Cia

CIA Lakukan Rebranding Agar Terkesan Rangkul Keberagaman Etnis Calon Intelnya

Padahal dinas intelijen Amerika itu sudah "mendorong keberagaman" sejak lama. Contohnya mendukung kudeta dan pembantaian di beragam negara, mencakup Indonesia.
CIA Lakukan Rebranding Agar Terkesan Rangkul Keberagaman Etnis Calon Intelnya
Screenshot dari akun Twitter Central Intelligence Agency 

Pada Senin (4/1) lalu, Dinas Intelijen Amerika Serikat (CIA) mengabarkan rencana rebranding lembaga. Tujuannya adalah menampilkan wajah baru lembaga itu yang tidak lagi didominasi pegawai dari etnis kulit putih serta gender tertentu. Target rebranding ini demi menarik perhatian calon intel generasi muda, dari latar etnis dan gender berbeda-beda.

Kebijakan CIA ini cukup menarik, karena mereka secara tidak langsung mengakui pegawainya mayoritas masih lelaki kulit putih lulusan kampus top Ivy League. Padahal, di sisi lain, CIA berulangkali membantah bukti nyata keterlibatan mereka dalam berbagai kudeta militer, manipulasi hasil pemilu, pembunuhan tokoh politik, serta pendanaan terorisme di berbagai negara.

Iklan

Desain logo dan citra baru CIA itu menampilkan kesan mirip perusahaan start-up teknologi, font yang tidak punya ciri khas, serta dominasi warna hitam-putih serta kecoklatan. Ketika gambar itu pertama kali beredar di Twitter, banyak netizen mengira ini cuma kelakar media-media parodi. Ternyata betulan CIA.

Kebijakan rebranding lembaga ini didorong oleh Direktur CIA Gina Haspel, yang menganggap dinas intelijen tersebut agak ketinggalan zaman untuk menarik minat anak muda AS bergabung. Haspel adalah pejabat perempuan yang pernah mengepalai fasilitas CIA di Thailand untuk menyiksa tersangka terorisme di Asia Tenggara. Haspel mengklaim, di bawah kepemimpinannya, CIA semakin merengkuh keberagaman. Salah satu buktinya: nyaris semua petinggi direktorat di CIA saat ini adalah perempuan.

“Suasana kerja di CIA saya yakin berhasil semakin berubah dibanding ketika saya pertama kali mendaftar pada 1985,” kata Haspel, saat dikonfirmasi kantor berita Associated Press.

Rencana perubahan citra ini mulai terendus sejak ada opini yang diterbitkan pejabat CIA, Ilka Rodriguez-Diaz, di surat kabar Miami Herald pada Oktober 2020. Dalam opini tersebut, Ilka meyakinkan pembaca, kalau kesempatan orang berdarah hispanik sepertinya berkarir di CIA tak kalah dari lelaki kulit putih.

Iklan

Belum jelas apakah klaim-klaim positif tersebut bisa diverifikasi secara independen. Satu yang pasti, menurut laporan internal yang dimuat media pada 2015, jumlah pejabat CIA di tahun itu yang bukan lelaki kulit putih cuma 10,8 persen. Bila mengacu pada laporan Associated Press, jumlah pegawai non-kulit putih baru mencapai 25,5 persen total pegawai di CIA, jauh dari rata-rata lembaga pemerintah AS lainnya yang di atas 35 persen.

“Itulah pentingnya ada upaya perubahan citra lembaga, supaya kami bisa menarik lebih banyak calon pegawai potensial,” kata Haspel.

Upaya merangkul keberagaman pegawai ini tentu menarik, untuk sebuah lembaga yang punya rekam jejak amat beragam menjalankan berbagai dugaan pelanggaran HAM internasional selama lebih dari setengah abad.

Beberapa nama berikut adalah bukti nyata “keberagaman” aktivitas CIA saat mendongkel pemimpin negara yang tidak sejalan dengan kepentingan luar negeri Amerika Serikat, terutama selama era Perang Dingin: Presiden Kongo Patrice Lumumba, Presiden Chile Salvador Allende, Presiden Guatemala Jacobo Árbenz, Perdana Menteri Iran Mohammad Mossadegh, dan masih banyak lagi lainnya.

Jangan lupakan juga, betapa CIA tak ragu merangkul “komunitas paramiliter” dari latar budaya yang amat berbeda dari Amerika Serikat, demi menciptakan dunia “yang lebih baik”. Contohnya tentu ketika lembaga intelijen ini bekerja sama erat dengan beberapa petinggi militer Indonesia dari faksi Suharto, untuk menjalankan pembantaian jutaan orang diduga komunis sepanjang 1965-1966. Belum lagi kebaikan agen CIA melatih bermacam organisasi paramiliter Amerika Latin, dan ah, jangan sampai lupa, Taliban. Betapa beragam bukan?

Intinya, CIA siap mengubah citra lembaga menjadi lebih mendukung keberagaman, supaya anak muda tertarik bergabung. Sehingga kita bisa melupakan berbagai bukti tindakan kelam CIA di masa lalu