FYI.

This story is over 5 years old.

Ikan Gila

Jangan Makan Ikan Ini Kalau Tak Mau Berhalusinasi

Satu jenis ikan di selatan Prancis terkenal punya efek kayak habis makan jamur. Kontributor kami berusaha mencari jawaban kenapa ikan salema bisa bikin kamu fly.
NR
Diterjemahkan oleh Nicola Rose
Penjual Ikan Salema di Pelabuhan Lama Marseille. Foto oleh Jean-Paul Pelissier/Reuters. 

Artikel ini pertama kali tayang di MUNCHIES France.

Kalau kamu pernah mengunjungi Marseille, sebuah kota pantai di selatan Perancis, kamu tidak boleh melewatkan seafood mereka—bau lautan tercium menuju Old Port, pusat masakan ikan bream, ikan perch, dan ikan kerapu. Tapi berhati-hatilah, karena di tengah semua masakan laut ini, ada sosok pengganggu: ikan salema, atau saupe, dalam bahasa Perancis.

Ikan bergaris kuning ini dikenal sebagai “ikan gila,” karena kulitnya, apabila dimakan, sanggup menimbulkan halusinasi. Ya kayak versi lautnya magic mushroom lah. Kabarnya kalau kamu menyantap salema, sepanjang malam kamu akan merasa…ajaib.

Iklan

Seorang turis yang pernah berlibur di Côte d’Azur mengatakan bahwa setelah mengkonsumsi salema panggang di sebuah restoran, dia tidak sanggup menyetir. Lebih dari dua jam berikutnya, dia merasa sama sekali tidak terganggu oleh binatang dan serangga besar. Di sebuah restoran lainnya, di Saint-Tropez, seorang pemakan salema lainnya mengira dia menjadi gila, dan meyakini dia sanggup “melihat” teriakan orang dan kicauan burung.

Membakar ikan salema segar yang baru dipancing. Foto: Valeilles de Montmirail dari restoran Villa Marie Jeanne.

Dr. Luc de Haro, seorang ahli toksikologi di Pusat Anti-Racun Marseille, telah menyaksikan beberapa insiden macam ini. “Halusinasi visual dan pendengaran, rasa mengantuk, sulit melihat…beberapa orang mengaku melihat Batman atau gajah pink. Setiap dua atau tiga tahun, ada kasus baru. Dan masih banyak yang tidak terdokumentasi karena pasien mengalami amnesia ringan setelahnya.”

Konon, Bangsa Romawi dulu sering menggelar pesta makan ikan salema dengan tujuan mabok bareng.

Di beberapa forum internet, nelayan mengaku menangkap ikan salema dan mencampurnya dengan ikan lain untuk membuat hidangan bouillabaisse. Mengkonsumsi ini bisa menyebabkan mimpi buruk, sakit perut, kelumpuhan dan “otak kesetrum.” (“Saya melihat malaikat maut menjemput,” ingat seorang penderita.) Efeknya serupa dengan psychedelic mushroom, kata Luc de Haro. “Ini bukan lagi tentang persepsi realita yang rusak—tapi penderita cenderung membayangkan imej-imej baru. Dan seringkali si penderita seolah sedang diserang.”

Iklan

Struktur sarpa salpa. Foto via akun Flickr Biodiversity Heritage Library

Lantas apa sih yang membuat “ikan gila” bisa memberi efek halusinasi dan mabuk? Karena ikan-ikan ini hobi makan ganggang. Salema adalah ikan herbivora—satu-satunya di Mediterranean. Salah satu makanan favoritnya adalah caulerpa taxifolia, sejenis ganggang yang berkembang biak di pantai Marseille dan mengandung neurotoksin. Ikan salema hanya memakannya di akhir musim panas ketika tidak ada pilihan makanan lainnya. Di titik inilah para ikan mulai mengandung elemen halusinogenik. Ikan ini kemudian dibawa pulang oleh turis Jerman dan Inggris untuk “dinikmati”—ikan ini sering dijual menggunakan label aman “ikan bream.”

Kini, hanya tersisa tiga negara edan yang masih terus mengkonsumsi salema: Perancis, Tunisia, dan Israel. Di Marseille, kamu tidak akan menemukan salema dalam menu bistro di Old Port. Kebanyakan nelayan yang menangkap salema melemparnya kembali ke laut, akibat reputasinya yang buruk. Jarang sekali ada warga Marseille yang doyan makan ikan ini.

Kunci memasak salema adalah segera membuang isi perutnya setelah dipancing, supaya ganggang terfermentasi di ususnya tidak ikut kita konsumsi.

Untuk bisa menyicipi ikan ini dalam citarasa terbaiknya, kamu harus mengetuk pintu koki-koki pemberani. Salah satunya adalah juru masak Valeilles of Montmirail di Villa Marie-Jeanne, sebuah rumah makan khas mediterranian yang masih memasak menggunakan api tungku. “Salema tidak disukai di Perancis, tapi di Tunisia, ikan ini digemari—seringkali direbus bareng buncis, kentang, tomat dan bumbu-bumbu lainnya.”

Iklan

Satu porsi ikan salema bakar. Foto oleh Valeilles de Montmirail dari restoran the Villa Marie Jeanne.

Di kampung halamannya, Provence, cicit dari pendiri klub sepakbola Olympique Marseille ini mengasapi ikan salema di atas jarum pinus atau memasaknya dalam bentuk filet dengan saus yang mengandung ikan karper, ikan teri, ketumbar dan merica. Lantas bagaimana dengan mereka yang tidak ingin merasakan pengalaman psikedelik setelah makan?

“Kunci memasak salema adalah segera membuang isi perutnya setelah ia ditangkap, dan mencegah ganggang yang ia makan berfermentasi ke dalam usus.”

Bagi pemilik restoran bernama Christian Qui, salema idealnya disajikan dalam saus tartar, dan dilengkapi dengan minyak zaitun dan kuning telur. “Ini demi menyembunyikan rasa lemaknya yang agak kuat, bahkan kadang agak tengik tergantung musimnya.”

Qui, seorang pencinta ikan mentah sejati, memahami sistem pasar ikan Old Port lebih baik dari siapapun—dan sering membeli salema dari sana untuk disajikan di restorannya Sushi Qui. Di bawah tangan Qui, salema benar-benar dinikmati untuk citarasanya, bukan efek samping yang berlebihan. Salema disajikan dalam dosis kecil, tanpa juga berusaha menghilangkan efek psikedeliknya. “Saya bisa merasa mengambang sedikit kadang-kadang, tapi tidak sampai berhalusinasi. Biarpun begitu, saya tidak pernah menyajikan salema lebih dari setengah filet.”

Kecuali memang ada permintaan khusus. Di satu musim panas, beberapa seniman Inggris telah mendengar kisah legenda “ikan halu.” Mereka meminta saya menyiapkan masakan salema agar mereka bisa merasakan efeknya. Dengan harga hanya enam euro per kilogram di Old Port, rasanya popularitas salema tidak akan pernah kendor.