Teknologi Ramah Perokok

Singapura Sediakan Kabin Merokok, Mampu Daur Ulang Asapnya Jadi Bebas Racun

Inovasi baru ini akan dibangun di seantero Singapura untuk mengatasi persoalan yang mengancam perokok pasif.
Singapura Sediakan Kabin Merokok, Mampu Daur Ulang Asapnya Jadi Bebas Racun
Foto dari arsip SGC/Joel Lim Photography. 

Area khusus perokok di Singapura, negara yang ketat mengatur konsumsi sigaret, biasanya dapat ditemukan di luar kantor dan mal. Namun belakangan masyarakat lokal sering mengeluhkan asap rokok yang menyebar ke daerah sekitar. Rupanya, yang mengeluh bukan hanya warga sekitar. Para perokok pun mengeluh karena terpaksa merokok di bawah matahari, atau saat hujan.

Atas dasar itulah, Singapura kini menyediakan kabin khusus perokok. Teknologi ini menguntungkan semua orang. Ruangan ini tidak hanya dilengkapi AC, tetapi juga tidak membahayakan para perokok pasif yang berisiko menghirup asap penuh racun.

Iklan

Pada 21 Mei 2019 lalu, Singapura meresmikan ruang perokok yang diklaim sangat aman itu. Kabin-kabin ini berisi kipas sentrifugal mengisap asap rokok melalui sistem filtrasi. Sistem ini terdiri dari tiga filter: sebuah filter untuk menyaring debu, filter HEPA yang menyaring partikel-partikel kecil, dan filter karbon yang menghilangkan bau serta kimia berbahaya.

Setelah itu, udara yang sudah disaring tadi dikeluarkan, tanpa masyarakat perlu khawatir pada efek buruk nikotin serta tar. Sebagian udara yang sudah disaring akan masuk ruangan agar kabinnya tidak penuh asap rokok.

Stefen Choo, Direktur Yayasan Southern Globe Corporation (SGC), mengembangkan teknologi kabin ini menggunakan sistem filtrasi ciptaan perusahaan asal Denmark. Tujuannya, katanya, demi mengatasi isu yang diderita anggota keluarganya: bahaya kesehatan perokok pasif.

Untuk negara yang sangat ketat mengatur peredaran dan area konsumsi rokok dalam beberapa tahun terakhir, kabin konsumsi sigaret baru Singapura ini cukup progresif berupaya memenuhi kebutuhan perokok sekaligus non-perokok.

Kabin tersebut tidak berisi tempat duduk, tetapi mengandung dua jendela dan bisa memuat sepuluh orang. Meskipun inovasi ini membantu menangani perdebatan mengenai merokok di tempat umum, reaksi anak muda Singapura yang merokok aktif cukup beragam.

Sonia, 23 tahun, sudah menjajal ruangan merokok ini. Dia mengaku mendapat pengalaman yang baik. "Tetapi AC-nya waktu itu sedang rusak," ujarnya. Menurut Sonia, ide kabin ini bagus, dam seharusnya menjadi hal lebih lumrah karena tidak membahayakan non-perokok.

Iklan

Jonathan, 25, tidak terlalu optimistik. "Aku suda melihat sendiri kabinnya dan menurutku terlalu sempit, sebagai perokok kemungkinan aku tetap enggak mau menggunakannya kecuali kepepet. Seharusnya ruangan itu lebih besar dan diventilasi secara lebih baik," ujarnya kepada VICE.

Meski terdapat kamera di dalam dan luar kabin, ada juga perokok yang khawatir soal keamanan di sekitar kabin-kabin yang buka 24 jam itu. Alissa, 23 tahun, adalah perkokok yang mengaku tak merasa aman di dalam kabin pada malam hari. "Aku tahu ada kamera tapi tetap saja, ruangannya dan jendelanya kecil."

Lepas dari pro-kontra tersebut, SGC berencana memasang 60 kabin sejenis di seantero wilayah Singapura sebelum akhir 2019.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE ASIA.