FYI.

This story is over 5 years old.

Penembakan Las Vegas

Pakar Terorisme Sedunia Bingung Kenapa ISIS Mengklaim Jadi Dalang Penembakan Las Vegas

Tak ada bukti yang bisa mendukung klaim para militan. Tapi, kalau sampai pernyataan mereka ga akurat, ISIS dari dulu biasa bohong dong?
Polisi berjaga di Hotel Mandalay Bay, lokasi penembakan massal Las Vegas. Foto oleh Associated Press.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News.

Kepolisian negara bagian Nevada dan FBI terus mengumpulkan bukti dari pembantaian Las Vegas pada hari Minggu yang menewaskan 59 orang dan menyebabkan 527 orang luka-luka. Namun, motif pelaku masih belum diketahui. ISIS mengaku bertanggung jawab atas penembakkan massal tersebut, dan membuat banyak orang bingung. Meski pengakuan tersebut ditanggapi masyarakat secara skeptis, para ahli belum siap mengabaikannya. ISIS belum merilis bukti visual seperti biasanya. Misalnya, video yang menunjukkan baiat pada kelompok tersebut, atau rekaman dari sudut pandang penembak. Alpanya bukti berlawanan dengan klaim bahwa pelaku Stephen paddock adalah "pasukan ISIS." Dan FBI berkata mereka belum menemukan tanda apapun yang mengaitkan pelaku dengan kelompok teror internasional tersebut.

Iklan

"Jika klaim ISIS tentang Las Vegas tersebut keliru, maka ini akan menjadi klaim bohong terparah melebihi yang pernah mereka lakukan di masa lalu."

Tetap saja, ISIS pada umumnya memiliki rekam jejak akurasi dalam serangan-serangan yang mereka akui secara resmi. Jika klaim terakhir terbukti tidak berdasar, para analis berkata, hal ini akan menjadi pernyataan paling keliru yang pernah dibuat kelompok teror ini. Namun, ada pilihan kedua, yang menyiratkan bahwa ISIS bertekad mengklaim serangan besar secara asal karena dianggap bermanfaat bagi strategi jangka panjang mereka. Taktik baru ini akan membantu mereka menyandingkan profil mereka dengan aksi-aksi kekejaman, menimbulkan kebingungan soal kemampuan mereka, dan menarik perhatian rekrutan baru di saat kalifah hampir tumbang. "Jika klaim ISIS tentang Las Vegas tersebut keliru, maka ini akan menjadi klaim bohong terparah melebihi yang pernah mereka lakukan di masa lalu," kata Thomas Joscelyn, staf senior di Foundation for Defense of Democracies, pada VICE News. "Itu artinya, mereka telah memperluas jangkauan soal apa yang mereka akan klaim."

Joscelyn bilang sejak lama dia selalu skeptis membaca klaim-klaim ISIS ketika terjadi insiden terorisme. Pesan mereka soal tragedi Las Vegas membuatnya semakin skeptis. "Tidak ada yang bisa menverifikasi klaim mereka. Tak ada bukti dan dasar sama sekali menyebut kejadian di Las Vegas sebagai terorisme," ujarnya. Joscelyn bukan satu-satunya yang kebingungan atas klaim ISIS. Graeme Wood di The Atlantic melihat terdapat banyak inkonsistensi. Rukimini Callimachi dari New York Times memandang demografi pelaku-pelaku sebelumnya dan kaitannya dengan pelaku penembakan Las Vegas, Stephen Paddock.

