FYI.

This story is over 5 years old.

Sepakbola

Merayakan Klub-Klub Sepakbola KW' Paling Legendaris

Memangnya yang ada tiruannya cuma barang elektronik doang? Sepakbola juga ada kali. Banyak klub seantero dunia logo dan seragamnya meniru klub populer Eropa lho.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Sports.

Sebelum mendirikan sebuah klub sepakbola, ada banyak hal harus dipertimbangkan manajemen. Tiga di antaranya—yang paling penting—adalah nama klub, badge, serta warna jersey. Beberapa tim mendapat inspirasi dari daerah asal mereka, ada juga melongok jauh-jauh ke mitologi klasik untuk memperoleh ilham logo atau nama klub yang keren. Sebagian tim—jumlahnya mungkin terbatas—tak pernah pusing memikirkan tetek bengek itu, karena nama, badge dan warna sudah dipilihkan oleh perusahaan minuman berenergi super kaya yang sekaligus menjadi pemilik klub.

Iklan

Jika semua upaya tadi gagal, klub baru kadang mengambil jalan pintas: mencari inspirasi dari klub yang lebih dulu ada. Ada banyak klub di muka bumi ini mencomot sebagian atau malah seluruh aspek karakteristik klub terkenal, lalu menjadikannya identitas mereka. Artikel ini akan berkisah tentang klub-klub peniru tersebut. Tidak semuanya juga bakal dibahas sih, hanya klub KW yang terkenal saja tentunya.

Sebelum jauh melangkah, perlu diingat bahwa klub-klub yang sekilas tampak seperti kesebelasan KW ini sebenarnya punya badan hukum dan berlaga di kompetisi resmi. Contohnya Manchester City. Klub tetangga Manchester United itu punya "kembaran" di New York dan Melbourne, yang bermain dengan warna jersey sangat mirip dan punya hubungan langsung dengan tim asuhan Pep Guardiola. Situasi serupa terjadi pada Ajax Cape Town. Klub ini punya afiliasi dengan klub legendaris asal Belanda yang namanya mereka comot. Sementara itu, Crystal Palace Baltimore, sebelum bubar, pernah tercatat sebagai tim yunior bagi klub asal Crystal Palace asli yang bermarkas di London Selatan.

Beda kasusnya dengan Liverpool. Sampai saat ini, tak ada keterikatan resmi antara Liverpool FC yang bermarkas dekat sungai Merseyside dengan Liverpool FC yang bermain bola di dekat River Plate di Uruguay. Klub yang disebut duluan didirikan 1892, sementara kembarannya Liverpool Fútbol Club mewujud sebagai sebuah tim tahun 1915. Menurut legenda setempat, klub ini diprakarsai siswa-siswa satu sekolah di Ibu kota Montevideo. Ketika salah satu pionir klub ini menyusuri peta Inggris untuk mencari nama yang pas, gurunya memberikan informasi bahwa Liverpool adalah kota pelabuhan yang sedang berkembang seperti Montevideo. Rupanya, trivia ini sudah cukup meyakinkan siswa itu memilih nama Liverpool.

Iklan

Sepintas cerita ini cuma bualan belaka, tapi mau bagaimana lagi, cuma ada satu versi kisah munculnya nama Liverpool di sebuah klub asal Montevideo. Walau begitu, setidaknya kita tahu bahwa di masa itu, kapal-kapal laut memang rutin berlayar dari Liverpool ke Montevideo. Setidaknya kita bisa memafhumi kenapa sekelompok pemain bola di Montevideo menamai klubnya dengan nama kota di Inggris.

Siswa-siswa asal Montevideo tak menyalin plek-plekan The Reds. Misalnya begini, tiap kali mendengar kata Liverpool dan sepakbola, warna merah mungkin akan langsung terlintas di pikiran anda. Itu wajar, tapi tidak di Montevideo. Klub Uruguay ini bermain dengan menggunakan kostum berwarna hitam dengan garis warna biru. Alih-alih mirip kembarannya di Inggris, kesebelasan asal Montevideo lebih mirip Inter Milan jika sedang merumput, meski The Reds juga pernah punya seragam away yang bergaris-garis di masa lampau.

