FYI.

This story is over 5 years old.

Munchies

Islandia Disorot Usai Presidennya Hendak Melarang Penjualan Pizza Nanas

Ide Presiden Guðni Th. Jóhannesson melarang nanas jadi topping pizza memicu debat sengit. Kami menghubungi sang presiden menanyakan tujuan larangan ini.

Artikel ini pertama kali tayang di MUNCHIES.

Pizza dengan topping nanas ternyata makanan yang bisa bikin banyak orang berdebat. Buktinya adalah kehebohan yang sekarang terjadi di Islandia. Sebagian orang membenci pizza campur buah, sementara sebagian lainnya terobsesi dengan pizza nanas. Hasilnya, ada dua kubu yang kini menggunakan perkara pizza untuk berselisih soal politik di Islandia. Padahal, di negara kelahirannya, proses kemunculan pizza nanas ini juga memicu salah satu misteri paling terkenal, yang belum terpecahkan, dalam sejarah Amerika Serikat. Pizza nanas memicu kontroversi di Islandia gara-gara peristiwa absurd. Menurut situs berita lokal Visir, Presiden Islandia Guðni Th. Jóhannesson berkata dia memiliki wewenang untuk melarang hidangan pizza nanas di seluruh penjuru pulau dekat Skandinavia dengan populasi 323,000 itu. Dengan wajah datar, sang presiden mengatakan dia tak ragu melakukannya.

Iklan

Pernyataan tersebut dia lontarkan ketika menanggapi pelajar yang menanyakan pendapatnya soal topping kontroversial itu. Sang presiden sedang mendatangi salah satu SMA di utara Islandia. Komentar sang presiden memicu Pizzagate versi Islandia. Banyak warga tak sepakat bila pizza nanas sampai dilarang. Tak lama setelah komentar tersebut terdengar publik, tagar #PineappleOnPizza mulai trending di Twitter, memicu perdebatan usang dan sia-sia soal patut tidaknya buah nanas dijadikan topping pizza.

Karena penasaran, editor MUNCHIES Denmark Lars Hinnerskov Eriksen menghubungi Jóhannesson untuk mencari tahu mengapa dia ingin melarang nanas sebagai topping pizza. Lars juga penasaran, kenapa di depan sekumpulan pelajar SMA isu pizza ini yang diangkat oleh sang presiden. Dalam hitungan jam, Lars langsung mendapatkan respon langsung dari Istana Kepresidenan.

 
"Salam Tuan Eriksen
 
Presiden Islandia Bapak Guðni Th. Jóhannesson meminta saya menjelaskan pada anda beberapa hal sebagaimana berikut:

Salam Lars,
 
Terima kasih atas emailnya. Komentar soal pizza nanas itu sebetulnya hanya upaya melucu saat saya menghadiri rapat di satu SMA. Saya tidak masalah jika media massa membuat isu ini jadi ramai. Namun, saya tentu saja tidak akan memberi komentar tambahan yang bisa menambah kegaduhan. 

Salam hormat,
Guðni Th. Jóhannesson
Kepulauan Forseti | Presiden Islandia"

Ternyata, Presiden Jóhannesson sekadar bercanda dan langsung menarik kembali pernyataan pelarangan pizza nanas. Mungkin dia cemas citra politiknya tercemar karena memihak satu kubu tertentu dalam perdebatan patut tidaknya nanas jadi topping pizza. Untungnya, serius ataupun guyon, Presiden Islandia sebetulnya tidak punya kekuasaan bikin kebijakan sesuka hati. Jadi walaupun sangat ingin melarang penjualan pizza nanas, dia tidak bisa menerbitkan keputusan presiden seperti yang dilakukan presiden satunya yang melarang-larang imigran masuk AS tuh.

Namun, sebagaimana yang kita saksikan di Amerika, publik wajib kritis ketika seorang presiden tiba-tiba bicara soal pelarangan sesuatu. Bahkan sekalipun itu sekadar soal pizza Hawaii memakai topping nanas.