Koleksi CD Lama Kalian Ternyata Bisa Membusuk dan Rusak

FYI.

This story is over 5 years old.

CD

Koleksi CD Lama Kalian Ternyata Bisa Membusuk dan Rusak

Dulu format compact disc dipromosikan banyak perusahaan sebagai alat rekam yang tak bisa dihancurkan. Kini, ditemukan fenomena 'CD membusuk'.

Sebagian isi artikel ini tayang di Tedium, publikasi dwimingguan yang membahas isu-isu teknologi terkini.

Ada beberapa gejala ketika CD kesayangan anda mengalami pembusukan. Kadang, terlihat ada semacam noda tumpahan kopi di CD—semacam kotoran yang tidak bisa dibersihkan. Lain waktu, seluruh permukaan CD benar-benar berubah warna. Apapun kasusnya, begitu cakram padat mengalami kebusukan ini, riwayat CD atau DVD favorit anda berarti sudah selesai.

Iklan

Proses busuknya cakram optik ini adalah situasi yang serius, terutama bila anda berprofesi sebagai arsiparis digital ataupun kalian yang hanya ingin nonton film di format-format tua dan langka seperti laserdisc.

Apa sih sebetulnya fenomena 'pembusukan cakram padat' ini?

"Kalau anda menggores CD dengan pisau atau membakar permukaannya dengan puntung rokok, sudah pasti akan ada kerusakan. Tapi anda bisa menumpahkan selai ke atas CD dan tidak berdampak apa-apa."

Juru bicara label rekaman EMI mengomentari hasil penelitian seputar daya tahan CD yang dilakukan oleh perusahaan Nimbus di 1988. Nimbus, pemanufaktur CD pertama di Inggris mengatakan bahwa dalam penelitian mereka seputar masalah kebusukan CD, mereka menemukan bahwa cakram padat akan rusak dengan sendirinya setelah 8 hingga 10 tahun. Penemuan ini menantang teori populer saat itu yang mengatakan bahwa CD bersifat kekal dan mengatakan bahwa pewarnaan cakram yang tidak baik menjadi penyebab menurunnya kualitas cakram. Sesuai dengan kutipan di atas, banyak perusahaan rekaman awalnya skeptis soal penemuan ini, tapi ternyata kekhawatiran Nimbus soal kualitas CD ternyata benar adanya.

Pembusukan cakram padat adalah tantangan bagi arsiparis dan kolektor

Di 2010, seorang blogger di situs video game RF Generation mengungkapkan rasa frustrasinya setelah beberapa CD game yang dia beli mengalami degradasi sebelum mereka tiba di rumahnya dengan cara menulis semacam iklan layanan masyarakat yang ditujukan ke komunitas kolektor game agar mereka lebih awas soal masalah ini.

Blogger yang menggunakan nama samaran "slackur" atau "Jesse Mysterious," menjelaskan ceritanya yang pasti akan menyiksa setiap kolektor serius video game. Setelah menyadari adanya fenomena kebusukan cakram padat, dia mengecek semua koleksi video gamenya. Banyak dari mereka masih dalam kondisi baik, tapi beberapa mempunyai bercak-bercak putih—tanda bahwa proses  degradasi sudah dimulai.

Iklan

Berikut kesaksiannya:

Biarpun hanya sebesar satu titik kecil semata, kerusakan cakram tersebut tidak bisa diperbaiki. Tidak ada proses pemulihan goresan yang bisa mengembalikan data-data yang sudah hilang akibat degradasi. Game tersebut sudah resmi cacat, dan pasti akan bertambah buruk kondisinya di masa depan.

Memang banyak sumber online yang mengatakan bahwa kebusukan CD adalah masalah langka, dan hanya melibatkan CD dari manufaktur tertentu dan bukan masalah umum.

Namun begitu saya mengetahui soal fenomena ini, saya memeriksa ratusan koleksi cakram saya mulai dari CD Sega, CD Turbo, Saturn, dan bahkan Dreamcast. Saya menemukan puluhan yang mulai mengalami degradasi. Beberapa video game mahal yang saya miliki memang terlihat masih dalam kondisi baik—sampai ketika saya todong di bawah lampu terang dan terlihat ada satu dua titik putih yang menandakan adanya kerusakan. Beberapa video game ini saya coba nyalakan setelah beberapa tahun tidak saya sentuh. Beberapa dari mereka tidak bisa dimainkan sama sekali. Ada juga game-game baru yang belum pernah saya buka dan hasilnya sama saja.

Fenomena pembusukan CD ini adalah mimpi buruk bagi kolektor musik seperti saya.