Tak mau kalah dengan rival satu kotanya, Everton punya kembaran tak resmi di Amerika Selatan. Uniknya, Everton de Viña del Mar dibentuk pada 1909, enam tahun lebih dulu dari Liverpool Montevideo. Klub KW Everton ini didirikan sekelompok imigran, dipimpin oleh David Foley. Menurut salah satu teori yang berkembang, nama Everton dicomot setelah The Toffees menggelar tur keliling Amerika Serikat di tahun yang sama.

Awalnya, klub ini diberi nama Everton Football Club. Namun, pada 1950, mereka menambahkan Viña del Mar agar terdengar lebih lokal. Di saat yang sama, mereka meninggalkan jersey mirip Everton, beralih mengenakan seragam ala Boca Juniors. Pada tahun 2010, kedua grup—baik yang asli dari Inggris dan tiruannya—bertemu dalam satu pertandingan di Goodison Park. Everton "asli" menang 2 gol tanpa balas.

Iklan

Everton melawan Everton dalam sebuah game yang harus dimenangkan oleh "Everton". Sumber gambar: PA Images

Cerita lain datang dari Burnley. Nama klub ini tentu diambil nama kota tempat klub ini didirikan. Klub ini menggunakan seragam berwarna claret dan garis biru pada tahun 1910. Sebelumya—mulai dari klub ini didirikan, tim ini bermain menggunakan jersey dengan beragam warna, di antaranya biru dan putih, serta amber dan claret atau bahkan paduan merah jambu dan putih yang mencolok. Akhirnya mereka sepakat memakai jersey berwarna clarat biru. Keputusan diambil karena Aston Villa yang tengah berjaya pada musim kompetisi 1910 menggunakan seragam dengan paduan yang sama. Besar harapan—gara-gara seragamnya mirip—Burnley bisa berprestasi seperti Aston Villa. Harapan ini baru tercapai sepuluh tahun kemudian. Burnley yang baru saja diberi julukan Clarets jadi kampiun liga sepakbola Inggris pada musim kompetisi 1920.

Burnley bukan satu-satunya klub yang mengambil inspirasi dari Aston Villa. Kesebelasan asal London Selatan Crystal Palace ketika pertama kali berdiri pada tahun 1905, pernah menggunakan jersey berwarna claret dan biru, yang sejatinya hasil sumbangan dari Aston Villa. Warna seragam ini bertahan sampai dekade 70'an, ketika manajer jempolan Malcolm Harrison mengganti imej Crystal Palace. Setelah itu, 'The Eagles'—sebutan Crystal Palace—merumput pakai jersey biru bergaris merah, sepintas mirip seragam kebesaran FC Barcelona.

Lalu, dari mana Barcelona dapat ide jersey mereka? Tak ada yang tahu. Salah satu teori penggemar menyatakan Barca sesungguhnya meniru paduan warna yang digunakan FC Basel, Swiss. Teori ini sedikit bisa dipercaya. Joan Gamper, pendiri Barca, pernah bermain di Basel. Tentu saja, ini hanyalah satu teori yang menjelaskan inspirasi di balik warna seragam Barcelona. Ada beragam teori-teori lainnya dan tak ada satu pun yang dianggap benar-benar valid. Alhasil, rasanya susah menyebut Blaugrana adalah klub tukang niru.

Iklan

Yang terjadi sebaliknya, Barcelona sukses menginspirasi beberapa klub lainnya soal pemilihan seragam, nama, dan logo klub. Salah satu yang paling terkenal adalah Barcelona SC dari Ekuador. Bermarkas di Guayaquil, Barcelona SC didirikan 1925 oleh seorang lelaki kelahiran Spanyol, Eutimio Pérez, yang menamai klub debutannya seperti nama kota kampung halamannya. Badge klub asal Guayaquil itu sangat mirip sama Barca. Kesamaan dua klub tadi berhenti sampai di situ. Meski pernah berseragam mirip Barcelona FC, Barcelona SC kini merumput dengan seragam kuning jika berlaga di kandang. Jelas, seragam kuning ini terlihat sangat tidak Barca sekali.

