FYI.

This story is over 5 years old.

Seni Perang untuk Kehidupan

Wejangan Perang Sun Tzu Membantuku Mendapat Paket Internet Murah

Meski saya bukan tentara, juga bukan kombatan, tapi petuah-petuah perang yang ditulis Sun Tzu dalam The Art of War ternyata bisa saya gunakan.
Gambar oleh Lia Kantrowitz untuk VICE

Setiap bulan saya harus membayar $65 (Rp877.000) untuk tagihan internet. Ini jelas terlalu tinggi. Saya sempat berusaha memohon agar biaya tagihan diturunkan, tapi staf customer service Xfinity selalu lebih pintar dari saya. Memang sih, saya tidak memiliki strategi yang baik. Saya kurang ngotot. Dan biarpun tagihan bulanan internet saya lumayan tinggi, saya tidak bisa berhenti berlangganan. Ini membuat saya punya posisi tawar yang lemah, hingga saya akhirnya mulai membaca The Art of War.

Iklan

Tidak banyak tulisan yang bisa mempengaruhi sejarah peradaban manusia sejauh yang sudah dicapai oleh The Art of War, manual militer yang dibikin pada abad kelima sebelum Masehi ini. Berbagai nasehat bijak di dalamnya merupakan karya dari Jenderal Cina, Sun Tzu. Walau karyanya ditulis beberapa abad sebelum bubuk mesiu ditemukan, The Art of War masih dirujuk dunia militer modern. Tak ayal, kutipan Sun Tzu memenuhi halaman doktrin pertarungan Korps Laut AS yang disebut Warfighting.

Kendati memiliki reputasi yang terpercaya, The Art of War toh belum pernah diuji melawan musuh yang menakutkan seperti provider jasa internet. Sun Tzu memang pernah memimpin 30.000 pasukan di Perang Boju melawan pasukan rival Chu yang berjumlah sepuluh kali lebih besar, tapi apa dia bisa membantu saya menurunkan harga kontrak provider selama setahun? Mari kita coba.

"Apabila kamu mengenal musuh dan dirimu sendiri, tidak perlu takut akan hasil dari 100 pertarungan sekalipun." —Sun Tzu

Di 2010, perusahaan telekomunikasi Comcast dikenal memiliki pelayanan yang buruk, dan mereka sadar akan hal ini. "Isu utamanya adalah pelanggan kecewa terhadap hubungan dan nilai brand Comcast," kata kepala operasi Comcast Cable saat itu. Solusi yang mereka pilih adalah untuk melakukan branding ulang, dan menciptakan anak perusahaan yang mengurus jasa internet dan TV kabel bernama Xfinity.

Mungkin ini bukanlah langkah yang aneh bagi sebuah perusahaan besar, tapi bagi Sun Tzu yang tajam pikirannya, ini merupakan sebuah celah. Musuh saya mungkin mengenakan jubah Xfininity, tapi darahnya tetaplah Comcast, dan memori mereka masih dihantui kekalahan di bidang jasa pelayanan.

Iklan

Saya menelpon Xfinity dan sang operator bisa langsung melacak detail akun dan alamat rumah saya berdasarkan nomer telepon. Wah kayaknya dia baca Sun Tzu juga nih, hilang deh elemen kejutannya. ("Siapa yang menyiapkan diri dan menyerang musuh ketika mereka tidak siap akan menjadi pemenang.")

Terluka, serangan pertama saya terlalu agak sembrono. "Bisa enggak sih saya dapet paket bulanan yang lebih murah?" tanyaku. Sang operator langsung menangkis permintaan saya dan merekomendasikan saya untuk mengambil paket baru yang mencakup siaran TV. Ini memang akan menambah biaya $6 ke tagihan bulanan, tapi mengingat semua acara TV yang akan saya dapat, paket ini sebetulnya adalah "deal yang bagus," kata si operator.

"Saya enggak butuh TV," jawabku. Dengan sopan dia mengatakan bahwa saya tidak memiliki opsi lain. Saya mengucapkan terima kasih dan menutup telepon.

Mungkin kamu berpikir saya baru saja dipermalukan. Kamu salah.

"Jenderal yang maju terus tanpa takut malu kalah…adalah permata kerajaan." - Sun Tzu

Operator Xfinity mungkin merasa menang setelah menutup telepon. Sayangnya dia tidak tahu, sesuai pesan Sun Tzu, saya tidak takut dipermalukan. Saya adalah permata kerajaan. Saya tidak mundur; saya hanya surut seperti ombak. Dan hanya orang bodoh yang menganggap enteng ombak. (Yang barusan bukan kutipan dari Sun Tzu; kayaknya dari Moana deh).

