atau Pentagon. Saya juga direkomendasikan sebuah video musik penulis lagu remaja Billie Eilish, yang pernah dipromosikan oleh anggota BTS, RM lewat Twitter. (YouTube itu pinter loh.)

Bagi puluhan ribu fans baru yang membeli musik BTS dan rajin datang ke konser mereka untuk melihat RM, Jimin, J-Hope, Jin, Suga, V, dan Jungkook secara langsung, sudah pasti mereka akan ngeklik sana sini dan menemukan musik baru yang mungkin akan memberikan sensasi yang serupa. BTS melakukan debutnya pada 2013 dan belum benar-benar meraih ketenaran hingga 2015, tapi penjualan album musisi K-pop terus meningkat di Amerika berkat grup-grup macam 2NE1 dan EXO. Grup-grup K-pop semakin rajin tur dan menghasilkan lebih banyak uang. Festival macam KCON juga semakin banyak pengunjungnya.

Pecahnya video PSY “Gangnam Style” merupakan sebuah anomali K-pop untuk berbagai alasan. Dan biarpun PSY jelas telah membuka jalan bagi grup K-pop lainnya untuk masuk, gaya dia membuat skena musik K-pop justru sulit diterima dalam jangkauan yang lebih luas. PSY menampilkan lagu-lagu pop-rap EDM berenergi tinggi, yang merupakan indikasi dari skena K-pop saat itu, tapi banyak video K-pop lainnya tidak memiliki nuansa parodi yang sama, dan banyak musisi Korea tidak terlihat seperti PSY, membuat koneksinya ke K-pop lainnya lebih sulit dibanding BTS.

BTS menonjol akibat pendekatan mereka yang rumit dan intim, baik dalam musik dan media sosial, menyentuh topik seperti pelecehan online, depresi, dan bahkan kekerasan polisi. Ada alasan kenapa ada banyak akun fan BTS dengan lebih dari 1 juta followers di Twitter (halo @BTS_ARMY, @BTS_National, dan @btsanalytics). Tidak ada musisi K-pop yang sama, dan skena ini terlalu kompetitif untuk sekedar versi KW lainnya, dan semakin banyak musisi berusaha keluar dari imej “buatan pabrik” K-pop. Namun apabila kita mengaca dari sejarah, tingginya perhatian ke satu grup K-pop artinya banyak perhatian lain akan diarahkan ke musisi K-pop lainnya. Dengan BTS memimpin jalan, apabila angka streaming bisa menjadi acuan, skena musik Korea telah mengukuhkan dirinya sebagai genre musik berkelanjutan di Amerika.