Michele Youket, seorang spesialis pengawetan di Perpustakaan Kongres Amerika Serikat sering mengalami situasi serupa dalam pekerjaannya. Dia mengatakan bahwa degradasi semacam ini terjadi dalam tiga bentuk yang berbeda—Cakram berubah warna menjadi merah, adanya lubang kecil di cakram, atau pembusukan pinggiran CD. Ini menjadi masalah besar ketika perpustakaan nasional AS tersebut mulai mengarsipkan musik dalam format CD.

Iklan

Yang perlu diingat mengenai cakram optik adalah biarpun mereka semua terlihat sama, kadang ada perbedaan-perbedaan minor dalam hal produksi yang dapat berefek besar ke produk akhirnya. Cakram produksi lama mungkin tidak menggunakan bahan kimia yang sama seperti cetakan baru, dan tentunya seiring waktu teknik-teknik produksi cakram juga berkembang semakin canggih.

Contoh kasus ini adalah pemanufaktur CD Phillips and Dupont Optical (PDO) asal Inggris yang membuka saluran telepon khusus pelanggan jika ada yang ingin mengganti CD mereka karena telah membusuk.

Apa sih yang terjadi? Antara 1988 hingga 1993, PDO mencetak sejumlah CD menggunakan pernis rendah mutu yang tidak tahan sulfur. Masalahnya, di CD booklet dan inlay terkandung muatan sulfur—jadi yang harusnya melindungi CD justru merusaknya. Ini menyebabkan lapisan aluminium CD rusak, menyebabkan warna cakram memerah dan merusak kualitas audio CD tersebut. Kemudian sepanjang kurun 1991 hingga 2006, PDO membuka saluran hotline yang membantu para pembeli menukar CD-CD rusak ini dengan yang baru.

Menurut Youket, kasus seperti PDO sudah tidak sering terjadi lagi.

"Banyak penyebab kegagalan cakram padat menghilang seiring berkembangnya teknologi. Namun, seiring munculnya format-format cakram padat yang baru yang kompleks muncul, bentuk kegagalan mekanisme lainnya pun mulai terlihat," jelas Youket.

(Oh, dan sebetulnya menurut Youket istilah "pembusukan cakram" itu tidak depat karena yang sebenarnya terjadi adalah kerusakan CD akibat kegagalan lapisan pelindungnya.)

Iklan

Entah anda berusaha melindungi warisan kultur negara atau koleksi anda sendiri, jelas masalah pembusukan cakram padat adalah isu yang problematik.

Petugas pengawetan Perpustakaan Kongres Amerika Serikat, Michele Youket, sedang memeriksa sebuah CD untuk mencari kerusakannya. Foto oleh: Amanda Reynolds/Perpustakaan Kongres AS

Lima fakta penting mengenai pembusukan cakram padat menurut Perpustakaan Kongres AS

  • Cakram padat yang mengalami kerusakan biasanya masih bisa 'dibaca' oleh mesin. Demikian menurut Youket. "Apabila sebuah cakram padat mengalami kerusakan parah, tergantung lokasi kerusakannya, sebagian besar data biasanya masih bisa diselamatkan," jelasnya di sebuah wawancara. "Banyak cakram padat dengan error tingkat tinggi masih bisa diputar, dan tergantung kontennya—audio, video atau data—beberapa error ini bahkan tidak seserius itu.

  • Goresan di lapisan atas CD lebih merusak daripada di lapisan bawah. Kenapa? Youket mengatakan bahwa lapisan bawah CD memang dilengkapi skema koreksi error tahan goresan. "Sayangnya," katanya, "karena lapisan atas hanya dilindungi oleh selaput akrilik tipis, goresan bisa menembus selaput dan merusak lapisan atas.

  • DVD lebih tahan lama dibanding CD karena cakram DVD dicetak menggunakan cakram polycarbonate. Namun cakram DVD juga lebih mudah patah akibat reaksi kimia antara lapisan pelindung dan cakram polycarbonate itu sendiri—yang mengakibatkan lapisan pelindung terdegradasi seiring waktu. Cakram dengan lapisan ganda seperti DVD biasanya tidak bertahan lama.

  • Cakram berisi rekaman video tidak bertahan lama karena pewarna organik yang digunakan untuk merekam byte ke dalam cakram. Youker menjelaskan DVD pun rentan terhadap degradasi—terutama bagi DVD berisi rekaman yang lebih sensitif terhadap cahaya. Selain itu proses bagaimana data di-burn ke dalam cakram juga akan menentukan umur CD/DVD tersebut—cakram rekaman berkualitas buruk pasti akan rusak lebih awal.

