FYI.

This story is over 5 years old.

Google Searchlight

Bersua Sosok di Balik Gerilya Konser Noise Yogyakarta

Kolektif musisi di Kota Pelajar membawa musik ekstrem yang tak mungkin diputar di tangga lagu top 40 ke ruang-ruang publik, kadang secara ilegal.

Noise dikenal sebagai genre musik yang tak mudah diakses kebanyakan orang. Para pegiatnya mengedepankan eksperimen dan penciptaan suara-suara atonal. Nyaris mustahil mendengar musik noise diputar oleh radio-radio yang mengedepankan tangga lagu top 40. Merespon situasi itu, Jogja Noise Bombing (JNB) melakukan hal yang sekilas mustahil: membawa bebunyian berisik ke ruang-ruang publik.

JNB adalah sebuah kolektif noise/eksperimental yang tidak biasa. Mereka sering mengadakan gig di cafe atau studio, mereka lebih suka berkeliaran di jalanan, fasilitas umum, atau kampus, sambil memproduksi suara-suara bising.

Iklan

"Tantangannya adalah ketika bermain di area yang penghuninya kebanyakan preman, atau di tengah sebuah restoran ayam goreng yang ramai pembeli," ujar dedengkot JNB Martinus Indra Hermawan alias Indra Menus.

Kadang mereka bermain secara ilegal alias nunggu diusir oleh sekuriti atau warga. Tak jarang pula kolektif ini diundang untuk perform di acara-acara hipster termutakhir. VICE berusaha mencari tahu lebih dalam mengenai sepak terjang kolektif yang telah dikenal di pelbagai negara ini.

VICE: Jadi kenapa harus bermain di tempat-tempat terbuka?
JNB: Kami terinspirasi teman-teman graffiti bomber jalanan sehingga kami memutuskan bermain noise memanfaatkan listrik yang tersedia di jalanan, tanpa tetek bengek perizinan dan lain lain. Simple set saja langsung hajar di tempat. waktu itu yang pertama di area Taman Budaya Yogyakarta. Pada 2009 band-band noise sering main di gig campuran. Kami sering disuruh mengecilkan sound atau di-cut karena dianggap bisa merusak peralatan. Venue untuk gig musik dengan harga sewa terjangkau saat itu masih minim. Jadi kami berpikir kenapa engga membuat gig yang isinya noise semua dengan venue lebih bebas.

Sudah mengadakan acara noise di tempat-tempat mana saja?
Yang ilegal alias tanpa izin antara lain di area Taman Kuliner; Taman Budaya Yogyakarta; gedung Graha Sabha Pramana, area kampus UGM; depan gymnasium di lembah UGM; area kampus UNY; pertigaan jalan Magelang; roof top kampus UAD; warung ayam goreng di pinggir jalan Seturan, dan lain-lain.

Iklan

Selain noise bombing, JNB banyak mengadakan beragam proyek. Bisa dijelaskan soal proyek-proyek tersebut?
JNB mempunyai beberapa proyek semisal kompilasi beberapa noise artist yang diberi nama V/A Berisik yang saat ini sudah sampai edisi ke 2 dan dirilis CD dan kaset serta digital. Saat ini kami sedang proses sebuah kompilasi noise terbaru yang dikerjakan secara lebih profesional yang direkam di studio.

JNB juga sudah merintis sebuah network di skena noise di Asia Tenggara yang beberapa outputnya antara lain berbentuk kompilasi album atau split album (dirilis fisik maupun digital) dan saling berkunjung ke negara lain untuk melakukan tur.

JNB Week merupakan seminggu penuh dengan kegiatan yang berhubungan dengan JNB mulai workshop semisal membuat alat atau software, diskusi tentang noise sampai ke pemutaran film dan pameran rilisan para noise artist. JNB Week pertama diadakan di Ace House.

Beberapa waktu lalu juga sempat mengadakan acara noise di pinggir pantai. Ceritakan dong?
Proyek itu namanya Persami Eksperimental, ini merupakan proyek bersama antara JNB dengan kolektif YK Booking dan beberapa organizer. Di acara ini kami semua saling sharing dan bermain dengan acara yang didesain oleh masing-masing organizer dalam suasana santai kayak perkemahan. Persami Eksperimental pertama diadakan di area Watu Lumbung, di dekat pantai Parangtritis.