Pemain ikutan-ikutan. Ini adalah tipe orang yang ikut-ikutan main Fantasy Football di awal musim, ngotot main hingga beberapa kali sampai suatu saat lupa bangun jam 23.30 untuk menyusun pemain. Setelah itu, mereka tak lagi main Fantasy Football.
Pemain Angin-anginan. Kalau yang ini adalah sekelompok pemain Fantasy Football yang serius bermain sampai pekan ke 20 sebelum klubnya turun lima posisi. Setelah itu mereka akan berkilah bahwa mereka "enggak peduli-peduli amat dengan hasil liga. Lagian ini kan game goblok. Yang bilang ini game keren sebenarnya goblok, jadi.."
Tahun ini, aku naik tingkat tingkat dari Pemain Angin-Anginan ke marwah tertinggi, Professor. Jangan dikira kenaikan tingkat ini terjadi dalam waktu singkat. Asal kalian tahu, aku harus menjalani tahun-tahun penuh ejekan. Meski termasuk domainnya manusia kurang keren, kalau musim kompetisi telah berakhir. Orang-orang kurang kerjaan ini bakal saling ejek. Aku sampai muak diejek oleh teman bernama Adam. Dari tahun ke tahun dia mengolokku mengirim sms bertuliskan "Ha!" atau "Ha ha!". Aku harus mengubah cara hidupku, begitu kesimpulan yang kuaambil waktu itu. Sejak saat itu aku mulai memfollow akun twitter bernama "The FPL General", menghabiskan jam makan siang hari Jumat memantau forum online r/fantasyPL. Aku juga jadi terbiasa menghabiskan banyak waktu untuk menganalisa hasil akhir pentandingan dan mereka-reka timku. Minggu pagi, aku bangun sedini mungkin supaya bisa punya banyak waktu menyusun timku di aplikasi ponsel pintarku. Mulanya Fantasy Football jadi pelengkap kenikmatantanku menonton bola—"Asik Alexis Sanchez ngegolin! Poin gue nambah!" – kini jadi cambuk yang bikin akhir pekan terasa begitu menyiksa. "Biasanya sih, tiap minggu yang aku lakukan adalah sebagai berikut, aku membuka diri untuk menerima berbagai macam informasi sepakbola. Lalu jika tenggat normal jatuh pada, misalnya, Sabtu pagi, maka Jum'at malamnya aku habiskan untuk riset." kalimat ini keluar dari mulut Uwais Ahmed, yang berhasil menempati posisi pertama di pekan terakhir kompetisi. Uwais bertarung ketat dengan Ben Crabtree. Uwais berhasil meloncat dari posisi ketiga ke posisi puncak setelah dengan cemerlang menjadi Harry Kane sebagai kapten tim di pekan kompetisi ke 37 (raihan empat gol dan catatan bermain selama 48 menit membuat Kane mendapat skor 187). Uwais sangat percaya diri. Bersama asisten manajer yang juga masih saudaranya, Uwais masih menimbang-nimbang rencana transfernya sebelum kickoff terakhir. "Tahun ini aku enggak bilang aku main lebih serius." ujar Uwais menanggapi tekanan menjadi pemuncak klasemen. "Tapi lebih dari itu. Aku tak cuma mengandalkan insting. Konsumsi informasi sepakbola sebanyak kau perlu dan kau bisa."Profesor, ini kelas tertinggi dalam strata manajer Fantasy Football. Mereka rela menjadi pelanggan blog sepakbola tertentu dan memfollow akun twiiter, main menggunakan akun palsu untuk berkompetisi di banyak sub-liga. Para profesor ini bahkan mau memfollow akun twitter West Ham cuma untuk dapat berita tentang cedera pemain di striker ketiga klub itu. Jangan aneh kalo orang-orang macam ini jadi jarang pacaran.