FYI.

This story is over 5 years old.

penelitian

Penelitian: Film Superhero Memberi Efek Negatif Pada Anak

Obsesi Hollywood mengadaptasi cerita komik yang penuh kekerasan tak mengajarkan ide kepahlawanan pada bocah-bocah
Gambar dari Getty Images

Artikel ini pertama kali tayang di Tonic.

Ketika ada orang baik diserang oleh penjahat dalam setiap adegan film superhero, kalian semua tahu bahwa tinggal tunggu waktu sampai Iron Man atau Captain America akan muncul untuk membela kebenaran. Film superhero tentu saja akan membuat siapapun berpikir soal tindak kepahlawanan. Benar begitu kan? Sebuah penelitian yang baru saja dirilis menyatakan sebaliknya. Anak-anak tidak bisa menangkap gagasan besar yang bernilai positif di film superhero, ketika kekerasan mendominasi layar perak.

Iklan

Kelompok peneliti Brigham Young University menyatakan terlalu banyak menonton film-film superhero memicu sikap agresif, terutama di kalangan responden anak pra-sekolah. "Kami ingin melihat efek budaya (film superhero) pada anak-anak," kata Sarah Coyne, pakar pendidikan keluarga dari Brigham yang memimpin penelitian tersebut. "Hasil penelitian kami menunjukkan anak di usia sangat muda sangat lemah mencerna informasi, mereka masih meraba-raba dunia. Mereka menyimpulkan [dari film superhero] kekerasan itu tidak masalah dilakukan."

Penelitian ini melibatkan 240 anak dari rentang usia pra-sekolah hingga mendekati remaja. Mereka diminta menjelaskan, berapa lama menonton film superhero dan sosok pahlawan mana yang lebih mereka sukai. Orang tua masing-masing anak juga diminta mengisi kuesioner, tentang superhero mana yang paling mempengaruhi mereka di masa kecil.

Tak hanya itu, setiap orang tua responden diminta mengamati kecenderungan sikap agresif atau welas asih dari anak-anak itu. Penelitian ini tetap meyakini, nilai-nilai kepahlawanan itu bisa mendorong anak untuk membantu sesama. Tapi ternyata kecenderungan positif itu tidak terlalu besar.

"Lebih banyak data kami menunjukkan peningkatan agresi. Sikap menolong sesama yang muncul dari hasil observasi juga berbeda dari bayangan awal kami," kata Laura Stockdale, guru besar psikologi yang ikut dalam penelitjan tersebut. "Mayoritas anak mengapresiasi agresi dan kekerasan."

Penelitian dari Bigham Young University ini sejalan dengan penelitian sebelumnya, yang menyatakan kekerasan konstan di film dan televisi bisa membuat seseorang kehilangan empati. Salah satu kesimpulan penelitian lama ini misalnya kecenderungan mahasiswa yang sering menonton konten kekerasan tidak membantu perempuan terluka.

Efek konten kekerasan superhero lebih berdampak pada anak-anak. Mereka tidak paham kenapa kekerasan harus terjadi dalam film itu, kata David Nelson, anggota peneliti Bigham Young University. "Yang bisa mereka serap hanya pertarungannya."