FYI.

This story is over 5 years old.

The VICE Guide to Right Now

Patah Hati, Seorang Pemuda Memasang Bom Panci di Bawah Kasur Mantan

Remaja 18 tahun dari New Mexico itu dicokok polisi dan bersiap diadili akibat tindakannya.
Drew Schwartz
Brooklyn, US
Foto dari akun Flickr Rob Galloway

Orang yang baru putus cinta sering banget melakukan tindakan ekstrem yang kadang bikin merinding, seperti menyantroni kos mantan dan meninggalkan puisi di jendela kamarnya. Tapi, semua itu tak ada apa-apanya dibandingkan apa yang dilakukan oleh seorang pemuda putus asa asal New Mexico, Amerika Serikat. Pemuda nekat tersebut dituduh telah meninggalkan benda berbahaya di kamar mantannya, tepatnya sebuah bom panci…lantaran cintanya tak berbalas.

Iklan

Seperti dilansir oleh Albuquerque Journal, Departmemen Kehakiman Amerika Serikat telah mendakwa Ethan Guillen, lelaki 18 tahun, bersalah menaruh bom rakitan di bawah kasur milik mantan pacarnya, lalu berencana akan meledaknya sehari setelah menyelundupkan bahan peledak itu. Pihak berwenang menyakini bahwa Guillen menyelinap masuk rumah mantannya, menaruh bom panci presto yang berisi baut, mur, dan bubuk mesiu. Menurut laporan penyidik, Guillen semalam suntuk "mendengarkan radio komunikasi polisi," berharap rencananya bakal berhasil.

Penungguan Guillen tak berbuah hasil, bom yang dipasangnya—belum jelas akibat alasan teknis apa—rupanya gagal meledak. Rabu pekan lalu, bom "kiriman" Guillen ditemukan sang mantan yang segera melaporkannya ke polisi. Kepada seorang penyidik, dia mengatakan kemungkinan besar Guillenlah yang menaruh bom di rumahnya karena semenjak putus setahun lalu, Guillen terus mengganggunya.

Terbukti memang, Guillen belum ikhlas sesudah diputus oleh pacarnya. Ketika dicokok di kediamannya, polisi menemukan lakban yang mirip dengan yang digunakan di bom panci, sepasang sarung tangan lateks dan sebuah meja yang memiliki bekas terbakar. Tak cuma itu, penyidik mengatakan ayah Guillen baru saja membeli panci presto dan solder—dua benda yang kini hilang entah kemana.

Belakangan, penyidik menyatakan bahwa Guillen telah mengaku membuat bom presto dan menjadi dalang di balik serangan patah hati yang gagal total, seperti dikutip Albuquerque Journal.

Dalam BAP disebutkan bahwa Guillen tidak menyesal menaruh bom berbahaya di kasur mantan pacarnya. "Ketika diberitahu bahwa kamar di sebelah kamar mantannya ditinggali bayi dan seroang anak kecil, Guillen mengatakan bahwa dirinya tak tahu dan tak ambil pusing, Guillen menyatakan bahwa dia hanya ingin sang gadis mati."

Guillen menjalani sidang bulan ini dan menerima putusan pengadilan sehari setelahnya. Jika terbukti bersalah, Guillen bakal mendekam di penjara maksimal sepuluh tahun atas dakwaan kepemilikan alat penghancur berbahaya.

Follow Drew Schwartz di Twitter .