FYI.

This story is over 5 years old.

Can't Handle the Truth

Maaf, 'Bayi Ajaib' Lahir di Sulawesi Ternyata Tidak Ajaib Sama Sekali

Kami menarik ucapan tempo hari. Pasokan hoax sepekan terakhir meningkat pesat, terutama gara-gara Masjid Al Aqsa sempat diblokade oleh Israel.
Ilustrasi oleh Ilham Kurniawan.

Selamat datang di Can't Handle the Truth, kolom VICE Indonesia merangkum hoax dan berita palsu paling ramai dibicarakan pengguna Internet selama sepekan.

"Tidak ada hoax pekan ini dari Indonesia." Pernyataan macam itu sudah pasti bohong :P Sepekan terakhir, pasokan hoax kembali normal, sementara pasokan garam justru nyungsep dan pemerintah kabarnya berencana mengimpor bumbu penyedap utama masakan di negara kita. Mungkinkah menukar pasokan hoax yang berlebih itu dengan tambahan bahan baku garam dan cabai? Kami lebih suka masakan tetap lezat daripada makan kabar bohong melulu tiap hari. Huft….

Iklan

Pelajaran lain yang kami peroleh setelah sempat menyatakan jumlah hoax berkurang selama lebaran adalah: jangan pernah mengumumkannya ke khalayak. Itu sama saja kita menantang produsen hoax untuk kembali aktif. Rasanya seperti membangkitkan macan tidur.

Untunglah tidak banyak peristiwa politik yang menyebalkan sepekan belakangan. Hoax yang beredar jadi lebih beragam.

Kami pilih tiga yang paling absurd untuk mengisi waktu luang kalian akhir pekan ini.

"Israel berniat menyerang Indonesia?"

Israel akan menyerang Indonesia karena terlalu sering ikut campur dalam urusan dalam negeri mereka. Begitu tajuk "berita" yang beredar di beranda Facebook kawan-kawan saya sepekan terakhir. Tentu saja, para kawan dunia maya itu mengunggah postingan tadi memakai caption pasif-agresif: "Kurang tahu benar tidaknya, cuma share aja." (ngapain di-share kalo elu ga paham boneng?!!!!)

Kalau cuma satu orang yang share, saya tak ambil pusing. Tapi setelah lebih dari dua orang membagikannya saya mulai penasaran. Emang, Indonesia ngapain sih? Apakah pemerintahan Jokowi mengirim intelijen untuk mengacaukan persiapan pemilu legislatif Israel pada 2019 mendatang?

Ternyata bukan begitu. Dalam berita yang viral tersebut, pemerintah Israel dilaporkan gerah melihat hacker Indonesia kerap menyerang situs-situs Israel saban kali terjadi konflik antara aparat keamanan Negeri Bintang Daud dengan penduduk Sipil Palestina. Serangan maya kabarnya meningkat, setelah akses menuju Masjid Al Aqsa di Yerusalem timur sempat diblokade tentara Israel.

Iklan

Indonesia dan Israel jelas tidak punya hubungan diplomatik, di permukaan cenderung bermusuhan, walau sebenarnya perdagangan antara kedua negara berlangsung diam-diam tanpa tercatat resmi di neraca.

Persepsi penduduk Indonesia terhadap Israel juga konsisten negatif, mengingat adanya konflik di Yerusalem serta blokade Gaza. Banyak penduduk Indonesia bersimpati pada warga Palestina karena sama-sama menyandang status sebagai negara mayoritas muslim.

Namun bagaimana ceritanya Israel tiba-tiba ingin menyerang Indonesia, yang berjarak 8.706 kilometer? Apakah pemerintah Negeri Zionis itu merasa sudah tidak ada tantangan menarik di Timur Tengah, sehingga merasa perlu mencari musuh baru dari Asia Tenggara?

Hal paling sederhana yang perlu kita lakukan saat mendengar kabar seperti ini adalah: tak usah diambil pusing.

Alasannya, tidak ada sama sekali media internasional yang memberitakan pernyataan tertulis apapun dari pemerintah Israel tentang Indonesia selama sepekan. Tidak ada pula statement bahwa Indonesia akan diubah menjadi seperti Palestina.

Yang ada hanyalah sebuah video, mengklaim Presiden Israel Reuven Rivlin mengancam serang Indonesia. Video itu dibuat dengan narasi yang tidak meyakinkan serta diimbuhi kumpulan footage hasil nyolong tak jelas sumbernya.

Satu-satunya yang bisa terverifikasi adalah serangan pengguna Instagram Indonesia ke akun IG milik Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Sejak insiden Al Aqsa dilaporkan media massa dunia pekan lalu, di setiap postingan sang PM selalu muncul komentar orang Indonesia yang menyajikan sumpah serapah, serta tagar-tagar solidaritas semacam #boycottisrael atau #savepalestine

Iklan

Saya jadi mikir, oke, jangan-jangan bullying online adalah salah satu senjata rahasia kita dalam perang era digital. Sudah banyak kasus orang tutup akun ketika diserang beramai-ramai netizen Indonesia karena salah komentar atau melakukan hal-hal kontroversial.

Nanti deh, kalau IG Lambe Turah mulai terlibat dan mengajak pengikutnya menyerang akun Netanyahu, lalu sang PM tutup akun, mungkin—ini sekadar hipotesis lho ya—barulah skenario perang-perangan antara Indonesia-Israel patut kita waspadai. Hati-hati aja Israel. Musuh yang tak akan kalian duga sangat berbahaya adalah sebuah akun gosip populer dari Indonesia.

