FYI.

This story is over 5 years old.

kesehatan

Semprotan Anti Nyamuk Aman Buat Tubuh Kita Ga Sih?

Inilah serba-serbi yang perlu kalian tahu mengenai efek racun serangga cair.

Artikel ini pertama kali tayang di Tonic.

Tonic—situs kesehatan bagian dari VICE.com—sekarang punya rubrik khusus untuk menjawab semua pertanyaan kalian seputar kesehatan yang paling tolol sekalipun.

Skenarionya:
Bayangin deh. Kamu udah susah-susah masang tenda, kayu bakar untuk acara api unggun entar malam sudah tersedia, kaos #MyTripMyAdventure udah juga kamu pakai. Biar lebih gagah dan kelihatannya pecinta alam banget, kamu sengaja ninggalin deodoran di rumah. Ini kan demi mendekat diri dengan alam, pikirmu. Pokoknya semuanya sudah tertata. Rencananya sih kamu bakal menghabiskan akhir minggu di alam liar, bersama bersama teman-teman. Tubuh kamu kucel. Bau? Sudah pasti. Wajar—lagi-lagi begitu pikirmu—namanya juga pecinta alam liar sejati, sesekali menampik kenyamanan rumah itu bukan perkara. Tapi, tiba-tiba salah satu temen kamu kamu ngeluarin spray anti nyamuk dan mulai menyemprotkannya ke seluruh tubuhnya, dari kaki sampai kepala. Biadab! Rencanamu kemping ala acara survival di TV kandas. Lebih dari itu, kamu mulai ketar-ketir jangan-jangan tubuhmu sudah tak sengaja menghisap kandungan berbahaya dalam spray yang disemprotkan sohib kempingmu.

Fakta:
BPOM di berbagai negara punya daftar panjang produk anti nyamuk yang aman digunakan. Masuk daftar ini enggak gampang. Sebuah produk harus menjalani tes panjang. Tujuannya untuk membuktikan bahwa produk tersebut benar-benar berfungsi, tak cuma pasang klaim "telah terbukti mengusir nyamuk" di kemasannya doang. Mayoritas produk yang terdaftar di BPOM mengandung salah satu bahan aktif berikut: N,N-diethyl-matatoluamide (DEET) dan para-Menthane-3,8-diol (PMD). Tentara Amerika Serikat mengembangkan DEET pada 1946 untuk digunakan anggotanya yang diterjunkan ke medan padat nyamuk. Butuh waktu 34 tahun sampai DEET buatan pihak militer AS masuk daftar EPA. selama beberapa dekade, senyawa kimia dalam DEET dipercaya bisa mengakibatkan kanker, kejang-kejang hingga beberapa masalah neurologis. Banyak unggahan di blog tentang hal ini. Namun, kabar burung dan tulisan para blogger ini sebenarnya enggak punya dasar saintifik yang jelas. "Saya belum menemukan tuduhan berdasar yang mengatakan bahwa DEET menggangu kesehatan manusia sehingga kita harus mengawasi pemakaiannya," ujar Stacy Rodriguez, peneliti di Hansen Lab, New Mexico State University yang banyak meriset cara baru untuk mengontrol persebaran penyakit vektor bawaan lahir. Untuk benar-benar membuktikan kemanjuran beberapa spray anti nyamuk, Rodriguez merekrut dua sukarelawan pencari tantangan untuk duduk di sebuah lorongan angin dan dikerubuti 125 ekor nyamuk Aedes Aegypti pembawa virus zika, chikunguya, demam berdarah, serta deman kuning. Hasil uji coba ini, yang diterbitkan di Journal of Insect Science, mengungkap dari semua spray anti nyamuk yang diuji, produk yang mengandung 65 persen PMD dan 98 persen DEET paling banyak mengusir nyamuk—48 persen dan 77 persen berturut-turut. Baiklah, sekarang kita seenggaknya tahu spray anti nyamuk ada fungsinya bagi umat manusia. Tapi, masih pertanyaan: kedua senyawa kimia ini bisa merugikan kesehatan kita enggak sih?

