FYI.

This story is over 5 years old.

Berita

Obama Menghentikan Program Pendataan Muslim di AS

Presiden Obama menghentikan program diskriminatif ini. Namun Presiden Terpilih Donald Trump tampaknya akan menjalankan kebijakan itu setelah nanti menjabat.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News.

Presiden Amerika Serikat Barack Obama menghentikan program pendataan penduduk muslim yang selama ini dilakukan oleh Departemen Keamanan Dalam Negeri. Program yang berulang kali dituding rasis dan diskriminatif itu adalah kebijakan era George W. Bush pada 2002 yang dilandasi Islamofobia. Pelaku serangan teror 11 September 2001 hampir semua orang Arab, sehingga banyak warga muslim yang jadi kambing hitam terorisme saat itu di AS. Selama lima tahun terakhir, pendataan muslim sebetulnya sudah tidak berjalan lagi. Kendati demikian, Presiden Terpilih Donald Trump dan tim transisi kemungkinan ingin menjalankan lagi program pendataan muslim dalam wujud berbeda.

Obama menandatangani dekrit penghentian pendataan muslim hanya beberapa jam setelah Trump menyatakan kelompok Islam Radikal bertanggung jawab atas peristiwa truk menabrak puluhan orang di Pasar Natal Kota Berlin, Jerman. Wartawan bertanya pada Trump, apakah dengan tuduhan itu artinya dia masih berencana mengawasi ketat setiap warga beragama Islam, termasuk melarang orang muslim dari negara lain masuk AS, sang miliarder properti itu mengiyakan. "Rencana saya akan tetap berjalan seperti yang dijanjikan," ujarnya.

Menteri Keamanan Dalam Negeri AS, Jeh Johnson, menyatakan keputusan Obama diambil untuk menghapus aturan-aturan terkait kebijakan warga nonimigran, yang dirasa sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman. Pendataan muslim, setelah dievaluasi, "ternyata tidak efektif untuk mencegah [terorisme]," kata Johnson.

Surat kabar the New York Times menyatakan kebijakan Obama ini lebih bernuansa "simbolis". Di penghujung kekuasaan, Obama berusaha menunjukkan bila pemerintahannya tidak sama dengan sosok presiden baru yang ingin menghidupkan lagi pengawasan muslim AS.

Daftar pengawasan muslim ini dijalankan selama kurun 2002 hingga 2011. Departemen Keamanan Dalam Negeri menghentikan pendataan setelah memperoleh tekanan dari aktivis HAM yang menuding program tersebut berbasis prasangka rasial, sebab kebanyakan penduduk AS yang didata adalah muslim dari etnis Arab. Arsitek program gagal ini adalah politikus asal Kansas, Kris Kobach, orang yang kini menjadi mentor politik Donald Trump. Saat itu Kobach memerintahkan setiap penduduk AS yang beragama Islam diperiksa sidik jarinya, difoto, serta diwawancarai oleh polisi untuk memeriksa adanya kaitan dengan terorisme.