Teror Misterius

Insiden Ketukan Pintu Misterius di Banyuwangi Terulang, Warga Panik Teringat Teror Ninja 98

Kata saksi, pelakunya empat orang dan pakai baju hitam-hitam. Warga makin parno karena teringat tragedi pembantaian dukun santet dengan metode serupa dua puluh tahun lalu.
Insiden Ketukan Pintu Misterius di Banyuwangi Terulang, Warga Panik Teringat Teror Ninja 98
Ilustrasi ketukan pintu via Shutterstock [kiri]; warga Banyuwangi mempersenjatai diri pada 1998 akibat tensi politik tinggi via Reuters.

Teror ketukan pintu misterius di Banyuwangi telah berlangsung lebih dari seminggu terakhir. Total, 20 rumah warga di Kelurahan Lateng dan Kampungmandar jadi sasaran. Pelaku-pelakunya selalu menggedor rumah pada malam hari, antara pukul 22.00 sampai 03.00 WIB. Selepas menggedor, pelaku langsung melarikan diri.

Sejumlah saksi sempat mengatakan, pelaku adalah empat laki-laki dewasa berpenutup wajah, dan berbadan tegap—pokoknya mirip ninja. "Ponakan saya sempat melihat ada empat orang yang melakukan aksi teror ini. Pakaian serba hitam," kata Nehrawi, warga Kampungmandar, saat dihubungi Detik. Nehrawi salah seorang korban yang rumahnya digedor pada Rabu (24/7) malam. Keesokan harinya, rumah keponakannya turut menjadi korban gedoran misterius. Saat itulah ia melihat pelaku dengan pakaian keninja-ninjaan itu berlari ke arah timur.

Iklan

Aksi ini awalnya diduga sebagai prank yang mirip kelakuan anak-anak di luar negeri yang suka iseng mencet bel rumah lalu kabur sambil ketawa-ketawa. Tapi, setelah diketahui pelakunya orang dewasa—ditambah tidak ada korban kemalingan ataupun pembunuhan—masyarakat di dua kelurahan tersebut mulai mengaitkan aksi teror dengan dua hal: sebagai cara pelaku menebus ilmu hitam, atau ini adalah pengulangan tragedi pembantaian oleh para ninja yang sempat terjadi di Banyuwangi pada 1998.

Peristiwa pembantaian sistematis dilakukan orang-orang berpakaian ala ninja sempat menggegerkan Banyuwangi di tahun itu. Pembunuhan terjadi di rentang Februari-Agustus 1998, dan menimbulkan korban tewas kemungkinan antara 115 sampai 147 orang. Semua korban dituduh sebagai pelaku ilmu santet.

Pembantaian terkait takhayul dan paranoia itu disebut-sebut sebagai operasi militer untuk menyudutkan komunitas Nahdlatul Ulama menjelang jatuhnya rezim Orde Baru. Sasaran pembunuhan para ninja mayoritas adalah tokoh masyarakat Suku Using serta santri. Dugaan bahwa ninja tersebut adalah orang yang terlatih dalam kemiliteran makin menguat, setelah saksi mata melihat pelaku sebelum beraksi menggunakan handy talkie.

Trauma aksi ninja 21 tahun lalu membuat warna baju pelaku penggedoran menjadi fokus. Soal warna baju pelaku dikonfirmasi ulang Ahmad Yani, ketua RT 02 Krobokan, Kelurahan Kampungmandar.

Ahmad bilang dia dilapori seorang warga bahwa seseorang berpakaian hitam yang diduga pelaku teror sempat tertidur di balai-balai rumah seorang warga sekitar pukul 3 dini hari. Ketika coba dibangunkan, pelaku langsung berlari ke arah utara. Rukyah, nama warga yang melapor, tidak mengingat wajahnya namun memastikan bahwa pakaiannya juga serba hitam.

Iklan

Belakangan muncul keterangan ada pelaku yang berpakaian warna lain. Misalnya yang terjadi Sabtu (27/7), muncul dua pelaku yang menggedor pintu warga Kelurahan Lateng di pukul 18.30 WIB. Keduanya berpakaian merah dan putih, menghilang setelah lari lewat genteng ketika dikejar warga.

Masalah ini sempat membuat warga dua kelurahan itu saling tuduh. Warga yang resah kemudian berinisiatif melakukan jaga malam keliling. Untuk antisipasi, warga berkeliling dengan perlengkapan senjata tajam seperti pentungan, kayu kelor, pacul, dan buntut ikan pari. Iya, buntut ikan pari juga termasuk senjata mematikan lho. Yang pasti warga kesal banget pelakunya lolos terus. Saking kesalnya, seorang warga bernama Rohman berniat “menghabisi’ pelaku kalau sampai tertangkap.

Warga lain bernama Subhan juga meminta bantuan “orang pintar” untuk memecahkan misteri penggedoran pintu misterius ini. Ada teori bahwa aksi ini adalah cara menebus ilmu hitam yang ketika pelakunya berhasil menjalankan syarat selama 40 hari, pelaku akan mendapat kemampuan “menghilang”. Subhan bilang, ia dipesani oleh orang pintar yang ia datangi agar berhati-hati. Sebab, apabila penggedor tidak tertangkap, terus doi lulus ujian ilmu hitam dan bisa menghilang beneran, penggedor itu berpotensi jadi maling di masa mendatang.

Perlu dicatat, teori ini meski sarat klenik, bisa dibilang lumrah karena kepercayaan masyarakat setempat terhadap dukun dan kekuatan supranatural sangat besar. Kalau kata penggiat budaya Banyuwangi Hasan Ali dalam bukunya Pembunuhan Dukun Santet di Banyuwangi: Studi Kekerasan Kolektif dalam Perspektif Konstruktivistik, "Segala hal yang terkait dengan kehidupan sehari-hari yang dianggap penting, selalu saja kebanyakan masyarakat Using [etnis mayoritas di Banyuwangi] akan mendatangi orang pintar hanya untuk sekedar berkonsultasi."

Sutrisno, warga lainnya, yakin ini teror biasa alias bukan ulah ninja seperti di 1998. Tapi, tetap saja ia waswas. "Tidak ada pembunuhan, namun kami resah dengan kondisi ini," ujar Sutrisno kepada Detik.

Sekalipun polisi sudah turun tangan, sampai saat ini misteri penggedor pintu itu belum terpecahkan. Perkembangan terakhir, Sabtu lalu (27/7) warga sampai membuat ultimatum kepada pelaku lewat toa musala.

"Untuk pelaku, mohon untuk tidak lagi mengganggu. Kasihan warga yang tidak tahu apa-apa. Tolong jangan ganggu kami," demikian warga bernama Busairi mengumumkan dari pengeras suara. "Bagi warga Krobokan yang jaga, jangan takut. Jika ketemu, langsung saja patahkan kakinya, patahkan tangannya. Ini perintah."