FYI.

This story is over 5 years old.

Perang Narkoba Filipina

Bunuh Ribuan Orang Pemakai Narkoba, Kini Duterte Mengaku Suka Pakai Ganja Pas Rapat

Juru bicaranya panik, mengklaim ucapan Presiden Filipina itu cuma "bercanda."
Rodrigo Duterte saat APEC Summit
Presiden Filipina Rodrigo Duterte. Foto oleh Mikhail Metzel/Getty Images

Presiden Filipina Rodrigo Duterte, awal pekan ini melontarkan pidato mengejutkan. Dia mengaku butuh mengisap ganja 'sebat' supaya tidak mati kebosanan saat melakoni rapat maraton. Pernyataan ini tentu saja membuat geger masyarakat, mengingat kebijakan Duterte yang terkenal adalah memerintahkan pembantaian pengedar maupun pengguna narkoba tanpa peradilan layak.

Pertanyaan kontroversial itu diucapkan Duterte saat membuka acara di Kementerian Luar Negeri di Ibu Kota Manila. Dia mengaku sengaja tidak datang ke Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN di Singapura bulan lalu.

Iklan

Alasannya, karena rapat seremonial antar kepala negara itu biasanya "membosankan sekali" dan harus dimulai sejak pagi. Duterte memang dikenal sebagai tukang lembur dan tidur seringkali lepas tengah malam. "Sekretariat ASEAN mengira kita ini pramuka kali ya," ujarnya disambut tawa hadirin. "Untungnya kalau memang harus datang saya tidak masalah juga, karena saya mengisap mariyuana supaya bisa terus melek."

Dalam konferensi pers di acara yang sama, wartawan lantas bertanya soal jangka waktu kebijakan darurat militer di Pulau Mindanao. Saat menjawab pertanyaan itu, Duterte lagi-lagi menyinggung soal ganja. "Keputusan kapan mengakhiri [darurat militer] nanti kita putuskan setelah sesi ngebaks bareng kabinet, biar mikirnya bisa lebih seger."

Media sosial di Filipina pun geger melihat komentar sang presiden. Di negara mayoritas Katolik itu, kepemilikan ganja yang sangat ringan sekalipun pasti mengirim seseorang masuk penjara. Komentar itu makin kontroversial, lantaran diucapkan presiden yang kebijakannya sejak 2016 mendorong penembakan massal pengguna narkoba, termasuk pengisap mariyuana. Banyak perempuan dan anak-anak terbunuh dalam perang narkoba ala Duterte. Pelaku penembakan itu sebagian polisi, sebagian lainnya adalah milisi sipil yang didukung Duterte.

Duterte pernah memicu kehebohan sejenis, ketika mengaku rutin mengonsumsi fentanyl. Dia berdalih obat penenang itu bukan narkoba, sehingga penggunanya tidak harus "dibasmi" seperti pecandu lainnya.

Iklan

Juru bicara Duterte panik, menyebut komentar sang presiden cuma bercanda saja. "Dia cuma guyon saja supaya suasana santai. Kan gaya dia seperti itu," kata Salvador Panelo, jubir Istana Malacanang.

Namun, sebagian netizen lokal menganggap candaan itu sembrono. Guyonan Duterte soal ngebaks diucapkan berselang tiga hari dari vonis penjara 40 tahun untuk tiga polisi yang membunuh Llyod delos Santos, pemuda 17 tahun, yang ditembak hanya karena dituduh pengedar ganja. Tuduhan itu tak terbukti.

Total, sejak 2016, sebanyak 12.000 warga sipil di seantero Filipina jadi korban tewas perang narkoba yang dicanangkan Duterte. Panelo berkukuh lelucon mengisap ganja itu sah-sah saja diucapkan presiden. "Coba saja lihat, kalau orang yang hadir di acara itu ketawa, berarti konteks pidato presiden memang cuma lelucon."

VICE news mengumpulkan beberapa pernyataan kontroversial Duterte lainnya yang diklaim jubirnya sebagai "bercanda doang":

  • Pada September 2018, dia mengaku kekurangan dan dosa terbesarnya selama menjabat sebagai presiden adalah mendukung pembunuhan tanpa peradilan — sang jubir menyebutnya "ucapan main-main saja."
  • Pada Desember 2016, Duterte membenarkan rumor bahwa dia akan membunuh koruptor tanpa peradilan. "Kalau kamu korup, ya kamu harus siap dilempar dari helikopter di atas Manila." Ucapan itu dia bantah sendiri, dan melabelinya sebagai, "imajinasi saja."
  • Awal tahun ini, Duterte menarik ucapannya saat kampanye dulu, bahwa dia akan mendatangi pulau buatan yang dibangun Tiongkok di wilayah Filipina naik jet ski. Dia rencananya akan memasang bendera Filipina di pulau-pulau reklamasi tersebut. Tapi belakangan dia bilang ide itu tentu tidak bisa diwujudkan karena cuma "lelucon."

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News