Patung peringatan kejayaan budak
Awal kuli kontrak di Deli
Rasisme kulit putih
“Memang suatu keajaiban, kuli Cina bisa tertarik ke daerah perkulian untuk dipukuli hingga mati atau setidaknya diperlakukan dengan kejam sampai luka yang mendalam… Baru-baru ini saya mendengar cerita tentang seorang Eropa yang dengan bangga menceritakan bagaimana dia menggantung seorang kuli sampai mukanya menjadi biru”.
Monopoli dan brutal
Breman memperkirakan seperempat dari kuli kontrak tewas sebelum kontrak mereka berakhir.Deli memang tanah emas dan surga bagi kelas kaum kapitalis, namun hanya tanah untuk meneteskan keringat dan air mata, tanah kematian dan neraka bagi kaum buruh.
Para kuli melakukan kerja paksa, mereka adalah budak. Para kuli membanting tulang dari dini hari sampai malam, mendapat upah yang cukup buat pengisi perut dan penutup punggung, tinggal di bangsal seperti kambing dalam kandangnya, sewaktu-waktu dipukul dan dimaki godverdom, sewaktu-waktu bisa kehilangan istri dan anak gadisnya yang dikehendaki ndoro tuan.
Warisan buruk perkebunan kolonial
Daerah Sumatera Utara sekarang terkenal menjadi daerah perkebunan. Namun warisan sistem perkebunan zaman Belanda masih diterapkan. Setiap kebun memiliki administrator (ADM), asisten kebun, kerani, mandor, dan buruh. Walau sang buruh sekarang tidak lagi terikat dalam kontrak, namun upah buruh masih minimumBelakangan ini, riwayat tanah Deli yang kaya banyak diromantisasi sebagai wisata warisan sejarah. Kota Medan yang telah modern pada awal abad ke-20, pernah dijuluki Parijs van Sumatra. Daerah Kesawan terkenal dengan restoran Tip Top, pusat perbelanjaan Warenhuis dan Seng Hap.Esplanade (Lapangan Merdeka) memiliki bangunan bersejarah (Harrison Crossfield - sekarang London Sumatera), balai kota, kantor pos, hotel de Boer (sekarang Grand Inna), jalur kereta api yang menghubungkan semua perkebunan di Sumatera Utara.Bersamaan dengan roman yang indah ini, Nienhuys diceritakan sebagai pendiri kota Medan modern. Monumen Kolonial Belanda mengagungkan Cremer sebagai sang kolonial dengan cita-cita tertinggi yang membawa peradaban, kemakmuran, kedamaian, dan ketertiban.Nienhuys dan Cremer menjadi kaya raya dari hasil perkebunan Deli. Cremer bahkan menjabat sebagai menteri kolonial di pemerintah Belanda (1897–1901). Halaman Wikipedia Nienhuys dan Cremer mengangkat mereka sebagai pendiri perusahaan tembakau, dan tidak mempersoalkan sistem perbudakan yang mereka tanamkan.Romantisme sejarah Medan jangan sampai melupakan keringat dan darah ratusan ribu kuli kontrak yang diperbudak di perkebunan saat kolonial. Agar sejarah terhadap pekerja kebun tidak terulang lagi, pemerintah dan masyarakat mestinya memperhatikan pendidikan dan kesejahteraan mereka agar bisa keluar dari jeratan kemiskinan turunan.Jika generasi milenial tidak lagi berminat menjadi pekebun atau petani, akan berdampak terhadap kelanjutan pertanian di Indonesia.