Kisah dari Penjara

Maaf Para Napi di Indonesia, Tradisi Penis Bertasbih Kini Jadi Target Razia Aparat Lapas

Praktik memasang tasbih, akik, atau jenggot kambing ke alat vital lelaki sebetulnya lumrah di penjara. Tapi di Bandung, aparat tak lagi membiarkannya dan menyita tasbih para napi.
Waspada Para Napi di Indonesia, Tradisi Penis Bertasbih Kini Jadi Target Razia Aparat Lapas
Kondisi narapidana menunggu sidang di lapas [kanan] foto oleh Bay Ismoyo/AFP; Ilustrasi manik-manik tasbih via peakpx/ lisensi CC 0

Saat melakukan penggerebekan, razia gabungan Satnarkoba Polres Bandung, Badan Narkotika Nasional (BNN) Cimahi, dan sipir tidak berhasil menemukan bukti pemakaian dan peredaran narkoba di Lapas Jelekong, Bandung. Namun, mereka pulang ke kantornya tidak dengan lembar berita acara kosong. Berbagai alat sederhana milik narapidana yang digunakan untuk memasukkan tasbih ke dalam kulit penis berhasil diamankan.

Iklan

Oke, jangan kaget dulu membacanya karena praktik bedah kulit amatir ini emang lumrah terjadi di penjara. Terbuat dari barang sehari-hari seperti korek gas dan sikat gigi, alat susuk penis diklaim sebagai penemuan asli nenek moyang narapidana dan keahliannya terus diwariskan turun-temurun antargenerasi napi.

"Jadi, benda berbentuk tasbih ini dimasukkan ke dalam kulit penis. Ada yang memasukkan tiga hingga enam butir. Itu sudah biasa, bukan hanya di sini [Lapas Jelekong]," ujar Kepala Lapas Jelekong Gungun Gunawan kepada Detik.

Chandra Setiaji, residivis yang menulis soal praktik ini untuk VICE tahun lalu, menjelaskan alasan narapidana nekat menyakiti dirinya tersebut. Memasukkan tasbih ke bawah kulit penis membuat kelamin lebih berstruktur yang tujuannya apa lagi kalau bukan jadi jawara di ranjang. Chandra melihat pemasangan tasbih di penis bisa disamakan dengan penggunaan kondom bergerigi yang emang ramai dijual di pasaran. Bedanya, fitur gerigi “tasbih penis” gak perlu lepas copot.

Catur, residivis yang melayani jasa susuk penis, mengaku tertarik belajar menanam tasbih ke alat vital sejak 2013. Sampai saat ini, kurang dari 50 penis sudah ia tanami tasbih. Meski idealnya menggunakan manik-manik tasbih betulan, Catur juga melayani permintaan ukuran tasbih dari klien yang bisa ia buat dari sikat gigi atau batu akik. Hah, sikat gigi?

"Buat saya ini sih penghasilan tambahan. Biaya hidup di penjara mahal. Saya tidak mematok biaya, tapi di kisaran Rp150 ribu sampai Rp200 ribu biasanya. Prosesnya pun tidak lama, kurang lebih setengah jam. Sama lah kayak ditindik kuping. Kalau [para pengguna jasa] disebut mengisi bosan, saya tidak tahu. Mungkin mereka ingin melakukan hal yang baru dan belum pernah dilakukan di luar penjara, semacam oleh-oleh dari penjara," ujar Catur. Hmm, sungguh buah tangan dari penjara yang amat kerad.

Iklan

Machismo yang menyakitkan ini mungkin di bayangan para cowok akan menyenangkan partner mereka. Tapi mending diskusi dulu sebelum masang karena ada kasus kayak Munari ini.

Sembilan tahun lalu lelaki Sidoarjo berusia 40 tahun itu dilaporkan ke polisi oleh istrinya, Linda, karena enggak kuat selalu kesakitan saban berhubungan badan. Menurut laporan Linda, rasa sakit itu muncul setelah Munari menanam sendiri empat butir tasbih di kemaluannya sejak 2001.

"Setelah terbelah [kulit ari kelaminnya karena disilet], satu per satu kapsul dan bulatan itu saya masukkan ke dalam kulit kelamin. Saya tahu ini dari teman saat di lapas. (Tujuannya) ya biar istri saya keok kalau ‘main'," ujar Munari.

Harapan Munari terkabul, Linda benar-benar keok sampai minta bantuan polisi untuk menghilangkan penyiksaan yang ia alami.

Seksolog kesayangan kita semua, dr. Boyke Dian Nugraha, mengatakan memang banyak metode yang dilakukan masyarakat untuk membuat penisnya lebih menarik. Ya pokoknya demi perkasa, rela sedikit sengsara. Sayang, Boyke bilang semua itu tidak ada gunanya.

"Ada banyak cara yang dilakukan masyarakat untuk memperbesar penis, misalnya dengan menyuntikkan silikon, memasukkan bulu kuda, jenggot kambing, batu akik, atau batu-batuan seperti tasbih. Semuanya hanya mitos untuk meningkatkan kepercayaan diri laki-laki saja, padahal tidak ada manfaatnya," kata Boyke kepada Detik.

Makasih loh penjelasannya, Dokter Boyke. Mulai sekarang isi pikiran kami saat melihat kuda dan kambing tidak akan pernah sama lagi.