Seperti seterunya, Real Madrid juga punya beberapa klub imitator. Real Potosi dari Bolivia berbagi nama depan, badge dan warna segaram yang sama seperti Los Blancos. Sampai saat ini, belum jelas bagaimana klub asal Bolivia ini menggunakn suffiks Real—yang penggunaanya membutuhkan izin dari kerajaan Spanyol—di depan nama mereka. Kasus Real Potosi masih agak mending. Sebuah klub asal Negeri Paman Sam lebih nekat lagi: menambahkan 'Real" atau Royal dalam bahasa Inggris di depan nama yang Amerika sekali. Pendiri Real Salt Lake mungkin tak tahu betapa ironisnya nama klub mereka saat diucapkan. Leeds United konon mengambil inspirasi dari Los Blancos ketika mengganti warna jersey mereka—dari kuning-biru menjadi putih-putih—pada tahun 1960. Manajer Don Revie yang menukangi Leeds waktu itu tak latah mengganti nama klubnya menjad Real Leeds. Sayang banget. Padahal kalau betulan terjadi, Royal Leeds sepertinya akan terdengar keren dalam aksen West Yorkshire.

Iklan

Ada desas-desus yang mengatakan rakasasa Italia Juventus mencuri ide seragam hitam bergaris putihnya dari Notss County di Liga Inggris. Tentu saja rumor ini tak sepenuhnya benar. Resmi didirikan pada 1887, Juventus awalnya berlaga memakai jersey warna pink. Tapi, setelah warnanya luntur karena sering dipakai, salah satu pemain ditugaskan mencari seragam pengganti. Pemain yang mengemban tugas penting ini adalah ekspatriat asal Inggris, John Savage. Pada 1903, Savage memesan seragam dari kenalan di kampung halamannya, Nottingham. Kebetulan, vendor yang dihubungi Savage seorang fans Notts County. Jadi tak aneh jika seragam Juventus jadi hitam bergaris-garis putih. Kasus ini, seandainya akurat, tak bisa digolongkan sebagai peniruan, karena ada keterlibatan fans klub Inggris yang tak terdeteksi sejak awal perancangan seragam Juventus.

Skuad Juventus dengan seragam pink mereka. Buffon belum lahir waktu itu.

Terlepas dari tiruan atau bukan, warna hitam-putih Jersey Juventus menyebar ke seluruh penjuru Bumi. Begitu juga nama Juventus yang aslinya diambil dari Juventas, dewa masa muda Romawi. Sebagai klub dengan catatan prestasi paling banyak se-Italia, klub berjuluk 'Si Nyonya Tua' itu punya fanbase dan haters yang besar—jajak pendapat pada 2015 mengungkap betapa Juventus adalah klub yang paling populer sekaligus paling dibenci di Italia.

Salah satu klub yang pernah sangat terpengaruh Juventus adalah Adelaide City FC. saat didirikan pada 1946, klub ini dinamai Juventus. Sampai-sampai Adelaide CIty F digemari oleh komunitas imigran Italia setempat. Setelah 20 tahun, klub ini berganti nama jadi Adelaide Juventus, sebelum ganti lagi menjadi Adelaide City FC. Juventus boleh hilang dari nama tim asal Adelaide ini, tapi mereka tetap mempertahankan seragam hitam putih mirip klub asal Turin tersebut.

Iklan

Brunswick Zebras FC yang didirikan dua tahun lebih muda dari Adelaide City FC pernah menyandang nama Juventus saat didirikan 1948. Seperti rivalnya, Brunswick Juventus juga diprakarsai oleh para imigran Italia. Pada1980, nama klub itu berubah menjadi Brunswick United Juventus. Beberapa nama lain pernah dicoba skuad ini sebelum mantap menggunakan monikernya saat ini. Layaknya Adelaide City FC, Brunswick tetap mengenakan jersey hitam dan putih, yang juga menggambarkan ketertarikan mereka pada Juventus.

Klub peniru Juventus yang termuda adalah Tauro FC dari Panama. Kesebelasan ini berdiri pada tahun 1984 atas prakarsa Giancarlo Gronchi, seorang industrialis penggemar berat Juventus. Berseragam hitam bergaris putih mirip Juventus, Tauro sukes menggondol 12 trofi dan penghargaan sejak tahun 1989—lebih banyak raihan dibanding gelar kembarannya di Italia

Ada banyak klub lain yang didirikan sebagai klub KW Juventus, di antaranya Klub Venezuela Deportivo Táchira, yang awalnya diberi nama Juventus di San Cristóbal; Klub Serie D yakni S.D.D. Massese; dan Adap Galo Maringá, klub Brazil yang kini tinggal kenangan. Hanya beberapa klub yang dengan woles menggunakan nama Juventus. Namun, semuanya pernah berjersey hitam putih seperti Juventus. Artinya, legasi Notts County, meski cuma dalam warna Jersey, menyebar lebih jauh dari Kota Turin.

