FYI.

This story is over 5 years old.

Aliran Sesat

Suka Duka Tinggal di Komune Sekte Cult 'Children of God' di Thailand

Sebuah sekte sesat bernama Children of God yang terusir dari Amerika Serikat menemukan rumah baru di Thailand. Salah satu keanehannya, mereka percaya inses dan persenggamaan dengan bocah baik dilakukan.
Semua foto ditayangkan atas izin narasumber

Children of God adalah sebuah sekte relijius yang didirikan pada 1968 di Huntington Beach, California, oleh seorang mantan pastur bernama David Brandt Berg. Di puncak kejayaannya, David berhasil mengumpulkan 150.000 pengikut yang tersebar di seluruh dunia, dua di antaranya adalah orang tua Joaquin dan River Phoenix.

Kini, Children of God dianggap sekte sesat. Mereka dituding memperbolehkan hubungan seksual dengan anak di bawah umur dan antar anggota keluarga. Salah satu adagium sekaligus ajaran paling terkenal dari sekte ini adalah “Tuhan menyukai seks karena seks adalah cinta, dan setan membenci seks karena seks itu indah.”

Iklan

Keluarga Flor Edwards menjadi anggota sekte ini saat menetap di Los Angeles. Lalu, saat Flor menginjak usia lima tahun, David Brandt Berg bersabda bahwa semua pengikutnya harus keluar dari sistem, atau lebih tepatnya angkat kaki dari Amerika Serikat dan berangkat menuju Thailand.

Flor Edwards pun kemudian menghabiskan masa remajanya bersama cabang Children of God di Thailand nyaris sepanjang tahun ‘80an.

Flor di sebelah kanan dengan kuncir dua bersama keluarganya.

Pada 1993, tanda-tanda kiamat yang diramalkan David tak kunjung muncul. David sendiri jatuh sakit dan meninggal setahun kemudian. Tak lama setelah itu, sekte Children of God mulai terfragmentasi dan Flor kembali ke Chicago bersama keluarganya. Di Indonesia, sekte ini mulai dikenal publik karena Miss Indonesia 2009 Karenina Sunny Halim dituding pernah menjadi anggotanya.

Kini Flor berprofesi sebagai seorang guru dan telah menulis sebuah memoir yang menyeramkan tentang masa kecilnya, Apocalypse Child: A Life in End Times. VICE menemui Flor bicara tentang masa kecil, Children of God, Agama, dan trauma.

VICE: Hi Flor, bisa jelaskan apa sih sebenarnya Children of God itu?
Flor Edwards: Children of God didirikan oleh Romo David, yang berasal dari sebuah keluarga pastur evangelis. Romo David sebenarnya cuma ingin mengikuti langkah ibunya. Dia menemukan sebuah peluang saat mengamati gerakan counterculture hippie di California. Romo David ini memulai sebuah paradigma relijius baru. Dia ingin memberi anak muda hippie ini tujuan dan arti hidup. Namun, lama kelamaan sekte main menunjukkan sisi gelapnya ketika mereka kesusahan mengontrol anak-anak dari pengikutnya yang tak mau ikut ajaran sekte.

Iklan

Seperti apa rasanya menjalani masa remaja di Thailand?
Menghabiskan masa remaja di Asia Tenggara sebenarnya pengalamannya indah. Meski kami hidup dalam sebuah komune yang tertutup, kami masih bisa menikmati budaya dan alam Thailand. Saya selalu terpukau dengan budaya Thailand.

Komune Flor di Thailand.

Momen apa yang menyadarkan bahwa kamu anggota sebuah sekte?
Sebenarnya, dalam benak saya, saya tahu ada yang salah dalam hidup saya. Namun, saya baru benar-benar menyadari saat berusia 15 tahun. Suatu hari saya mengisi kuis di Seventeen Magazine yang saya temukan di perpustakaan saat pulang dari sekolah. Di dalamnya ada cerita tentang seorang gadis yang tumbuh besar dalam sebuah sekte. Nah, majalah itu, ada juga sebuah kuis yang judul “Apakah kamu tumbuh besar dalam sebuah sekte?” Semua pertanyaan dalam kuis itu saya jawab dengan “ya.” baru deh, saya sadar apa yang terjadi.

Kamu menemukan hal yang indah selama berada dalam sekte Children of God?
Masa kecil saya indah dan menemukan keindahan itu adalah alasan kenapa saya menulis buku ini. Menurut saya, keindahan yang luar biasa lahir dari tragedi dan cahaya yang terang dapat bersinar lewat sebuah retakan. Saya membuka buku ini dengan cerita ketika saya dan adik perempuan saya menangkap seekor kupu-kupu. Kami tak sengaja membunuh makhluk itu gara-gara kami taruh dalam wadah dan kami lap bubuk-bubuk dari sayapnya.

Peristiwa ini berfungsi sebagai sebuah metafora dalam hidup saya. Kami berdua adalah predator yang menghancurkan keindahan seekor kupu-kupu, sebagaimana sekte merampas kepolosan kami. Saya tak tahu apakah orang dewasa selalu tahu apa yang mereka lakukan, tak seperti kami yang sengaja menghabisi seekor kupu-kupu. Yang menyedihkan dari semua ini adalah orang dewasa ini dimanipulasi (oleh sekte).

