Mengunjungi Valley-of-the-Fall, katedral pemuja fasisme di Spanyol
Seorang perempuan melakukan penghormatan ala fasis saat mengunjungi makam Primo de Rivera, pendiri gerakan falangist yang menyokong rezim fasis. Foto: Jesús Aguilar Belloc

FYI.

This story is over 5 years old.

Hantu Bernama Fasisme

Mengunjungi Katedral Para Pemuja Fasisme di Spanyol

Seri foto berikut menunjukkan kenyataan mengejutkan dari sebuah tempat wisata paling kontroversial di Eropa.

Valley of the Fallen adalah monumen penghormatan terakhir untuk mantan Diktator Spanyol Jenderal Francisco Franco. Monumen ini berlokasi 50 kilometer dari Madrid, ibu kota Spanyol. Dibangun dengan tenaga kerja paksa sepanjang kurun 1940 dan 1958, katedral tersebut konon didirikan sebagai sarana menyatukan bangsa Spanyol yang terpecah belah.

Pada kenyataannya, bangunannya sekarang malah menjadi monumen paling memecah belah di Spanyol, kalau bukan di dunia. Ini adalah tempat ziarah bagi sebagian pendukung fasisme. Sebagian orang yang anti-fasis menganggapnya sebagai pengingat mengerikan atas sejarah fasisme di Negeri Matador yang menewaskan banyak orang.

Iklan

"Selama 40 tahun terakhir, muncul perdebatan pelik di Spanyol, terkait keputusan menggali jasad Franco dari ruang bawah tanah katedral ini."

Sejarah dari pondasinya pun sangat mengerikan. Di bawah katedral itu terkubur 34.000 jasad pejuang dari dua sisi yang mengorbankan nyawanya dalam Perang Saudara Spanyol — 20.000 jasad berhasil diidentifikasi, sedangkan 14.000 jasad lainnya tidak teridentifikasi. Bisa dibilang, katedral ini termasuk kuburan massal terbesar di dunia. Masalahnya, monumen yang didirikan di atas kuburan tersebut hanya untuk memperingati dua orang saja. Siapa mereka? Franco dan pendiri gerakan falangista yang menjadi penyokong fasisme, yakni José Antonio Primo de Rivera.

Beberapa minggu sebelum kematian sang diktator, pemerintahan baru Spanyol menandatangani kesepakatan dengan Raja Juan Carlos I, menyatakan agar jasad Franco tetap dikubur di sana selamanya. Selama 40 tahun kemudian, terjadilah perdebatan budaya pelik, dipicu keputusan pemerintahan demokratis menggali kuburan Franco dan mengeluarkan jasadnya dari ruang bawah tanah katedral ini.

Pada Desember 2018, AMUSE sempat menerbitkan artikel yang mengenang sejarah peperangan di Valley of the Fallen. Sebagai lanjutan artikel tersebut, saya mengunjungi ruang bawah tanah di bawah katedral selama dua bulan. Saya menghabiskan waktu memotret berbagai ikonografi di sana, dan mendokumentasikan popularitas katedral ini yang bertahan lama—sekaligus penanda betapa bayang-bayang fasisme masih terus menghantui Eropa.

Iklan

Valley-of-the-Fallen-Franco-1-of-12

Foto oleh: Jesús Aguilar Belloc

Nave (bagian tengah gereja) utama diapit oleh dua perisai besar, menggambarkan ‘El Águila de San Juan’ (Elang St. John) dan ‘El Yugo y las Flechas’ ( The Yoke and The Arrows) — simbol kediktatoran Franco.

Valley-of-the-Fallen-Franco-10-of-12

Foto: Jesús Aguilar Belloc

Arca ultra-katolik, yang biasa ditemukan dalam kediktatoran nasionalis Kristen, terlihat sangat jelas di seluruh kawasan katedral.

Valley-of-the-Fallen-Franco-12-of-12

Foto: Jesús Aguilar Belloc

Valley of the Fallen adalah bangunan Franco berskala besar pertama yang menggunakan kerja paksa. Ribuan tahanan — sebagian besar dari pihak Republik — dikeluarkan dari penjara untuk mendirikan bangunan. Negara memutuskan bahwa para tahanan wajib melakukannya untuk menebus dosa mereka di hadapan Tuhan dan Negara.

Valley-of-the-Fallen-Franco-2-of-12

Foto: Jesús Aguilar Belloc

Bangunan melengkung monumen memenuhi pintu masuk katedral.

Valley-of-the-Fallen-Franco-7-of-12

Foto: Jesús Aguilar Belloc

Salib di Valley of the Fallen adalah yang terbesar di seluruh dunia. Tingginya mencapai 150 meter dan bisa terlihat dari Madrid. Patung Pietà bertumpu di bagian bawahnya.

Valley-of-the-Fallen-Franco-6-of-12

Foto: Jesús Aguilar Belloc

Dua orang sedang mengamati pintu basilika sebelum menaruh bunga sebagai penghormatan bagi sang diktator. Pengunjung tidak boleh menaruh bendera Nasional di dalam ruangan, tak seperti karangan bunga yang selalu menghiasi makamnya.

Valley-of-the-Fallen-Franco-4-of-12

Foto: Jesús Aguilar Belloc

Ruang peribadatan besar dibangun di bawah gunung.

Valley-of-the-Fallen-Franco-5-of-12

Foto: Jesús Aguilar Belloc

Dua malaikat penjaga besar melindungi akses ke tempat ibadah. Patung-patungnya terbuat dari meriam perunggu yang sebelumnya digunakan dalam Perang Saudara.

1552922045434-1552914677752-Valley-of-the-Fall

Foto: Jesús Aguilar Belloc

Valley of the Fallen dapat dilihat dari jauh. Salibnya jelas terlihat dari salah satu jalan utama menuju Madrid.

Iklan
Valley-of-the-Fallen-Franco-3-of-12

Foto: Jesús Aguilar Belloc

Warga Spanyol harus membayar lebih dari €750.000 (setara Rp12 miliar) per tahun sebagai ongkos pemeliharaan Valley of the Fallen. Meski demikian, biaya perbaikan saat ini diperkirakan lebih dari €12.000.000 (Rp193 miliar) karena bahan bangunan yang dipakai kualitasnya tidak bagus.

Valley-of-the-Fallen-Franco-11-of-12

Foto: Jesús Aguilar Belloc

Sejak pengumuman penggalian makam diktator Francisco Franco, jumlah pengunjung meningkat 103 persen. Foto di atas menampilkan beberapa pengunjung yang menghadiri misa Minggu, yang sepenuhnya masih dinyanyikan dalam bahasa Latin.


Jesús Aguilar Belloc adalah fotografer lepas yang tinggal di Zaragoza, Spanyol.

Artikel ini pertama kali tayang di Amuse