Juve bukan satu-satunya klub Italia yang melahirkan imitator. Klub Kanada yang kini sudah gulung tikar, St. Catharines Wolves dibentuk pada tahun 1967 dengan nama Club Roma Soccer Association. Di bawah nama ini, klub ini berhasil mengoleksi beberapa gelar domestik selama dekade 70an. Walau kemudian nama Club Roma Soccer Association diganti dengan nama yang lebih "membumi" St. Catherines Wolves, pengaruh Roma tak sepenuhnya lenyap. Badge St. Catherines Wolves adalah kopian plek-plekan dari Badge AS Roma dan mereka masih berseragam merah seperti I Giallorossi. Di Amerika Selatan, sebuah asal Peru Club Atlético Torino berdiri pada tahun 1946, ketika Torino sedang jaya-jaya di kompetisi di tingkat Eropa. Tak tanggung, klub ini membalut skuadnya dengan seragam berwarna maroon yang mengingatkan pada I Granata. Belum lagi, ada puluhan klub sepakbola five-a-side yang namanya terinspirasi oleh Inter Milan, meski sebagian terdengar konyol seperti Inter Yer Nan dan Inter Yer Sister.

Iklan

Okay, mari kembali membahas tim sepakbola asli. Santos salah satunya. Tim asal Brasil sudah menyumbang banyak kepada perkembang sepakbola, salah satunya dengan memperkenalkan dunia pada legenda sepakbola bernama pela dan anak muda bernam Neymar. Terlebih lagi, kesebelasan ini telah menginspirasi klub-Klub di Kosta Rika, Angola, Guyana dan bahkan Estonia—semua jaraknya lumayan jauh daril Santos—untuk menggunakan nama serupa.

Berkostum warna jeruk keprok dengan nama yang sama, anda mungkin berpikir Mighty Blackpool FC adalah tim pinggir laut Lancashire yang sedang berdelusi parah. Namun sesungguhnya MBFC yang dimaksud di sini adalah tim berasal dari Freetown, ibukota Sierra Leone. Dan meski sama-sama punya markas tak jauh dari pantai, MBFC tidak bisa membusungkan dada gara-gara pernah dibela oleh Roy 'Chubby' Brown dan pernah dilatih oleh Paul Ince (biarpun akhirnya dipecat via SMS).

Sebelum mendirikan sebuah klub sepakbola, ada banyak hal harus dipertimbangkan manajemen. Tiga di antaranya—yang paling penting—adalah nama klub, badge, serta warna jersey. Beberapa tim mendapat inspirasi dari daerah asal mereka, ada juga melongok jauh-jauh ke mitologi klasik untuk memperoleh ilham logo atau nama klub yang keren. Sebagian tim—jumlahnya mungkin terbatas—tak pernah pusing memikirkan tetek bengek itu, karena nama, badge dan warna sudah dipilihkan oleh perusahaan minuman berenergi super kaya yang sekaligus menjadi pemilik klub.

Iklan

Jika semua upaya tadi gagal, klub baru kadang mengambil jalan pintas: mencari inspirasi dari klub yang lebih dulu ada. Ada banyak klub di muka bumi ini mencomot sebagian atau malah seluruh aspek karakteristik klub terkenal, lalu menjadikannya identitas mereka. Artikel ini akan berkisah tentang klub-klub peniru tersebut. Tidak semuanya juga bakal dibahas sih, hanya klub KW yang terkenal saja tentunya.

Berlututlah di hadapan Blackpool KW kalian manusia fana!