  • Tempat penyimpanan dan perawatan yang sesuai akan memperpanjang umur cakram. Youket mengatakan bahwa menurut test penuaan cakram yang dilakukan Perpustakaan Kongres AS (yang menentukan umur cakram berdasarkan perubahan di tingkat error bit-level mereka), cakram berpeluang tahan lebih lama apabila dirawat dan disimpan dalam kondisi yang baik. "Penelitian ini menunjukkan bahwa CD yang dicetak dengan baik dapat bertahan beberapa dekade apabila disimpan dan dirawat dengan baik," jelasnya, sebelum menambahkan bahwa "cakram padat yang disimpan di lingkungan yang buruk dengan temperatur tinggi atau tingkat kelembapan tinggi akan memiliki umur yang lebih pendek."

Pemilik laserdisc bercerita tentang mimpi buruk mereka: "degradasi laser"

Apabila pemilik CD atau DVD ingin tahu seperti apa rasanya mengoleksi format media yang tidak tahan lama, tinggal tanya saja para pemilik laserdisc. Mereka mengalami sendiri kematian format kesayangan mereka itu di tahun 80an (pertengahan 90an di Indonesia).

Waktu itu, istilah yang digunakan pemilik Laserdisc adalah "degradasi laser."

Iklan

Dalam kasus Laserdisc, glitch (kerusakan) biasanya nampak ketika cakram sedang dimainkan. Akan terlihat bintik-bintik putih di layar ketika film dimainkan. Cakramnya sendiri akan menunjukkan tampilan 'noda' (seperti yang ditunjukkan klip YouTube yang menunjukkan adanya degradasi cakram laserdisc film Saturday Night Fever) dan tentunya ini mengecewakan mengingat reputasi laserdisc yang sehaursnya memiliki sound dan gambar berkualitas tinggi.

Ternyata insiden ini sering sekali terjadi dalam komunitas Laserdisc sampai-sampai situs tempat berkumpul kolektor, Laserdisc Database (LDDB) mengunggah daftar film-film Laserdisck yang kemungkinan besar rentan mengalami degradasi laser. Tujuannya? Agar konsumen menghindari membeli cakram-cakram tertentu.

Sama seperti bagaimana pabrik PDO asal Inggris memproduksi CD-CD yang mengalami degradasi, pabrik DADC milik Sony di Indiana, AS kerap disalahkan atas Laserdisc berkualitas buruk.

Di internet banyak sekai teori konspirasi seputar kenapa pabrik Sony tersebut, dibanding pemanufaktur lain, memproduksi cakram yang tidak bertahan lama.

"Setelah beberapa tahun, banyak pabrik percetakan Laserdisc memiliki masalah dengan degradasi kualitas, namun mereka selalu berbenah diri," tulis Josh "Laserdisc Guru" Zyber di situsnya tahun 2005. "DADC tidak pernah berbenah."

Akibat masalah yang dialami konsumer Laserdisc, kini orang-orang kini selalu mencari cara untuk merawat koleksi-koleksi vintage mereka. Jelas lebih nikmat menikmati hiburan dalam format orisinilnya, namun ketika format ini tidak mudah tersedia di kalangan mainstream, perusahaan dan kebanyakan konsumer biasanya siap meloncat ke format selanjutnya.

Iklan

Lalu produk-produk format lama dikemanakan? Sayangnya, perusahaan kerap mengabaikan format-format lama barang dagangan mereka yang sudah tidak laku di pasaran.

Arsip WNYC sebagian besar disimpan dalam CD-R, yang menjadi mimpi buruk Perpustakaan Kongres AS. Baca sepenuhnya di sini.

Biarpun Youket dari Perpustakaan Kongres AS mengatakan bahwa cakram padat adalah cara terbaik untuk mengarsipkan data dalam jangka panjang, rekan kerjanya Peter Alyea, seorang spesialis konversi digital mengatakan bahwa cloud computing menyebabkan perusahaan tidak lagi merasa harus mengarsipkan data mereka dalam format fisik.

"Dengan maraknya tren digital di kalangan konsumer dibanding media fisik, perusahaan semakin tidak akan peduli dengan pengarsipan fisik," jelasnya ke saya lewat sebuah interview. "Konsumer lebih peduli tentang akses ke arsip data pribadi dan akses ke hiburan (musik, video, games) di saat mereka menginginkan akses tersebut. Alangkah bagusnya apabila perusahaan manufaktur mementingnya integritas jangka panjang produk-produk mereka, tapi mungkin tidak realitis untuk mengharapkan solusi seperti ini."

Semua hal bertambah tua, dan pastinya akan kehilangan gemerlap tapi paling tidak konsumer tidak perlu pusing-pusing memikirkan caranya menyimpan data mereka dengan segala kemudahan teknologi yang tersedia.

Sayangnya, arsiparis tidak punya kemewahan ala konsumen. Mereka akan terus mengkhawatirkan degradasi yang mungkin terjadi di format penyimpanan data analog.