Konflik Papua

Facebook Hapus Ratusan Akun Palsu Dituding Sebar Hoax Soal Papua

Perusahaan dari Indonesia bernama InsightID, yang sebenarnya mendorong isu pro-NKRI, ikut terkena kebijakan Facebook, karena mengkoordinir penyebaran isu dengan pola tidak lazim.
Facebook Hapus Ratusan Akun Palsu Dituding Sebar Hoax Soal Papua
Warga di Jayapura menggelar protes atas dugaan perlakuan rasial terhadap mahasiswa Papua di perantauan pada 23 September 2019. Foto oleh Faisal Narwawan/AFP

*Pemutakhiran data pada Rabu (9/10) dilakukan pukul 10.26 WIB, dengan memuat hak jawab dari InsightID, yang menegaskan mereka tidak mendukung isu kemerdekaan Papua di medsos.

Raksasa media sosial Facebook akhir pekan lalu dikabarkan telah menghapus ratusan akun yang rutin mengunggah konten soal isu Papua Barat. Menurut pihak Facebook, ratusan akun yang disinyalir palsu tersebut menunjukkan "perilaku tidak otentik yang terkoordinasi" atau secara teknis disebut CIB.

Iklan

Facebook, dalam keterangan tertulis, menghapus 69 akun Facebook, 42 laman Facebook, dan 34 akun Instagram. Menurut Facebook, orang-orang dibalik jejaring tersebut menggunakan akun palsu untuk mengelola laman, menyebar konten dan mendorong pengguna lain ke situs di luar platform. Jaringan tersebut kabarnya menghabiskan US$300.000 untuk kampanye iklan Facebook. Tidak jelas berapa lama kampanye tersebut dilakukan.

"Meski orang-orang di balik aktivitas tersebut berusaha menyembunyikan identitas mereka, investigasi yang kami lakukan menemukan adanya hubungan dengan firma media InsightID," tulis Nathaniel Gleicher, Head of Security Facebook, dalam laporannya.

Menurut Gleicher, jaringan akun palsu tersebut bertujuan untuk mengunggah konten tentang kemerdekaan Papua Barat dalam bahasa Indonesia maupun Inggris. Dua laman yang kerap mengunggah konten terkait isu tersebut adalah West Papua Indonesia dan Papua West. Namun Gleicher juga menemukan beberapa akun dalam jaringan tersebut turut mengunggah penolakan terhadap isu kemerdekaan Papua Barat. InsightID termasuk yang menggerakkan kampanye menolak isu kemerdekaan.

"InsightID berdiri sangat jelas di posisi membela dan menjaga persatuan Indonesia," seperti dikutip dari keterangan tertulis yang diterima VICE. "Akun kami dihapus oleh Facebook bukan karena mengandung hoaks tapi karena alasan teknis di platform tersebut."

Saat dikonfirmasi CNN Indonesia, Facebook membenarkan akun-akun yang dihapus tidak melanggar kebijakan soal disinformasi. "Akun-akun yang diblokir bukan karena berita hoaks tapi karena pola CIB."

Iklan

Yang jelas Gleicher mengatakan penghapusan tersebut dilakukan setelah "melakukan investigasi terus-menerus terhadap dugaan adanya perilaku tidak otentik yang terkoordinasi."

Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara kepada awak media mengatakan, meski pemerintah punya wewenang untuk menghapus akun, namun keputusan tersebut murni berasal dari Facebook. Pemerintah juga berencana menyelidiki kasus tersebut bersama pihak kepolisian.

Tak banyak yang diketahui soal perusahaan kampanye digital itu. Adapun satu perusahaan yang disebut oleh Facebook InsightID. Dari informasi dalam situs InsightID, tertulis "Saat orang bertanya tentang kami, apa yang dilakukan INSIGHTID? Kami melakukan riset, perencanaan dan mengeksekusi digital marketing program dan PR yang terintegrasi."

Pemerintah ikut menekan aktivis yang bersuara soal isu di Papua Barat. Veronica Koman dan Dandhy Dwi Laksono adalah dua aktivis yang sudah dijadikan tersangka lantaran cuitan mereka soal isu Papua.

Sementara itu belum ada kabar apakah Facebook bakal memberlakukan kebijakan yang sama terhadap akun-akun palsu pendukung pemerintah dan oposisi. Akun-akun buzzer macam itu menunggangi persebaran isu mengenai gerakan mahasiswa tempo hari. Perilaku mereka juga sama, memicu polarisasi di medsos, meski pilpres sudah lama kelar.