Nama Mighty Blackpool diadopsi dari tim sepakbola Inggris setelah di Final Piala FA 1953, Sir Stanley Matthews memimpin Blackpool mengalahkan Bolton Wanderers 4-3. Enam dekade dan 16 gelar Liga Nasional Sierra Leone kemudian, Blackpool KW tetap dengan bangga mengibarkan bendera oranye mereka, biarpun tim Blackpool asli sudah tersungkur. Hebat ya loyalitasnya? Bicara loyalitas, kini giliran penggemar Arsenal sedang diuji. Di era sebelum tagar #WengerOut dan #InArseneWeTrust dipajang di spanduk dan para penggemar Arsenal kerap ngoceh-ngoceh di komen video YouTube, the Gunners sempat menjadi tim yang disegani. Namun Bahkan tim sekelas Arsenal pun mendapatkan inspirasi warna jersey mereka dari tim lain. Sebelum Arsenal menjadi klub profesional di 1886, segerombalan mantan pemain Nottingham Forest bergabung dengan tim ini (waktu itu masih bernama Dial Square FC). Mereka membawa serta jersey lama Forest dan Arsenal memutuskan untuk ngirit dan mengadopsi kostum yang sama. Hemat ya Arsenal?

Iklan

Semenjak itu Arsenal telah menjadi inspirasi bagi banyak tim lainnya. Tim asal Portugal, Braga dijuluki Os Arsenalistas (penggemar Arsenal) setelah mengganti warna kostum mereka dari hijau putih menjadi merah sepanjang dekade 1940'an. Ada dua teori kenapa ini dilakukan: konon akibat presiden mereka José Antunes Guimarães menjadi penggemar Arsenal ketika mengadakan kunjungan bisnis ke London, atau karena pelatih mereka asal Hungaria, Josef Szabó mengagumi gaya bermain The Gunners.

Tim rival sekota mereka, Chelsea juga memiliki banyak pengagum. Tim Rumania Unirea Urziceni mengambil julukan 'Chelsea of Urziceni' ketika mantan bek Chelsea Dan Petrescu melatih tim tersebut. Mereka bahkan memodifikasi badge mereka agar menyerupai lambang tim asal London Barat tersebut, biarpun hanya bersifat sementara.

Cerita tadi tak ada apa-apanya dibanding Berekum Chelsea. Tim asal Ghana itu tidak malu-malu mengkopi semua aspek tim favorit mereka. Selain Berekum, Ghana terkenal dengan banyak tim KW: ada Bolga Juventus, West Ham United, juga Sporting St. Mirren.

Berekum Chelsea mengambil inspirasi dari seragam Chelsea cuma di bagian lengan, warna, garis-garis, eh, semuanya ding.

Berekum Chelsea begitu membanggakan tim yang mereka kopi. Mereka tak malu meniru kostum Chelsea asli dari London. Kebanyakan tim KW ini mengambil inspirasi dari klub-klub terbesar jagat sepakbola. Ada banyak sekali tim yang menamakan dirinya Juventus, Barcelona, Arsenal, atau Chelsea. Tidak mengherankan sih, mengingat kesuksesan yang telah diraih nama-nama tersebut. Bahkan klub-klub yang tidak sebesar mereka, contohnya tim Skotlandia Celtic FC, ada yang mengagumi dan menirunya. Tengok saja tim asal Afrika Selatan bernama Bliemfontein Celtic.

Tanpa bermaksud menyinggung warga Paisley, kami harus mengingatkan bahwa St. Mirren bukanlah klub dengan pencapaian global berarti. Iya, mereka pernah memenangkan Renfrewshire Cup sebanyak 55 kali, tapi ini tidak sebanding dengan capaian tim-tim seperti Glasgow Rangers dan Celtic FC.

Lalu tim Ghana tersebut meniru siapa sebetulnya? Ternyata nama klub tersebut diambil dari seorang warga Skotlandia yang menjadi salah satu pendiri klub dan menamai klub pakai namanya sendiri. Lucunya, ketika St. Mirren yang asli mengetahui ada klub yang menggunakan nama mereka, manajemen dan suporter sangat tersanjung. Sampai-sampai Klub St. Mirren berusaha membangun semacam hubungan persaudaraan dengan klub KW-nya. Mereka mengirim kostum warna hitam putih jauh-jauh ke Afrika, meski akhirnya hanya digunakan sebagai kostum tandang oleh tim Ghana tersebut. Tak mau pusing, klub asal Ghana itu mengganti namanya menjadi SP Mirren.

Kasus St. Mirren termasuk salah satu yang paling aneh soal pencurian ide logo seragam dan nama klub. Pilihan meniru identitas klub lain akan selalu terdengar ganjil. Meniru sebagai sebentuk sanjungan sih boleh, asal jangan kebablasan. Kalau tidak, malah akan terdengar norak.

@Jim_Weeks