FYI.

This story is over 5 years old.

Cara Kreatif Mabuk

Pemerintah Selidiki Tren Anak Muda Mabuk Pakai Rebusan Pembalut Bekas

Pembalut tuh salah satu bahan pencemar lingkungan terburuk di Indonesia, eh sekarang sekaligus jadi bahan teler murah meriah.
Tren anak muda mabuk akibat rebusan pembalut
Foto kiri orang mabuk: flickr FlackJacket /CC 2.0; Foto kanan pembalut dari Wikimedia Commons.

Dalam situasi terdesak, orang mampu memunculkan ide-ide kreatif paling nekat. Termasuk buat mereka yang gemar mabuk-mabukan tapi tak cukup punya duit. Di Indonesia pemabuk adalah sosok eksploratif dengan jiwa eksperimental yang sanggup menemukan cara paling ‘kreatif’ sekaligus paling berbahaya untuk getting high.

Kita sudah biasa mendengar ada pemabuk modal nekat menggabungkan jenis-jenis alkohol berbahaya macam Metanol atau Aseton dengan bahan-bahan yang sebetulnya legal di pasaran seperti obat sakit kepala, obat anti nyamuk, bahkan mungkin mengoplos jamu dengan setetes pembersih kamar mandi. Eksperimen macam nge-fly pakai lem kayu pun bukan hal baru bagi mereka yang hidup di jalanan. Nah, katalog eksperimen ekstrem untuk kehilangan kesadaran sekarang ditambah sebuah cara mabuk yang tak terbayangkan: pemerintah mendapati di beberapa kota, ada anak-anak remaja berusaha teler memakai rebusan pembalut perempuan bekas pakai.

Iklan

Kasus ini jadi perbincangan di Jawa Tengah, setelah Kepala Bidang Brantas Badan Narkotika Nasional, Suprinarto, menyatakan kasus mabuk dengan air rebusan pembalut bekas pakai mulai banyak terjadi di kalangan remaja usia 13-16 yang hidup di jalanan. Beberapa kasus disinyalir terjadi di daerah Purwodadi, Kudus, Pati, Rembang, dan Semarang bagian timur.

"Yang mereka pakai adalah barang legal. Tapi dikonsumsi tak sesuai aturan, sehingga dampaknya seperti orang pakai narkoba. Langkah kami supaya ada edukasi bahwa ada barang-barang bukan narkotik-psikotropik secara undang-undang tapi bisa disalahgunakan," kata Suprinarto kepada Jawa Pos.

Jika kalian sudah melongo sekarang, tunggu dulu. Penggunaan air rebusan pembalut ini bukan tren baru lho. Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bidang kesehatan dan Narkotika, Sitti Hikmawatty, menyatakan sesuai data yang masuk ke pihaknya, penyalahgunaan pembalut bekas ini sudah sering terjadi beberapa tahun belakangan. Sitti menyebut hal ini sebagai salah satu bagian dari fenomena eksperimen psikotropika bagi anak jalanan.


Tonton dokumenter VICE mengenai budaya taruhan balap liar maut di pinggiran kota besar:


"Anak-anak ini banyak yang cerdas, karena dengan berbekal internet mereka bisa membuat beberapa varian baru, dari racikan coba-coba. Dan di sinilah tingkat risiko menjadi meningkat karena mereka hanya concern pada satu zat tertentu dalam sebuah bahan, namun zat lainnya cenderung diabaikan sehingga reaksi sampingan yang terjadi bisa berakibat fatal," ungkap Sitti.

Iklan

Engko Sosialine Magdalene selaku Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan, berjanji akan segera mengerahkan timnya mengkaji dan mempelajari efek dari rebusan pembalut. Pemerintah belum merasa perlu meregulasi pembalut, jika belum diketahui apa yang membuat anak-anak muda bersedia menenggaknya demi mabuk-mabukan. "Nanti kita lihat komposisinya pembalut itu mengandung apa," kata Engko.

Pembalut bekas pakai populer, disinyalir karena paling mudah dan murah untuk didapatkan, daripada membeli jenis-jenis narkotika lain atau bahkan satu liter moonshine murahan. Ongkosnya bahkan lebih murah dibanding membeli lem Aibon.

Pembalut sendiri jadi salah satu komponen yang punya andil paling besar bagi pencemaran lingkungan di Indonesia, ada sekitar 1,4 miliar sampah pembalut di Indonesia tiap bulannya. Pembalut mirip seperti popok sekali pakai, sama-sama substansi yang sulit terurai alami.

Makanya perempuan kini banyak yang mulai beralih ke pembalut ramah lingkungan, yang dibuat sendiri, atau bahkan ganti memakai menstrual cup yang bisa digunakan berulang kali selama bertahun-tahun. Soalnya makin lama, urusan buang pembalut ini malah jadi makin dilematis. Kalau asal-asalan kita buang, bisa saja diambil beberapa anak muda kreatif buat bahan mabu-mabuan. Pusing kan.

Pembalut bukan cuma jadi bahan pencemar lingkungan nomor wahid, eh sekarang juga jadi bahan teler murah meriah. Apa berarti sudah saatnya kita menggalakkan tampon dibanding pembalut?