Views My Own

Demi Kurangi Kemacetan, Kepolisian Filipina Kerahkan Polwan 'Cantik'

Alasannya kalau polwan yang mengatur lalu lintas, pengemudi cowok lebih patuh. Sikap seksis macam ini bukan hal yang aneh di Filipina.
AN
Diterjemahkan oleh Annisa Nurul Aziza
Jakarta, ID
Demi Kurangi Kemacetan, Kepolisian Filipina Kerahkan Polwan 'Cantik'
Tangkapan layar dari video yang diunggah ke Facebook PNP-HPG Filipina

Kemacetan ibu kota Filipina, Manila, yang kian hari kian parah membuat Philippine National Police-Highway Patrol Group (PNP-HPG) harus memutar otak bagaimana caranya mengurai kepadatan jalanan. Menurut mereka, satu-satunya solusi yaitu mengerahkan polwan.

Walaupun kedengarannya seperti kesetaraan gender, tetapi alasan sebenarnya jauh lebih problematik. Kepolisian Filipina sengaja menugaskan polwan cantik supaya pengemudi segan melanggar peraturan lalu lintas.

Iklan

Sebagaimana dikutip surat kabar lokal, Kepala Korps Lalu Lintas mengatakan, "Mereka bukan polwan biasa. Mereka secantik model dan mampu mengalihkan pandangan."

Mau tahu apa persyaratannya? "Sosoknya harus cocok dijadikan pacar."

Seksis memang, tapi sudah ketebak. Sementara kawasan Asia Tenggara menduduki peringkat tinggi dalam indeks kesenjangan gender — tertinggi di Asia, di posisi kedelapan secara global — sikap misoginis terhadap perempuan masih sangat lazim di sana.

Perilaku semacam ini semakin kentara di Filipina, dan justru didukung oleh Presiden Rodrigo Duterte yang sering merendahkan perempuan dalam pidato dan tindakannya. Sejauh ini, Duterte pernah membuat lelucon pemerkosaan, meng-catcall jurnalis perempuan, mencium bibir perempuan tanpa izin, membual tentang hubungan masa lalunya, dan menyerang kritikus perempuannya. Dia juga menghina perempuan dengan sebutan bitch dalam acara pemberdayaan perempuan.

Meskipun demikian, masih banyak yang mengelu-elukan Duterte.

Sikapnya telah memaklumi ekspresi seksisme lainnya. Politikus dan orang yang ditunjuk secara politis di Filipina semakin mengada-ada dalam memamerkan kejantanannya. Undang-Undang negara pun banyak yang mendiskriminasi perempuan. Ketidaksetaraan gender sudah menjamur dalam pandangan dan tradisi sosial, dan dianggap sebagai sesuatu yang wajar.

Dalam konteks polantas perempuan, strategi penegakan lalu lintas ini mudah dipahami.

Iklan

Seberapa mengejutkan kalau perempuan hanya dinilai dari penampilan daripada keterampilannya ketika Presiden Duterte mengomentari penampilan fisik Wapres yang kebetulan perempuan? Seberapa mengejutkan bahwa usia legal untuk aktivitas seksual di Filipina adalah 12 tahun, dan penonton bertepuk tangan ketika Presiden membuat lelucon pemerkosaan? Seberapa mengejutkan bahwa polwan dipandang sebagai pengalih perhatian ketika Presidennya sendiri suka meng-catcall perempuan?

Bagian terburuknya yaitu kepolisian menggunakan alasan kesetaraan gender ketika mengerahkan polwan. Sikap seksisme ini berbahaya, karena orang-orang tak mampu melihat betapa misoginis ucapan atau tindakan mereka. Kurangnya kesadaran membuat masalahnya semakin sulit diatasi.

Penting bagi kita mengajarkan perempuan tentang nilai-nilai mereka dan kecantikan bukanlah hal utama yang perlu diimpikan, tetapi bagaimana mungkin ini dilakukan kalau kebijakan, lelucon dan pejabat negaranya malah melakukan sebaliknya?

Kewaspadaan sangat penting, dan sudah saatnya laki-laki berkuasa dipertanggungjawabkan dan dipertanyakan kebijakannya yang misoginis. Mereka wajib meminta maaf atas semua perlakuan seksisnya. Kini waktunya laki-laki diajarkan untuk mengondisikan dirinya, supaya mereka bisa menjadi sekutu perempuan. Mulailah dengan teman dan saudara terdekat.

Apabila melihat polwan di jalanan, sudah sepatutnya kita mengapresiasi kerja keras mereka. Jangan cuma mementingkan kecantikan wajahnya.

Natashya Gutierrez adalah Pemimpin Redaksi VICE APAC. Follow Nat di Twitter .

Artikel ini pertama kali tayang di VICE ASIA.