"Segala macam perang dibangun di atas tipu daya." — Sun Tzu Taktik awal saya—nelepon operator dan bertanya lempeng saja—ternyata lumayan naif. Ini sih seperti ayam yang ngumpanin dirinya ke musang yang lapar. Intinya, kalau saya belum punya tujuan yang jelas, harusnya saya bikin tujuan tindakan saya sendiri. Saya sebenarnya benci yang namanya bohong. Tapi kan ini perang, jadi apa boleh bikin. "Anu, saya lihat iklan yang bilang layanan internet perusahan mbak harganya cuma $39 sebulan." begitu tipu-tipu saya pada operator. Sebenarnya, boong terlalu cepat adalah tindakan yang terlalu berisiko. Namun saya tetap keukeuh lantaran tindakan saya ada dasarnya dalam ajaran Sun Tzu, "Kemenangan adalah ketika tujuanmu tercapai, bukan perkara seberapa lama kau mampu berperang." "Berpura-puralah jadi seseorang yang lemah, niscaya musuhmu akan jadi arogan" — Sun Tzu Selama menelepon, saya benar-benar enggak berani menaikkan suara. Malah, saya berusaha tampil sebagai pelanggan yang baik hati dan lemah lembut. Sebagai orang yang dasarnya culas, yang satu ini sih bisa saya jabanin dengan gampang. "Ya, ampun sekarang saya bayar lebih dari $60 sebulan," kata saya. "Ada enggak cara biar saya dapat layanan yang lebih bagus. Itu loh mbak yang ada di iklan layanan perusahaan mbak?" saya mengiba.
"Baik, biar saya sambungkan ke bagian pelanggan perusahaan ya," kata mbak operator. Mendengar perkataan ini, saya sumringah. Benteng pertahanan terluar Xfinity sudah berhasil saya jebol. Sayangnya, tipu daya tak bisa digunakan terus-terusan. Makanya, Sun Tzu menegaskan persiapan perang. Selama menunggu disambungkan dengan bagian yang berwenang, saya menyempatkan diri meng-goggle "paket internet Xfinity" untuk menambah pengetahuan saya tentang musuh saya. Nyatanya, bualan saya enggak sepenuhnya meleset. Dari hasil pencarian google, saya menemukan tawaran paket internet seharga $29,99 sebulan. Temuan ini bikin saya harus memilih satu dari dua opsi yang tersedia: mengadopsi temuan ini sebagai strategi baru atau tetap bertahan dengan bualan saya sebelumnya. "Saat yang tepat untuk menyerang adalah ketika musuh di seberang sungai, usahakan jangan menjumpai musuh di tengah sungai."—Sun Tzu Saya akhirnya disambungkan dengan bagian pelanggan Xfinity. Artinya, saya harus ngomong dengan operator baru lagi, kali ini namanya Mbak S (alasan kerahasiaan nama mbak ini bakal terungkap dalam beberapa kalimat ke depan). Mbak S bertanya tentang iklan layanan internet yang saya lihat. Ups, strategi harus dirombak nih. "Uh, maksud saya $30 sebulan."
"Baik, bapak lihat iklannya di mana kalau boleh tahu?" tanyanya.
"Lupa sih, tapi kayaknya di Facebook deh."
"Bukan yang paket promosi $29,99 perbulan ya?" Bingo! Mbak S enggak memberikan detail tentang promosi itu. Katanya itu buat paket internet lamban yang mungkin saya pakai. Tapi, katanya, dia bisa korting iuran bualan internet saya sebanyak $15 tanpa mengganti kecepatan internet saya. Tawaran itu langsung saya terima. Kini, saya cuma bayar $50 sebulan.