Iklan

Flor saat tinggal Udon Thani

Dulu kamu membayangkan surga itu seperti apa?
Surga adalah tempat yang indah tempat saya akan tinggal setelah Kiamat Besar terjadi pada 1993. Dulu, saya sering berfantasi bagaimana saya akan masuk surga setelah saya mati. Saya akan diberikan kekuatan super dan tubuh yang baru. Saya tak pernah menua dan berkumpul kembali dengan keluarga saya (yang seringnya terpisah-pisah karena ajaran sekte). Dalam bayangan saya, surga akan penuh dengan kebun rimbun dan tanah luas berisi tanaman tropis. Penduduk surga akan langsung makan buah dari pohonnya. Tak ada perang dan kedamaian akan abadi. Inilah surga yang ditunggu-tunggu dari dulu.

Ceritain tentang pemimpin Children of God dong dan pendapatmu tentang dia?
Romo David adalah karakter yang kompleks. Dia juga jadi alasan saya menulis buku ini. Saya merasa perlu memahami lelaki yang pernah memegang kendali akan keberadaan saya. Dulu waktu kecil, saya dipaksa percaya bahwa dirinya adalah seorang nabi. Saya tak pernah bertemu langsung dengannya. Dia selalu digambarkan sosok raksasa berjenggot lebat yang selalu harus kami cintai.

Nyatanya, dia hanya seorang lelaki yang punya banyak masalah dan setan pribadi. Dia adalah seorang narsis yang bersembunyi di balik ajaran Tuhan dan cintanya. Romo David sengat cerdas secara intelektual. Dia dianugrahi IQ yang tinggi dan sangat karismatik. Saya tak tahu apakah dia sadar dengan apa yang dia lakukan atau apakah dia benar-benar ingin membangun sebuah sekte. Dia hanya berpikir bahwa apa yang dikerjakannya sejatinya hanya kehendak Tuhan, dan inilah yang berbahaya. Ketamakannya akan kekuasaan membuat banyak orang terluka. Menurut saya, dia meninggal dengan membawa rasa bersalah setahun setelah kiamat yang dia prediksi tak kunjung terjadi.

Iklan

Seseram apa sih hidup di dalam sekte Children of God?
Yang paling menyeramkan adalah penerapan disiplin dalam sekte dan melihat kawan-kawanku didisiplinkan, terutama adik-adik saya yang saat itu masih sangat kecil. Sekte harus menemukan cara untuk mengontrol kami makanya mereka menyusun sejumlah aturan yang mencakup hukuman fisik jika kami lalai. Hal ini ditulis panjang lebar tentang hal ini di dalam buku saya. Saya juga masih ingat orang-orang yang melaksanakan hukuman tak tahu menahu apa yang mereka perbuat—mereka cuma mengikuti perintah. Saya tak pernah jadi korban kekerasan seksual selama dalam sekte tapi saya selalu terenyuh tiap mendengar pengakuan mantan anggota sekte yang mengalaminya.

Flor Edwards.

Bagaimana kalian bisa lepas dari sekte ini?
Kami kabur secara perlahan. Satu demi satu dari kami meninggalkan sekte. Prosesnya berjalan selama dua tahun. Setelah Romo David meninggal pada 1994, sekte mulai runtuh dan kami dibebaskan. Kami sudah tinggal di Chicago waktu itu dan kami sekeluarga, 14 orang totalnya, ditinggalkan tanpa uang, latar belakang pendidikan dan modal untuk menjalani kehidupan sosial. Sebuah gereja Thailand di Chicago akhirnya mau membantu kami. Dari sana, kami pindah ke California. Ayah dan saudari-saudariku masuk sekolah. Setelah tak mengenyam pendidikan sama sekali, saya kini malah memiliki satu gelar master di bidang penulisan kreatif.

Apakah kamu masih relijius? Bagaimana kamu membayangkan “surga” saat ini?
Saya bukan sosok yang relijius dalam artian saya selalu pergi ke gereja saban minggu. Saya percaya spiritualitas dan agama harus dipisahkan. Itulah masalah terbesar agama saat ini. Agama selalu ingin menjadi sebuah institusi dan mengendalikan manusia, akhirnya esensi agama sendiri gagal diwujudkan. Agama kan seharusnya menghubungkan manusia dengan Tuhan, alam dan komunitasnya. Inilah celah yang diambil sekte. Sebuah sekte menawarkan kedekatan dengan tuhan, komunitas, tujuan hidup dan rasa memiliki.

Menurut saya, “surga” bisa ditemukan di Bumi dan “neraka” bisa terbentuk dalam pikiran manusia. Saya pernah hidup dalam komune sebuah sekte, makanya saya pernah merasakan “neraka” yang muncul akibat manipulasi psikologi. Dan saya bisa mengatakan pengalaman ini memaksa menciptakan surga saya sendiri di bumi.

Apa rencanamu di masa depan?
Sekarang saya bekerja sebagai guru dan tengah menimbang-nimbang untuk kembali sekolah, entah untuk mendapatkan gelar master lain atau berjuang mendapatkan gelar PhD. Saya sangat bersemangat belajar, mungkin karena saya dilarang mengenyam bangku sekolah. Saya merasa—seperti banyak orang lainnya—sistem pendidikan yang kita miliki tengah sekarat dan banyak yang harus dilakukan untuk memperbaikinya agar semua orang bisa mengakses pendidikan yang layak. Saya juga ingin menulis buku lagi.

Colek Mahmood di Instagram