sains dan teknologi

Kota Kuno Ditemukan di Belantara Hutan Amazon Berkat Teknologi Laser Udara

Ratusan tahun terkubur lebatnya hutan Amazon, daerah permukiman peradaban kuno di Bolivia ini kembali ditemukan oleh ilmuwan menggunakan teknik LIDAR.
peta bergambar kota besar yang memiliki piramida
Tangkapan layar dari animasi 3D situs Cotoca. Gambar: H. Prümers / DAI

Peradaban yang telah lama hilang akhirnya berhasil ditemukan, terkubur jauh di balik lebatnya hutan Amazon di wilayah Bolivia.

Daerah bekas permukiman itu seluas 207 kilometer persegi dan berada di Llanos de Mojos, Bolivia. Di sana, terdapat struktur bangunan berupa piramida, jalan lintas, kanal, benteng dan “pulau hutan” yang ditinggikan, serta sejumlah bangunan yang fungsinya kemungkinan berkaitan dengan hal-hal kosmologis.

Iklan

Dibangun oleh peradaban Casarabe yang hidup sekitar tahun 500 hingga 1400 Masehi, kota kuno ini tertutup pepohonan yang rapat, sehingga sulit diakses dan tidak bisa terlihat dengan mata telanjang. Keberadaannya tersingkap berkat bantuan teknologi laser udara Light Detection and Ranging (LIDAR).

Para ilmuwan yang dipimpin oleh Heiko Prümers, arkeolog Institut Arkeologi Jerman di Berlin, menembakkan laser dari atas helikopter dan menemukan reruntuhan dua permukiman besar bernama Cotoca dan Landívar. 24 situs lebih kecil, yang 15 di antaranya tidak diketahui sebelumnya, juga ditemukan di sekitar wilayah tersebut.

Seperti yang dijelaskan di jurnal Nature, penemuan ini tak hanya menunjukkan permukiman budaya Casarabe sekelas kota tropis dengan kepadatan rendah, tetapi juga “mematahkan argumen yang mengatakan bagian barat Amazon jarang penduduknya pada masa pra-Hispanik”. 

“Tata letak arsitektur situs permukiman budaya Casarabe menunjukkan, penduduk wilayah ini menciptakan lanskap sosial dan publik baru melalui monumentalitas,” terang tim Prümers dalam studi. “Kami menduga sistem permukiman budaya Casarabe merupakan bentuk tunggal dari urbanisme agraris tropis dengan kepadatan penduduk rendah—sejauh pengetahuan kami, ini dataran rendah tropis pertama di Amerika Selatan.”

Alat pemindai LIDAR berfungsi dengan cara menembakkan laser dari udara ke target di darat, lalu merekam waktu yang dibutuhkan sinyal untuk memantulkan sinarnya kembali. Dengan cara ini, ilmuwan dapat mengumpulkan detail-detail kecil tentang topografi yang sulit dipelajari menggunakan alat lain. LIDAR sangat membantu para arkeolog yang tertarik mencari peradaban kuno, namun terhambat kondisi daerah yang diselimuti vegetasi lebat.

Iklan

Sejumlah struktur bangunan yang terkubur di Llanos de Mojos telah diketahui sebelumnya, tapi penemuan baru ini mengungkap permukiman luas yang terhubung oleh jalanan sejauh beberapa kilometer yang melintasi medan hijau, dan airnya dikelola sistem kanal dan waduk yang sangat besar.

Kedua permukiman, Cotoca dan Landívar, dilindungi struktur pertahanan konsentris yang mencakup parit dan benteng. Tanda-tanda kehidupan dan aktivitas seremonial banyak ditemukan di daerah yang lebih padat penduduknya, seperti pada piramida kerucut setinggi 21 meter dan gundukan aneh berbentuk U.

“Tempat-tempat upacara pada dua permukiman besar memiliki orientasi yang sangat seragam ke arah utara-barat laut. Ini mungkin mencerminkan pandangan kosmologis penduduknya, yang juga terlihat pada orientasi pemakaman budaya Casarabe yang diperluas.”

Meski sebagian besar monumen ini ditemukan di reruntuhan yang lebih padat penduduknya, para peneliti menyebut kemungkinan adanya dusun-dusun kecil di sekitar wilayah tersebut. Hanya saja, menurut mereka, keberadaannya belum terdeteksi LIDAR. Temuan baru ini menawarkan pandangan menarik pada masyarakat yang berkembang pesat selama ratusan tahun di kawasan hutan tersebut. Mereka membangun infrastruktur agrikultur dan akuakultur besar-besaran untuk menopang kehidupan sosial dan ritual yang kaya.

Pembangunan arsitektur yang ditujukan untuk keperluan sipil dan seremonial, serta infrastruktur pengelolaan air, pasti membutuhkan tenaga kerja yang sangat banyak. Dengan demikian, para peneliti menyebut peradaban kuno ini “jauh lebih canggih daripada permukiman yang saling terhubung di bagian selatan Amazon, yang belum memiliki arsitektur sipil-seremonial monumental”.

“Data ini berkontribusi pada diskusi tentang kekayaan global dari keragaman perkotaan awal, dan dapat mendefinisikan ulang kategori yang digunakan untuk masyarakat Amazon pada masa lalu dan sekarang,” simpul Prümers.