FYI.

This story is over 5 years old.

Apple

Penjualan Merosot, CEO Apple Salahkan Kebiasaan Konsumen Perbaiki iPhone Jadul

Tim Cook akhirnya mengakui bisnis reparasi iPhone bikin konsumen tidak mau beli seri ponsel Apple yang baru. Wah, bakal nangis dia lihat orang Indonesia demen 'nyervis' segala peralatan elektronik ke ITC.
Jerohan iPhone jadul
Sumber ilustrasi: iFixit 

CEO Apple Tim Cook menulis surat kepada para investor pekan lalu yang bikin geger pasar modal. Isi surat itu memberitahu investor kalau salah satu perusahaan teknologi terbesar dunia tersebut gagal mencapai target laba 2018. Penyebabnya? Karena penjualan iPhone jauh di bawah harapan. Surat panjang tersebut menyebut secara spesifik anjloknya penjualan iPhone gara-gara banyak konsumen lebih suka memperbaiki iPhone lama mereka, dibanding beli seri terbaru.

Iklan

Sejak dulu, manajemen Apple gigih melawan bermacam upaya konsumen agar proses swadaya meraparasi iPhone mudah dilakukan. Di Amerika Serikat, Apple melobi berbagai petisi 'right to repair' (hak untuk mereparasi) di beberapa negara bagian. Perusahaan yang berpusat di Cupertino ini juga tidak pernah mau menjual suku cadang resmi iPhone, mengajukan gugatan hukum melawan seorang tukang reparasi iPhone independen di Norwegia.

Bahkan, Apple sampai bekerjasama dengan Amazon mengusir penjual jasa refurbis dari marketplace online itu, dan membuat kesepakatan dengan pebisnis pendaur ulang elektronik agar menghancurkan iPhone dan Macbook (alih-alih mengizinkan alat-alat tersebut di-refurbish alias dirakit ulang untuk dijual kembali.) Atas permintaan Apple juga, pemerintah Amerika pernah menyita spare part yang disimpan para aktivis right to repair.

Intinya, tidak seperti ponsel Android, pengguna produk Apple seakan bukan pemilik ponsel iPhone atau laptop Macbook yang mereka beli. Kalau rusak, tempat pelayanan resmi Apple mengganti produk konsumen, bukan memperbaikinya.

Ada pemeo, Apple mengizinkan konsumen memakai teknologi mereka, bukan memilikinya. Hmm, andai Tim Cook ke ITC di berbagai kota Indonesia, dia akan menangis karena sadar banyak konsumen di Indonesia peduli setan sama kebijakan proteksi teknologi macam itu.

Sikap dan ideologi Apple sudah sering dikritik. Para petingginya mulai sadar sama kritikan publik. Oleh karena itu dalam acara perilisan iPhone XS, Apple menyatakan sikap menyimpan iPhone lamamu adalah “ hal terbaik untuk bumi kita." Lain di mulut, lain di hati. Menjual iPhone baru tetaplah hal terbaik untuk penghasilan Apple.

Iklan

Karena itu banyak orang curiga telah terjadi “throttle gate,” yaitu skandal Apple sengaja memperlambat kinerja iPhone demi menjual lebih banyak iPhone. Intinya, iPhone-iPhone tua (seri iPhone 6 ke bawah) sengaja diperlambat iOS-nya dan baterinya jadi lemot, tapi tidak benar-benar mati total. Apple tidak pernah mengakui hal tersebut kepada para pengguna lewat pernyataan resmi.

Walau belum ada bukti kokoh bahwa Apple sengaja merancang model bisnis yang bergantung terhadap upaya memperlambat kinerja seri iPhone lawas, Apple berusaha menutup-nutupi fakta kalau ada kebijakan macam itu tanpa sepengetahuan para pengguna. Efek sampingnya, karena iPhone lama jadi lebih lemot, maka Apple menjual lebih banyak iPhone baru bagi konsumen setia. Lingkaran setan lah intinya.

Setelah banjir reaksi negatif dari para pengguna iPhone, Apple akhirnya menawarkan layanan khusus konsumen di AS untuk bisa mengganti baterai seharga US$29 (setara Rp400 ribu), yang akan mengakhiri strategi perlambatan iPhone lama. Program tersebut berakhir pada 31 Desember lalu.

Apple tidak pernah menjelaskan mengapa mereka tidak menginginkan para konsumen memperbaiki iPhone sendiri atau membawa ponsel mereka ke ahli reparasi. Apple pernah berkata kalau jerohan iPhone “terlalu rumit” untuk diperbaiki secara swadaya oleh konsumen. Nyatanya, proses ganti baterai iPhone gampang banget dan sering dilakukan para pengguna.

Kini, Apple harus mengakui maraknya praktik reparasi, terutama di gerak tak resmi, mempengaruhi perolehan laba Apple.

Iklan

"Biarpun tantangan makroekonomi di beberapa negara menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap turunnya penjualan iPhone, kami percaya ada faktor-faktor lain mempengaruhi performa iPhone, termasuk fakta bahwa para konsumen beradaptasi dengan dunia di mana semakin sedikit subsidi perusahaan operator telekomunikasi, kenaikan harga yang terkait kekuatan dolar AS, dan beberapa konsumen yang memanfaatkan harga penggantian baterai iPhone yang sangat murah,” tulis Cook, yang turut mengutip data penjualan iPhone di Cina tidak memenuhi harapan.

Aktivis right to repair sejak lama menduga ada yang aneh melihat gelagat Apple membatasi hak konsumen menggunakan alat elektronik yang sudah mereka beli. Dengan standar akal sehat manapun, Apple seharusnya woles saja mengizinkan konsumen memperbaiki iPhone secara swadaya.

Karena itulah, banyak aktivis konsumen menuding Apple ogah melonggarkan aturan reparasi, karena akan menggerus laba mereka. Surat dari Tim Cook pekan lalu, yang mendorong saham Apple anjlok parah, membuktikan dugaan para aktivis selama ini ada benarnya.

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard