Memerangi Polusi

Pemprov Yakin Hujan Buatan Solusi buat Polusi Jakarta yang Menggila

Walau Jakarta dari dulu selalu ancur kualitas udaranya, sakit hati juga ketika awal Juli 2019 ibu kota kita polusinya disebut terburuk sedunia. Tapi, emangnya hujan buatan bisa mengubah itu semua?
Silakan Skeptis, Tapi Pemprov DKI Yakin Hujan Buatan Solusi buat Polusi Jakarta yang Menggila BPPT Anies Baswedan
Ilustrasi pesawat yang melakukan hujan buatan [kiri] foto oleh Sukree Sukplang/Reuters; polusi Jakarta dipotret pada pagi hari oleh Willy Kurniawan/Reuters

Kabar buruk ini ramai dibicarakan sejak 3 Juli lalu. Jakarta dinobatkan sebagai kota dengan polusi udara terburuk sedunia. Mengalahkan Bangkok, Thailand; Mumbai di India; ataupun Shanghai di Tiongkok. Gara-gara kualitas udara ini, sampai muncul rencana class action koalisi warga menggugat Presiden Joko Widodo hingga Gubernur DKI Anies Baswedan.

Setelah berita itu ramai, Pemprov DKI Jakarta meresponsnya dengan sebuah solusi: bikin hujan buatan pakai teknologi modifikasi cuaca.

Iklan

Rencana ini dibenarkan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Hammam Riza. Dia mengatakan, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menginginkan lembaganya segera mengeksekusi proses hujan buatan antara 10-15 Juli 2019. BPPT mengaku siap melayani permintaan pemerintah ibu kota demi kenyamanan masyarakat.

Tunggu dulu, memangnya hujan buatan bisa jadi polusi udara di Jakarta? Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT Tri Handoko Seto sih meyakininya. Dia memberi beberapa contoh keberhasilan hujan buatan memerangi polusi udara di berbagai negara, seperti Thailand, Tiongkok, Korea Selatan, dan India.

"Pada 2015, Thailand telah berhasil melakukan uji coba mengendalikan pencemaran udara di Kota Bangkok dengan metode cloud-seeding dan menghilangkan lapisan inversi," kata Seto memberi contoh, seperti dikutip Kompas.

Logikanya begini. Ketika turun hujan, maka intensitas polusi di udara bakal berkurang. Sebab polutan diikat dan dibawa pergi oleh air. Teknologi ini kemudian dituntut pemprov untuk segera direalisasikan oleh BPPT, mengingat Senin depan anak sekolah sudah memulai tahun ajaran baru.

Menurut Seto, ada tiga skenario hujan buatan yang bisa dicoba untuk Jakarta. Pertama, menyemai awan menggunakan garam NaCl kalau ada awan potensialnya. Kedua, kalau tidak ada awan potensial, udara bisa disemai menggunakan dry ice (karbondioksia padat) untuk menghilangkan lapisan inversi. Atau ketiga, bikin hujan sendiri dengan melakukan penyemprotan air ke atmosfer di 10 titik menggunakan pesawat minjem TNI-AU. Duh, berasa lagi demo.

Iklan

Polusi di Jakarta adalah masalah rumit yang disebabkan oleh macam-macam persoalan lingkungan yang sudah numpuk dari dulu. Kalau kata Pelaksana Tugas Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Andono Warih, polusi udara di Jakarta paling banyak disumbangkan oleh alat transportasi.

"75 persen [pemicu polusi] itu transportasi, selebihnya ya aktivitas industri dan domestik,” ujar Andono kepada CNN Indonesia. Persentase ini diperkirakan bisa lebih parah, karena makin hari kendaraan di Jakarta makin banyak aja, seperti yang dikatakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Selain transportasi, datangnya musim kemarau juga berpengaruh. Frekuensi hujan yang berkurang mengurangi intensitas bantuan hujan yang hobi bersih-bersih polusi. "Secara umum memang benar (musim kemarau), jadi ketika curah hujan lama tidak turun, maka otomatis konsentrasi itu (polutan) terakumulasi," kata Kasubid Informasi Pencemaran Udara BMKG Suradi kepada CNN Indonesia.

Berbagai proyek infrastruktur yang masih berjalan dan pembakaran bahan bakar fosil oleh sektor industri menambah panjang daftar alasan Jakarta sebagai kota polutif. Kayak yang terjadi saat Jakarta pas H-1 Lebaran tahun ini, skor AQI-nya tembus 210 alias isinya sudah racun semua.

Berhubung semua orang dengan akal sehat paham memang dasarnya udara Jakarta sehari-hari sangat tidak sehat, masuk akal ketika Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia Bondan Ariyanu agak skeptis sama rencana Pemprov dan BPPT. Hujan buatan tidak menghentikan sumber-sumber polutan menghasilkan polusi.

"Nah, ini kalau sumber polutannya saja tidak tahu mana saja, tapi tiba-tiba kita siram, kita enggak tahu mana yang terlarut, mana yang enggak, mana yang nanti keluar lagi polutannya," kata Bondan kepada CNN Indonesia.