Thailand

60 Tahun Jadi Pajangan, Mumi Kanibal Kesohor Thailand Akhirnya Dikebumikan

SI Quey itu seperti Sumanto di Indonesia. Netizen Thailand yakin Si Quey telah jadi kambing hitam oleh aparat. Oleh karena itu, mereka menuntut agar jasadnya dikubur dengan benar.
Mumi Si Quey yang dipajang di lemari kaca
Mumi Si Quey yang dipajang di lemari kaca. Foto: Wikimedia Commons / Bobby

“Kalau nakal, nanti dimakan Si Quey lho,” begitulah kira-kira peringatan yang keluar dari mulut para orang tua di Thailand ketika anaknya tidak menurut. Konon, Si Quey Sae-Ung adalah pembunuh sadis yang memakan jasad korbannya sendiri.

Setelah dieksekusi mati, tubuh imigran Tionghoa dari Shantou itu dijadikan mumi dan dipajang dalam lemari kaca di museum medis Bangkok. 60 tahun kemudian, jasad Si Quey akhirnya dikuburkan juga, menurut The Nation.

Iklan

“Si Quey Sae-Ung akan diberikan pemakaman layak pada Kamis,” terang pihak Rumah Sakit Siriraj di Universitas Mahidol, yang menyimpan jasad Si Quey setelah menjadikannya bahan otopsi.

Dituduh kanibal, Si Quey adalah sosok paling menakutkan di Thailand. Film dan cerita horor menggambarkannya sebagai kanibal yang suka memakan anak nakal. Seiring bergulirnya waktu, orang-orang mulai mempertanyakan kebenarannya. Apakah benar dia melakukan kejahatan tersebut? Atau jangan-jangan dia hanya dijadikan kambing hitam di tengah sentimen anti-Cina selama Perang Dingin?

Si Quey ditangkap pada 1958, setelah diduga membunuh tujuh anak-anak di Thailand. Setelah sembilan hari menjalani persidangan, dia mengaku bertanggung jawab atas tuduhan tersebut. Pengakuannya sebagian besar dibantu oleh juru bahasa. Dia dieksekusi oleh regu tembak setahun kemudian, dan jasadnya disumbangkan untuk keperluan riset.

Artikel retrospektif Khaosod menerangkan hukuman Si Quey didasarkan sepenuhnya pada pengakuan itu. Dalam beberapa tahun terakhir, orang semakin mempertanyakan bagaimana mungkin imigran miskin yang kurang fasih bahasa Thailand bisa berkelana jauh untuk memangsa anak-anak.

Pengakuannya diduga bertentangan dengan bukti. Kepada South China Morning Post, sejarawan Thailand Wasana Wongsurawat menyebut “sistem hukum telah memperlakukannya dengan tidak adil.”

“Si Quey tidak menjalani proses hukum yang semestinya,” lanjut Wasana.

Pada 2018, film dokumenter PBS mengajukan teori lain mengenai kasus pembunuhannya. Pelaku aslinya mungkin seorang kerabat pejabat berpengaruh pada masa itu.

Tahun lalu, netizen Thailand mengeluarkan petisi yang menuntut dibersihkannya nama Si Quey karena tidak ada bukti pasti dia melakukan kejahatan. Mereka juga mendesak agar jasadnya diberikan pemakaman yang layak. Universitas Mahidol akhirnya mengalah dan mencabut label kanibal dari lemari kacanya. Dan kini, mereka setuju untuk mengubur jasad Si Quey.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE US