FYI.

This story is over 5 years old.

Pilgub DKI

Medan Perang Baru Pilgub DKI, Berebut Suara Pendukung Agus

Cagub yang tereliminasi itu didukung nyaris satu juta orang. Di luar perkiraan, pengamat meyakini basis suara Agus tidak otomatis mengarah ke Anies Baswedan.

Putaran kedua Pemilihan Gubernur DKI Jakarta akan ditentukan satu sosok yang wajahnya tidak lagi muncul di surat suara. Siapa lagi kalau bukan Agus Harimurti Yudhoyono, calon nomor urut satu yang terliminasi, setelah berbagai versi hitung cepat menyatakan dia cuma meraup 16,69 persen suara. Putra sulung Presiden Ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono itu juga telah menggelar konferensi pers, mengakui kegagalannya menyaingi Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Anies Baswedan, yang maju ke putaran dua. Namun pengaruh Agus tidak otomatis luruh di putaran kedua.

Iklan

Pengamat politik meyakini persaingan Ahok selaku gubernur petahana dan Anies akan sangat ditentukan perpindahan dukungan basis pendukung Agus yang diusung Partai Demokrat, PPP, dan PKB. "Pemilih Agus ini tipe yang labil. Pemilih Agus bisa dikatakan kurang loyal dan kurang militan. Artinya pemilih Agus ini rentan dipengaruhi oleh kandidat lain," kata Dendi Susianto, Direktur Lembaga Konsultan Politik Indonesia. "Secara demografi mereka adalah kelas menengah-bawah dengan tingkat pendidikan rendah. Jadi mereka cenderung pragmatis. Misalnya saja mereka itu mudah diiming-imingi."

Anies, yang diusung Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera, bergerak cepat mencoba merebut limpahan suara pendukung Agus. Dalam jumpa pers pada Kamis (16/2), dia menyatakan timnya sedang dalam perundingan memastikan dukungan Agus di putaran kedua. Proses pendekatan antara cagub nomor urut satu dan tim Anies dan Sandiaga Uno diprediksi lebih mudah, karena masing-masing memanfaatkan sentimen agama dalam kampanye Pilgub DKI.

Hanya saja, proses pendekatan berbasis partai pengusung belum tentu bisa langsung menjadi suara riil dalam putaran kedua nanti. Beberapa partai pengusung Agus, misalnya Partai Amanat Nasional, memilih mengamati lebih dulu perkembangan pilgub beberapa pekan mendatang. Pilgub putaran dua akan berlangsung pada 19 April mendatang.

"Agus sepertinya akan mendekat ke Anies, tapi belum tentu semua pendukungnya akan memilih Anies juga. Karena sekali lagi mereka ini labil, jadi tergantung nanti kandidat mana yang bisa mempengaruhi pendukung yang pragmatis ini," kata Dendi.

Iklan

Dari peta pemilih berdasarkan hasil hitung cepat serta situs Kawal Pilkada, Agus memang berhasil meraup dukungan besar di perkampungan miskin seantero Ibu Kota. Salah satu program unggulan Agus adalah janji bantuan tunai Rp1 miliar per Rukun Warga (RW) untuk pembangunan infrastruktur dan kebutuhan lainnya.

Selama kampanye putaran pertama lalu, Agus juga cenderung memposisikan dirinya sebagai kandidat dalam spektrum politik tengah. Cenderung ingin menggaet massa Islam, tapi juga berebut pengaruh di kalangan sekuler yang menjadi kekuatan Ahok. Mendekati hari H pencoblosan pada 15 Februari, Agus semakin merapat ke kanan. Alhasil, ada kecenderungan Anies lebih mudah menggaet massa Agus jika pemilu dilanjutkan ke putaran dua. Siti Zuhro, Peneliti Sekaligus Pengamat Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) meyakini Anies akan berusaha keras memastikan Agus berkomitmen mengalihkan dukungan padanya.

"Kalau itu terjadi jumlah suara Agus yang sekitar 16 persen itu bisa berarti sekali. Itu yang menarik untuk dipetakan karena pendukung kedua kandidat tersebut beririsan, tidak ada clear cut," kata Siti. "Tapi politik di Jakarta itu kan dinamis. Misalnya ada isu-isu agama atau polemik bisa ditakar dulu karena tingkat pendidikan di Jakarta sudah cukup tinggi."

Pertanyaannya sekarang, seberapa variatif segmen pemilih Agus dari perkiraan pengamat. Sekilas, tampaknya Agus hanya didukung oleh kelompok menengah ke bawah. Ormas seperti Betawi Rempug atau Forkabi adalah salah satu mesin politik Agus-Syilvia Murni selama pilkada tempo hari. Dari pandangan Ian Wilson, pengamat politik dari Murdoch University yang lama meneliti Kampung Luar Batang, kemungkinan besar Agus berhasil menyatukan kelompok-kelompok anti-Ahok dan tidak berbasis agama. Jika jeli, Anies akan mendapat keuntungan besar menggandeng mereka.

Iklan

"Ormas-ormas pendukung Agus tidak serta merta condong pada agama tertentu. Yang jelas mereka semua oportunistik dan vokal mengkritik kebijakan pembangunan Ahok sejak lama,"  ujarnya.

Pertanyaan yang tersisa kini tinggal kelompok muslim moderat di Jakarta. Ke mana mereka akan berlabuh? Massa Nahdlatul Ulama (NU) sejak lama menjadi perebutan masing-masing calon gubernur DKI. Mereka menjadi andalan tim kampanye Ahok, karena dianggap tidak akan mempersoalkan status sang gubernur petahana yang beragama Kristen.

"Mungkin saja ada pendukung NU yang tetap ingin memilih Anies. Namun berada satu gerbong dengan PKS mendukung Anies saya yakin membuat pemilih berbasis NU merasa kurang nyaman," kata Wilson. "Di titik itulah, Ahok mungkin masih berpeluang merebut suara kalangan Islam tradisional dan juga moderat."

Masalahnya, Ahok sempat membuat kalangan Nahdliyin marah, karena menyerang Kyai Ma'ruf Amin selepas sidang. Amin adalah Ketua Majelis Ulama Indonesia sekaligus petinggi NU. Ahok menuding Amin berkonspirasi dengan SBY untuk menerbitkan fatwa yang menyatakan kata-katanya soal surat Al Maidah ayat 51 di Kepulauan Seribu sebagai penistaan agama Islam. "Soal serangan terhadap Ma'ruf Amin, NU memang terpecah," kata Wilson.

Lebih jauh lagi, perebutan suara ini akan menyangkut 1,57 juta pemilih yang hingga momen survei terakhir belum menentukan sikap. Mereka sebetulnya yang bisa mengubah konstelasi pemilihan gubernur, ke pendulum Anies ataupun Ahok. Jumlahnya ketika dikuantifikasi mencapai 23 persen. Alhasil, para pengamat mencapai kesimpulan yang sama: tidak ada pihak yang lebih unggul sampai hari H pencoblosan 19 April mendatang.