"Punya teliksandi di daerah musuh berarti memanfaatkan penduduk daerah kekuasan musuh. Punya mata-mata orang dalam berarti memanfaatkan pejabat musuh."—Sun Tzu Mbak S terus ngobrol dan menawarkan apa yang disebutnya sebagai tawaran yang lebih baik, sebuah paket yang berisi layanan TV kabel dan kanal premium. Saya sebenarnya tak tertarik-tarik amat, tapi saya ingin mencoba membuat mbak ini sebagai aset paling berharga saya: seorang teliksandi. "Bapak sudah nonton Game of Thrones?" tanyanya. Musuh mengeluarkan senjata baru nih. "Belum sih," jawab saya. "Saya mah nontonnya Arli$$. Mbak pernah nonton Arli$$?"
"Serial apa tuh pak?" dia bertanya. Dia sudah masuk perangkap.
"Oh itu tayangan HBO tentang agen olahraga. Pemainnya Robert Wuhl. Kadang, ada atlit betulan ikutan main."
"Kayaknya asik ya pak." Tanpa harus kerja keras, saya berhasil ikrib banget dengan si mbak S dan ini bakal jadi modal langkah saya berikutnya. Kami ngobrol beberapa saat tentang Arli$$ dan perlahan-lahan pertahanannya mulai kendur. Saya langsung menanyakan bagaimana caranya biar dapat tawaran murah di masa mendatang.
"Telepon langsung bagian pelanggan saja Pak," jawabnya. "Di mesin penjawab otomatis, bapak bilang saja mau berhenti berlanggganan. Nanti bapak akan disambungkan ke sini." Yes! Satu pion Xfinity jadi teliksandi saya. "Jika rahasia musuh dibocorkan oleh teliksandi sebelum waktunya, dia harus dibunuh berikut orang yang menerima bocoran informasi itu."—Sun Tzu Yang ini tak saya turuti. Maaf ya Sun Tzu. Lanjut ya… "Seorang jenderal…yang paling piawai dalam melakukan penyerangan, kilatnya bisa terlihat dari surga yang paling tinggi." —Sun Tzu Saya sudah dapat kortingan sebanyak $15 dan merasa jadi jenderal terhebat dalam peperangan hingga cahaya terlihat dari surga. Skill saya di peperangan melawan Xfinity terhitung okay. Serangan saya efektif dan masif. Saya tak sedang males menunda serangan. Jadi, meski $50 sudah jauh lebih baik dari $65 sebulan, saya yakin masih bisa menang lebih jauh. Saya akan mengamalkan nasehat Sun Tzu lagi dan lagi. "Ada aturan dalam perang. Jika kekuatan pasukanmu dan musuh 10:1, langsung kurung musuh. Kalau 5:1, serang. Kalau 2:1, pecah musuh jadi dua." —Sun Tzu Saya log in ke website Xfinity dan mengirim request lewat layanan bicara dengan CS lewat browser. Selagi layanannya diproses, saya menelepon Xfinity dan menggunakan kunci yang diberikan S untuk melewati halangan tinggi menuju bagian pelanggan perusahaan itu. Kepada operator chat via website, saya bilang saya ingin mendapatkan penawaran layanan $29 per bulan (tanpa bilang tentang kecepatan koneksi, tentunya). Tatkala saya sedang mengetik chat, operator telepon Xfinity mengangkat telepon saya. Sayangnya, yang bertugas bukan Mbak S dan saya mengajukan permohonan yang sama. Sementara petugas CS yang saya ajak ngobrol via browser mengecek informasi akun saya, operator telepon menggempur saya dengan beragam pertanyaan. Saya langsung tersadar kalau saya memberikan keuntungan numerikal pada musuh. Gara-gara ingin membelah musuh jadi dua, saya ketiban sial, melayani dua percakapan sekaligus. Ada detail yang dilewatkan. Dalam kondisi panik, saya mulai kembali ngelantur membahas Arli$$. Kalau merujuk strategi perang Sun Tzu, ini jelas kesalahan fatal. Sun Tzu pernah bilang "Jangan pernah mengulang satu taktik yang telah memberimu kemengan, pilih taktik sesuai dengan segala macam kondisi ditemukan di medan perang." Untung, sebelum saya kalah gara-gara pengambilan strategi yang keliru, perwakilan bagian pelanggan Xfinity bilang ada berita bagus untuk saya: iuran bulanan saya bisa dipangkas sampai $39.99. Tawaran yang jelas langsung saya sikat. Sebuah kemenangan besar. Saya berhadapan langsung dengan pasukan bersenjata lengkap miliki Xfinity dan saya dapat potongan iuran bulan sebesar $25. Tapi saya belum selesai.

"Siapapun datang lebih dulu ke medan perang dan menunggu kedatangan musuh akan lebih segar bugar saat pertempuran terjadi" — Sun Tzu Gedung customer service center Comcast baru dibuka pada pukul 9 pagi. Sepuluh menit sebelumnya, saya sudah berdiri di depan. begitu pintu dibuka, bak seorang jenderal perang yang sudah gatal menyerbu musuhnya, saya langsung masuk dan mengarahkan langkah saya ke salah satu konter CS.
Petugas konter yang saya temui langsung membuka akun saya. Senyum muncul di wajahnya. "Wah," serunya. "Bapak sepertinya dapat deal yang bagus ya." Saya mencoba peruntungan, menekan staf yang satu ini. Nyatanya, saya harus puas dengan kemenangan sebelumnya. Pertarungan yang satu ini tak mampu saya menangkan, sekeras apapun saya memaksakannya. "Datanya bilang bapak memperbarui kontraknya sehari lalu. Maksud saya, ini tawaran terbaik yang bapak bisa terima. Bapak ngapain sampe bisa dapet paket itu?" tanyanya. "Enggak tahu," jawab saya sambil mengangkat bahu. "Saya cuma nelepon CS kemarin."
Saya tak lupa berteri makasih padanya. Selepas itu, saya kembali menuju tempat saya masuk dan bersiap menyongsong cahaya pagi. Kalian bisa minta diajarin taktik-taktik Sun Tzu oleh Nick Greene di Twitter .