Iklan

Pagi hari sesudah pembantaian tersebut, ISIS merilis keterangan tertulis, mengaku berrtanggungjawab terhadap penembakan massal yang dilakukan Paddock. Keterangan itu dimuat pula lewat pernyataan Amaq News Agency milik teroris khilafah, tersebar di antara pendukung lewat aplikasi Telegram yang terenkripsi. Tulisan itu mengklaim bila Paddock merupakan "bagian dari pasukan ISIS yang melakukan serangan sebagai tanggapan atas serangan negara-negara koalisi Barat terhadap khilafah Islamiyah." Amaq, seakan menyadari keraguan masyarakat atas klaim ISIS, menindaklanjuti dengan pernyataan kedua yang berkata pelaku telah masuk Islam beberapa bulan lalu. Kelompok tersebut kemudian merilis pengumuman resmi dari komando sentral ISIS yang merinci serangan tersebut. Militan khilafah mengatakan, Paddock sudah punya nama Islam "Abu Abd El Bar al Amriki." Namun kelompok tersebut tidak bisa merilis bukti yang dapat mendukung klaim mereka.
Para pengamat terorisme kebingungan merespon serangkaian klaim tersebut, mengingat alpanya bukti pendukung. "Klaim soal tragedi Las Vegas ini bukan cuma kesalahan di Amaq lho," ujar Joscelyn. "Mereka merilis klaim ini dalam berbagai bahasa—artinya mengaku sebagai pelaku insiden Las Vegas sudah mereka putuskan sebagai organisasi." Menurut Joscelyn, adalah mitos bahwa ISIS secara oportunistis mengklaim setiap aksi kekerasan besar sebagai tanggung jawab mereka—mayoritas serangan yang mereka klaim sebelumnya telah diverifikasi terinspirasi dari kelompok tersebut. Meski begitu, sepanjang tahun lalu kelompok tersebut telah mengeluarkan banyak klaim-klaim keliru.

Dari kamar hotel Mandalay Bay lantai 32, Paddock menembaki ratusan orang.

Bertolak belakang dari pernyataan awal ISIS, serangan tembakan pada kantor layanan keamanan Rusia di Khabarosvk yang menewaskan dua orang di April dilakukan oleh ekstremis kanan-mentok. Bulan lalu, ISIS mengklaim telah menanam bom di Charles de Gaulle Airport, Paris, yang menyebabkan evakuasi sebuah jet penumpang, meski pihak berwajib menyatakan hal tersebut merupakan alarm palsu. Dalam klaim ISIS paling keliru sebelum penembakkan Las Vegas, ISIS mengklaim serangan bulan Juni di sebuah komplek kasino di Manila, Filipina, yang menewaskan 37 orang. Pihak berwajib berkata serangan tersebut sebetulnya adalah perampokan yang gagal, dan dilakukan oleh pegawai negeri sipil yang terlibat hutang. Joscelin berkata bahwa para analis belum sepenuhnya memahami logika di balik proses pengambilan keputusan ISIS yang mengklaim serangan-serangan tersebut, soal mengapa mereka secara keliru mengaku bertanggungjawab atas beberapa serangan, dan mengabaikan serangan lainnya yang justru tampak lebih kredibel untuk diakui. ISIS belum merilis pernyataan apapun atas serangan di Edmonton, Kanada, yang sedang diselidiki sebagai aksi terorisme, dan menyerupai serangan-serangan kendaraan yang terinspirasi ISIS baru-baru ini. Joscelyn bilang jika ISIS mengklaim aksi kekerasan tanpa afiliasi sebagai hasil kerja mereka, hal ini bisa menjadi strategi "perang informasi."

Warga mengenang korban penembakan massal korban Route 91. Sumber: AP Photo/Chris Carlson

"Saya melihat manfaat yang sangat sedikit," ujar Graeme Wood di artikel The Atlantic pada hari Senin. "Ketika Amaq mengklaim sebuah serangan, hal itu menjadikannya sandera atas fakta yang diungkapkan dalam penyelidikan lanjutan." Namun Joscelyn bilang klaim tersebut akan sedikit merusak kredibilitas kelompok tersebut, di antara pendukung mereka yang tekun, yang "terlanjur hidup dalam gelembung ekstrem media mereka sendiri." Hal tersebut akan mengaitkan profil ISIS pada aksi kekerasan besar, dan berpotensi menarik minat ekstremis untuk bergabung. "Ini adalah cara paling mudah untuk memasukkan diri mereka dalam perbincangan dan menimbulkan keraguan soal motif [pelakunya]," ujarnya.