Merayakan Malam Kudus Bersama Yesus Sang Raja Jawa

FYI.

This story is over 5 years old.

natal

Merayakan Malam Kudus Bersama Yesus Sang Raja Jawa

Gereja Ganjuran di Bantul, Yogyakarta, terkenal berkat arsitektur khas Jawa di seluruh tempat peribadatannya. Sosok Yesus diubah menjadi arca bercorak Hindu. Kami menghabiskan malam Natal di tempat itu, menyelami harmoni ajaran Katolik dan Budaya Jawa.

Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus, atau biasa disebut Gereja Ganjuran, terletak di kelurahan Ganjuran, Bambanglipuro, Bantul. Posisinya 20 kilometer dari pusat kota Yogyakarta. Arsitektur utama Gereja Ganjuran bergaya joglo lengkap dengan pendoponya.

Di sebelah kanan, terdapat candi bercorak Hindu setinggi 10 meter. Pada tembok pembatas paling kanan terdapat sekitar 10 relief Jalan Salib. Semua penggambaran Yesus dan Maria, uniknya, juga memakai gaya Hindu-Jawa. Di sebelah kiri pendopo juga terdapat makam para pastur dan umat katolik pertama di Ganjuran.

Iklan

Gereja Ganjuran didirikan oleh keluarga Schmutzer, juragan pabrik gula asal Belanda pada 1924. Saat terjadi krisis moneter internasional 1927, keluarga tersebut membangun candi tersebut sebagai ungkapan syukur.

"Keluarga Schmutzer mampu bertahan dari krisis karena manajemen ekonomi yang baik," ujar Sri Bandono, salah satu anggota tim liturgi gereja. "Sebagai ungkapan syukur karena telah hidup dan bertahan di Jawa, maka arsitekturnya pun memakai gaya Jawa."

Pascakemerdekaan, gereja tersebut diserahkan dan dikelola sepenuhnya oleh Keuskupan Semarang. Gereja Ganjuran ramai dikunjungi saban Jumat pertama setiap bulannya dan minggu terakhir di bulan Juni.

Malam itu sekitar 2.000 jemaat mengikuti misa Natal. Di sela-sela misa terdengar langgam gamelan Jawa mengiri doa dan puja-puji. Sesaat setelah misa berakhir, saya berjalan menuju candi.

Di Candi, belasan jemaat bersimpuh dan bersujud di depan patung Yesus bergaya Raja Jawa. Gereja ini tak cuma unik secara arsitektur, namun menjadi bukti bahwa proses akulturasi antara budaya Jawa dan ajaran Katolik mampu berjalin kelindan, tanpa harus saling mendominasi.