Dokter ISIS menyebar AIDS di Indonesia

Ah, betapa indahnya grup whatsapp. Kalian bisa memperoleh guyonan yang tidak lucu, orang sotoy, dan kabar bohong setiap jam, setiap hari. Termasuk cerita soal militan menyaru sebagai dokter, yang berkeliling kampung menawarkan cek darah gratis. Siapa sangka, di balik niat mulia, dia hendak menebar virus AIDS.

Oke-oke, kita harusnya segera paham broadcast message macam ini ngawur bukan main. Virusnya adalah HIV, sementara AIDS adalah penyakit dalam tahap lanjutan. Tentu saja, tidak ada yang namanya virus AIDS. Yang lebih lucu lagi, pelakunya disebut-sebut sebagai anggota ISIS dan Partai Komunis Indonesia. Hhhh, saya sampai kehilangan kata-kata untuk mengomentarinya.

Pesan berantai ini paling banyak tersebar di Bireuen, Aceh Utara. Nama Kapolres Bireuen, AKBP Riza Yulianto dicomot dalam broadcast tersebut, mengesankan kondisi benar-benar membahayakan. Yulianto segera merespons kabar absurd ini, dengan jawaban sesuai dugaan kita. "[Broadcast] ini beredar sejak awal Mei 2017, saat itu saya bahkan belum menjadi kapolres Bireuen," ujarnya. Kabar bohong serupa terlanjur menyebar, serta membuat panik warga di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Kohar Hari Santoso, turut mengingatkan warga supaya tidak mempercayai pesan berantai bila dokter ISIS menebar virus AIDS. Alasannya, sastu, kabar bohong semacam itu tolol banget. Kedua, tidak pernah ada tim dokter dari universitas manapun yang menawarkan cek gula darah gratis. "Jelas hoax," kata Kohar saat dikonfirmasi awak media.. Singkat, padat, dan jelas. Oke sip pak!

Iklan

Bayi Ajaib Lahir di Enrekang

Seorang perempuan bernama Utje Ramadani dari Desa Karueng, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, melahirkan bayi akhir Juni lalu. Utje baru 19 tahun. Masyarakat sekitar geger berebut ingin menyaksikan si orok. Untuk negara berpenduduk lebih dari 270 juta jiwa, bukankah bayi lahir itu biasa aja ya? Emang sih. Cuma, coba ingat-ingat lagi deh, kapan terakhir kali kalian mendengar ada perempuan yang hanya hamil tiga jam, tidak pernah menikah, mendadak melahirkan seorang bayi lelaki yang bisa bicara? Ooooh, begitu. Pernah sih. Kejadiannya di Betlehem, Yudea, lebih dari 2.000 tahun lalu. Jangan-jangan bayi lahir mendadak dari rahim perempuan suci merupakan fenomena dua milenium sekali dan sekarang giliran Indonesia yang mengalaminya?

Animo warga Enrekang menyaksikan "bayi ajaib" itu sangat tinggi. Uniknya, keluarga Utje menghalang-halangi orang untuk menemui bayi yang diklaim bisa bicara itu. Tak jelas juga sebetulnya siapa yang menyebarkan informasi si bayi ajaib pertama kali sehingga warga berebut datang.

Karena kampung semakin hiruk pikuk, kepolisian setempat terpaksa ikut turun tangan. Kasat Reskrim Polres Enrekang Haris Nicolaus menyatakan anak buahnya telah mendatangi keluarga Utje. Polisi mengambil 11 sampel darah untuk memeriksa sebenarnya si bayi itu anak siapa. Oh iya, tentu saja, polisi tidak percaya bayi ini adalah titisan bayi ajaib yang mengubah peradaban manusia dari Timur Tengah dan mendirikan agama terbesar sedunia.

Iklan

"Hasil tes darah akan kita informasikan jika sudah jelas," ujarnya saat dikonfirmasi awak media.

Polisi sudah punya kesimpulan, mengarah kalau kasus ini sepenuhnya bualan. Namun kepada petugas, keluarga masih berkukuh Utje tiba-tiba saja hamil dan tak pernah disentuh lelaki lain.

Sayang, keajaiban si bayi sepenuhnya dihapus, bukan hanya oleh polisi, namun oleh tim kesehatan dari pemerintah kabupaten. Kepala Puskesmas Enrekang, drg Sri Siswati Zainal, mengatakan anggotanya melakukan pemeriksaan langsung terhadap Utje. Sebelumnya, kehadiran dokter mendapat penolakan keras dari pihak keluarga.

"Tapi, tim ngotot hingga akhirnya pihak keluarga bersedia," ucap Sri kepada Liputan6.com.
Berdasarkan hasil pemeriksaan tim kesehatan, tidak ada kejanggalan dari bayi dan ibunya.

"Dari kondisi ibunya semuanya normal, di perutnya kita temukan stretch mark atau garis-garis halus yang biasanya muncul pada ibu yang sedang mengandung karena perubahan hormon ketika hamil," kata Sri.

Mengenai si bayi, Sri mengatakan semuanya terlihat normal. Bahkan, tim tidak menemukan keanehan seperti cerita warga yang mengatakan bahwa bayi itu bisa bicara.

Jadi, maaf ya kalau ada dari pembaca sekalian yang berharap negara kita melahirkan orang suci baru. Juru selamat tampaknya belum berminat datang ke Indonesia saat ini.