Risiko Terburuk:
Apapun kondisinya, di manapun kamu berada—sedang kemping di hutan atau pun main video game di rumah—jangan pernah sekalipun menenggak isi spray anti nyamuk. Akibatnya bisa fatal bray dan ini pernah bener-bener kejadian. Pada tahun 2013, seorang pria menenggak enam ons anti nyamuk. Goks! Aksi ini bikin pria nekat ini kejang-kejang, menderita serangan jantung dan ujung-ujungnya meninggal, seperti yang dilansir oleh American Association of Poison Control Center (AAPCC). Menelan isi spray anti nyamuk juga tergolong tindakan gegabah, menurut pernyataan AAPCC. Bahkan menghirup isi spray anti nyamuk bisa bikin runyam. Terlalu banyak menghisap pyrethrins—campuran senyawa alami bunga seruni yang beracun bagi serangga—bisa menyebabkan muntah-muntah, diare dan kesusahan bernafas. Karena kita sepertinya tak bodoh-bodoh amat untuk melakukan hal-hal di atas, mungkin pertanyaaan harus kita modifikasi sedikit. Jadi begini: apa yang terjadi kalau kita menggunakan spray anti nyamuk yang tak direstui EPA? Tahun 1995, EPA menguji menguji keamanan produk anti nyamuk dengan bahan alternatif—seperti peppermint dan minyak cedar. Hasilnya, produk-produk itu dianggap aman digunakan dan "memiliki resiko minim terhadap kesehatan manusia." yang enggak diuji justru adalah kemanjurannya. "Kita tak akan pernah tahu reaksi macam apa dialami pengguna produk-produk tersebut, namun risiko yang terbesar adalah produk tidak manjur sama sekali," begitu kata juru bicara Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA). Masalahnya, nyamuk kerap sering dianggap sebagai ancaman yang enggak serius-serius amat. Paling banter nyamuk cuma bikin gatal dan bentol. Padahal, oleh banyak pakar, nyamuk dianggap sebagai binatang paling berbahaya di dunia karena rutin menjadi pembawa virus penyakit berbahaya. Nyamuk juga punya andil besar atas penyebaran kutu pembawa bakteri penyakit dan vektor penyakit lainnya yang populasinya meningkat di udara yang hangat. Jadi, saran kami sih tetap pakai lotion/spray anti nyamuk jika harus kemping atau lewat track yang penuh nyamuk Yang mungkin terjadi:
Ketakutan orang terhadap DEET muncul karena anggapan bahwa tubuh kita menyerap senyawa kimia yang dioleskan ke kulit. Padahal, itu enggak sepenuhnya sahih. Di tahun 1995, peneliti mengoleskan DEET pada lengan beberapa orang dewasa. Ternyata, hanya 8,3 persennya diserap oleh tubuh. Namun, yang paling penting, hampir semua senyawa itu dikeluarkan lewat air kencing dalam kurun 24 jam. Lagipula, EPA enggak cuma ngetes kemanjuran sebuah produk, mereka juga menguji keamanannya. Pada 2014, EPA kembali menguji keamanan DEET dan tak menemukan "risiko berarti bagi kesehatan manusia, spesies lainnya, atau bahkan lingkungan kita." Seperti reaksi terhadap produk perlindungan/perawatan kulit lainnya, kamu bisa mengalami kulit merah-merah, iritasi atau sedikit ruam jika kamu ternyata memiliki alergi terhadap kandungan sebuah produk anti nyamuk. "Tapi itu kan masalah alergi," kata Rodriguez. "Alergi itu masalah kulit manusia dan senyawa kimia. Hal serupa enggak harus dialami semua orang."

Apa yang harus dilakukan:
Seperti pantangan minum alkohol saat hamil, cara terbaik menghindari gigitan nyamuk adalah menjauhi nyamuk. "Baru kalau kamu tak bisa menghindari dari nyamuk, gunakan produk anti nyamuk agar kamu tak jatuh sakit gara-gara nyamuk," ujar Rodriguez. Yang paling manjur adalah spray anti nyamuk yang mngandung DEET atau PMD. jika kamu harus menggunakannya, usahakan tak menyemprotkannya di luar ruangan saat senja atau subuh-subuh. Ini adalah saat nyamuk berburu darah manusia. Kamu juga bisa berjaga-jaga dengan mengenakan pakaian yang longgar. Menurut Rodriquez, nyamuk susah menggigit kulit kalau kita mengenakan baju gombrong. "Produk anti nyamuk enggak selalu manjur 100 persen," imbuhnya. "Nyamuk itu hewan berbahaya. Mereka bisa menyerang terus." Jadi Pastikan terus menggunakan semprotan anti nyamuk dan ulangi penggunaanya secara berkala. Kebanyakan produk anti nyamuk khasiatnya hanya bertahan selama beberapa jam. Apalagi kalau kita gampang keringatan atau kondisinya sedang lembap, senyawa anti nyamuk cepat luruh. Lah terus gimana dong? Ya semprot aja lagi. Gitu aja kok repot.