Semen Terus Menghantui Jokowi dari Luar Pagar Istana
Semua foto oleh Arzia Tivany Wargadiredja.

FYI.

This story is over 5 years old.

Lingkungan

Semen Terus Menghantui Jokowi dari Luar Pagar Istana

Perempuan dan Lelaki asal Kendeng kembali menggelar aksi menyemen kaki, menolak terbitnya izin lingkungan baru PT Semen Indonesia oleh Pemprov Jateng.

"Ibu bumi wis maringi, Ibu bumi dilarani, Ibu bumi kang ngadili, La ilaha illallah, Muhammadur rasulullah"

(Ibu bumi sudah memberi, ibu bumi disakiti, ibu bumi yang mengadili, la ilaha illallah, muhammadur rasulullah)

Doa bagi Ibu Bumi itulah yang tidak henti-henti dilantunkan empat puluh petani Kendeng yang kakinya terpasung semen. Mereka berjajar rapi di pelataran Taman Aspirasi. Tempat itu hanya beberapa langkah dari Istana Negara Jakarta, tempat Presiden Joko Widodo bertugas.

Iklan

Di tempat yang sama pula, Agustus 2016, para petani Kendeng bertemu dengan Joko Widodo untuk pertama kalinya. Kala itu harapan terpampang nyata: Penghentian pembangunan pabrik semen (sementara) hingga adanya Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS). Nyatanya pembangunan terus dilakukan lantaran Pemerintah Provinsi Jawa Tengah kembali menerbitkan surat izin lingkungan bagi penambangan dan pembangunan pabrik semen PT. Semen Indonesia. Padahal awal tahun ini Mahkamah Agung menyatakan Analisis Dampak Lingkungan proyek tersebut cacat hukum, memenangkan tuntutan warga Pegunungan Kendeng Utara.

Sukinah, petani asal Rembang, memutuskan datang ke Jakarta sejak awal pekan ini. Pergolakan tanpa henti antara para petani Kendeng Utara dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo membuatnya yakin, hanya di Jakarta tersisa satu-satunya harapan. Saat saya mendatangi Taman Aspirasi, Sukinah dan warga Kendeng lainnya sudah memasuki hari keempat dalam keadaan kaki terpasung semen. Sukinah selama ini dikenal sebagai pemimpin perlawanan pendirian pabrik PT SI. Dia masuk dalam kelompok sembilan perempuan yang tujuh bulan lalu lebih dulu memasung kaki dengan semen di Ibu Kota.

"Mereka tidak memikirkan rakyat ini butuh pangan, butuh tani, butuh makan, jadi kami tidak anti pembangunan, kami tidak anti pabrik tapi kami ingin pemerintah itu mengerti pabrik itu seharusnya tempatnya dimana." kata Sukinah selagi melakukan aksi. "Semen itu kan sudah overproduksi, kenapa sih harus ngotot bikin pabrik dan nambang terus-terusan, buat diekspor ke luar negeri. Justru di luar negeri penjualannya sangat lemah. Itu yang harus dipikirkan pemerintah juga."

Iklan

Sejak empat hari lalu, mereka kembali ke Jakarta untuk menyuarakan tuntutan: menghentikan pembangunan pabrik semen di Kendeng Utara. Sebagai bentuk solidaritas, para peserta aksi didatangi 20 petani Kendeng lainnya. Semua petani itu siap ikut terpasung di semen sampai Presiden Jokowi merespons aspirasi mereka.

Semen agaknya akan terus menghantui Jokowi dari luar pagar istana.