Radiasi Nuklir

Muncul Lonjakan Radiasi Nuklir Misterius di Eropa Utara

Lembaga keamanan nuklir mendeteksi peningkatan level radiasi di Eropa utara. Ilmuwan bingung dari mana asalnya, karena tak ada reaktor bocor.
Asap yang keluar dari cerobong pembangkit listrik
Foto: Markus Distelrath via Pexels

Sejumlah lembaga keamanan nuklir Eropa mendeteksi tingkat isotop radioaktif yang lebih tinggi di negara Skandinavia dan Rusia Barat.

Pada 22-23 Juni, Comprehensive Test Ban Treaty Organization (CTBTO)—kelompok watchdog yang mengoperasikan stasiun pemantau keamanan nuklir—memperhatikan peningkatan kadar cesium-134, cesium-137, dan ruthenium-103 dari pangkalan Swedia.

Sekretaris Eksekutif CTBTO Lassina Zerbo mengunggah peta wilayah yang terdampak di akun Twitter-nya, dan mengatakan isotop “terkait dengan fisi Nuklir dan berada pada level yang lebih tinggi daripada biasanya (tapi tidak berbahaya bagi kesehatan manusia) … isotop ini kemungkinan berasal dari sumber sipil. Kami dapat mengindikasi kemungkinan sumber, tapi kami tidak memiliki mandat untuk mengidentifikasi lokasi tepatnya.”

Iklan

CTBTO tidak menanggapi permintaan VICE untuk berkomentar.

Dua pembangkit listrik Rusia di dekat perbatasan barat letaknya tak jauh dari wilayah terdampak. Pembangkit listrik Leningrad terletak di St. Petersburg, sedangkan pembangkit listrik Kola berada di Murmansk. Juru bicara perusahaan listrik Rosenergoatom yang mengelola keduanya memberi tahu kantor berita Rusia TASS, tidak ada tanda-tanda kebocoran baik di Leningrad maupun Kola.

“Kedua pembangkit beroperasi seperti biasanya,” katanya kepada TASS. “Kami sama sekali tidak pernah menerima keluhan terkait kerusakan peralatan.”

CTBTO bukan satu-satunya stasiun pemantau yang mendeteksi lonjakan itu. Lembaga keamanan radiasi dan nuklir di Swedia, Finlandia, Norwegia dan Belanda juga melihat awan radioaktif pada jangka waktu yang sama.

“Zat radioaktif yang terdeteksi bersifat buatan. Radionuklida mungkin muncul karena anomali pada elemen bahan bakar PLTN,” lembaga pemantau RVIM di Belanda menjelaskan dalam situs web. “Radionuklida terbang dari arah Rusia barat ke wilayah Skandinavia, tapi lokasi pastinya belum bisa ditunjukkan sekarang.”

Stasiun pemantau nuklir rutin menguji sampel udara, air dan tanah untuk mengetahui kadar bahan radioaktif di lingkungan. Menariknya, insiden ini dilaporkan oleh berbagai lembaga pemantauan pada waktu bersamaan.

Insiden serupa terjadi pada 2017. Awan ruthenium besar bergerak melewati langit Eurasia. Berbagai lembaga keamanan menarik satu kesimpulan, awan radiasi itu berasal dari kecelakaan nuklir di Rusia. Moskow awalnya bersikeras tidak ada awan radiasi, tetapi akhirnya mengakui keberadaan awan. Hanya saja, menurutnya, Rusia tidak bertanggung jawab atas itu.

Lembaga pemantau mengatakan isotop radioaktif yang dilacak tidak menimbulkan bahaya langsung, dan kemungkinan disebabkan oleh sumber bahan bakar PLTN yang terkontaminasi.

Tidak ada bukti pembangkit listrik Rusia yang menyebabkan itu, tapi kita juga tidak bisa terlalu memercayai Rusia karena negara ini sering berbohong soal masalah nuklir. Pada Agustus 2019, kecelakaan nuklir di fasilitas rudal Rusia menewaskan tujuh orang dan melepaskan radiasi nuklir ke udara. Moskow menutup-nutupi kebenarannya selama dua hari.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News