FYI.

This story is over 5 years old.

Kencan

Gejala Ketagihan Pakai Aplikasi Kencan

Sebab, kecanduan utama anak-anak muda masa kini adalah pada ponselnya bukan dengan lawan jenis.

Artikel ini pertama kali tayang di Tonic.

Banyak orang lajang di luar sana menggunakan aplikasi dating ponsel dengan harapan akan lebih mudah bertemu orang baru. Sayangnya, aplikasi-aplikasi ini tidak lolos dari masalah yang kerap muncul ketika seseorang sedang dalam tahap PDKT: lawan bicara tiba-tiba menghilang bagai hantu (ghosting), pesan anda hanya dibaca dan tidak dijawab, anda merasa di-PHP, atau bahkan terkadang berakhir dengan caci maki. Namun nyatanya penggunaan aplikasi dating tetap marak. Kok bisa? Sebuah survei yang dilakukan oleh Match menemukan jawabannya: Satu dari setiap enam orang lajang (15 persen) mengatakan mereka kecanduan dengan proses menemukan seseorang lewat applikasi dating. Survei tersebut juga menemukan bahwa laki-laki mempunyai kemungkinan 97 persen lebih besar kecanduan menggunakan aplikasi dating, sementara perempuan justru mempunyai 54 persen kemungkinan capek dan berhenti menggunakan aplikasi tersebut.

Iklan

Para pengguna aplikasi dating seperti Tinder, Bumble, Hinge, OkCupid, dan lainnya yang berumur 20an atau 30an semua mengatakan bagaimana melelahkannya proses menemukan seseorang lewat cara seperti ini: "Capek banget udah cocok sama seseorang dan merasa nyambung pas ngobrol via teks, tapi kemudian ketemu tatap muka pertama kali rasanya gak sama—entah karena penampilan mereka tidak sama dengan foto di app, atau karena pesona mereka di dunia maya lebih menarik daripada yang sesungguhnya," kata Elan, 29 tahun, seorang desainer produk dari Brooklyn. "Anda mesti capek-capek mulai dari nol dengan orang baru, basa basi, kemudian tidak berujung apa-apa," kata Amy, 26 tahun, seorang perekrut asal Chicago.

Ternyata dua pertiga pengguna app-app seperti ini bahkan tidak pernah berhasil mendapatkan kencan di dunia nyata. Dan jelas rasanya menyakitkan ketika anda ngeswipe kanan seseorang—padahal orangnya gak keren-keren amat—dan perasaan anda ini tidak dibalas. "Sangat mengecewakan ketika anda menemukan profil seseorang yang menarik, swipe kanan, terus sadar bahwa perasaan ini tidak dibalas," ungkap John, 31 tahun, seorang manajer musik di Nashville.

Dengan semua kekecewaan itu, para lajang tetap berminat menggunakan aplikasi kencan. "Aplikasi itu seperti main mesin judi—selalu ada harapan anda akan 'menang', dan setiap kali kalah, anda meyakinkan diri sendiri bahwa keberuntungan anda akan berubah," kata David Greenfield, penemu Pusat Kecanduan Internet dan Teknologi yang juga seorang profesor psikiatri di University of Connecticut School of Medicine. Para peneliti menyebut fenomena ini sebagai variable ratio reinforcement: tidak bisa diprediksi kapan atau seberapa banyak anda akan 'sukses' menggunakan aplikasi tersebut, tapi kemungkinan itu selalu ada. Dan selagi anda terus nge-swipe dengan harapan mendapatkan pacar—atau sekedar hubungan seksual semata—beberapa match dan percakapan yang anda dapatkan cukup untuk mengalirkan dopamin ke otak yang membuat anda ketagihan.

Iklan

"Biasanya setelah saya cocok dengan seseorang, saya berniat berhenti. Tapi kemudian satu jam berlalu, dan anda masih ngeswipe sana sini," ungkap Jenny, 28 tahun, seorang staf  sales tech di San Francisco.

Greenfield mengatakan bahwa kecanduan aplikasi dating bukanlah hal yang mengejutkan. "Dopamin adalah neurotransmiter yang sangat kuat—mereka tertanam di otak kita di level yang sama dengan makan dan seks, jadi mencoba melawan godaan ini sama dengan melawan sesuatu yang sudah tertanam di otak manusia secara biologis selama berpuluh-puluh ribu tahun."

Namun memang agak sulit untuk bisa menggunakan kata kecanduan atau ketagihan dengan tepat ketika membicarakan pengguna aplikasi kencan. Sulit mengetahui apakah ada kasus di mana penggunaan aplikasi semacam itu benar-benar menganggu kehidupan nyata seseorang baik dari sisi hubungan antar manusia, pekerjaan, atau bahkan kesehatannya.

Lagipula, kadang-kadang ngeswipe sana sini di Tinder ketika sedang istirahat di kantor bisa terasa lebih produktif daripada menyelesaikan file PowerPoint permintaan atasan. Kok bisa? Lima persen orang yang tengah menjalin hubungan serius mengatakan bahwa mereka bertemu pujaan hati mereka online—jadi memang ada harapan.

Jadi kalau anda merasa gejala ketagihan menggunakan aplikasi kencan, jangan bersedih. Lebih baik kalian bersiap menderita. "Ujung-ujungnya, mempunyai banyak pilihan dalam hal apapun tidak membuat kita lebih bahagia—justru menambah stres," kata Greenfield. Ya udah coba aja cara yang lebih tradisional, minta aja teman kantor cariin calon pacar. Kalaupun gagal, toh Tinder bisa jadi rencana cadangan.