Membongkar Tabir Korut

Pejabat Korut Klaim Negaranya Bebas AIDS, Ternyata Banyak Warganya Terjangkit HIV

Para peneliti membuktikan bahwa angka penularan virus HIV di Korea Utara semakin tinggi.
Gavin Butler
Melbourne, AU
AN
Diterjemahkan oleh Annisa Nurul Aziza
Jakarta, ID
Kim Jong Un Pejabat Korut Klaim Negaranya Bebas AIDS, Ternyata Banyak Warganya Terjangkit HIV
Sumber kolase foto dari  YouTube/CNN (kiri) dan akun Flickr user Phillip Jeffrey, CC licence 2.0

Tahun lalu, pejabat pemerintah Korea Utara memperingati Hari AIDS Sedunia dengan menyatakan negara mereka "bebas dari AIDS".

"Tak ada satu pun warga kami yang menderita AIDS," demikian bunyi laporan surat kabar Minju Choson yang jadi corong rezim. Negara paling tertutup sedunia itu membuat pernyataan serupa tepat empat tahun sebelumnya. Korea Utara sepertinya ingin menggambarkan negara mereka kebal dari penyebaran global HIV karena memiliki “pelayanan kesehatan sosialis paling unggul” di dunia. Siapa sangka, mereka hanya mengada-ada.

Iklan

Pada kenyataannya, Korut juga menghadapi wabah HIV yang eksplosif dan tak tanggung-tanggung. Berdasarkan temuan peneliti Korut dan AS, warga pertama kali terinfeksi virus pada Januari 1999. American Association for the Advancement of Science melaporkan jumlahnya semakin menjamur dalam beberapa tahun terakhir, dan pada 2018, ada sebanyak 8.362 penderita HIV positif di Korea Utara.

Zunyou Wu, kepala ahli epidemiologi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Beijing, mencatat prevalensi HIV di negara itu "jauh lebih tinggi dari perkiraan saya." Parahnya lagi, situasinya tampak semakin tak terkendali.

Pada 2013, para peneliti Korea Utara meminta bantuan DoDaum untuk menyelidiki penyebaran HIV di seluruh negara. Organisasi nirlaba AS, yang melaksanakan proyek kesehatan dan pendidikan di Korut, menyanggupi permintaan mereka. Beberapa tahun kemudian, mereka menemukan bahwa pada 2015 CDC Korut mendokumentasikan peningkatan stabil dalam infeksi HIV selama sepuluh tahun sebelumnya.

Menjelang akhir 2018, Komisi Penanggulangan AIDS Nasional di Korea Utara menyelesaikan survei nasional yang mengindikasikan peningkatan penyebaran HIV. Virusnya paling umum ditularkan melalui donor darah dan suntik narkoba. Walaupun prevalensi HIV di sana masih relatif rendah dibandingkan dengan negara lain—tim peneliti memperkirakan 0,069 persen dibandingkan dengan angka dua digit dari negara-negara Afrika—Korea Utara belum menemukan solusi efektif.

Iklan

Tonton dokumenter VICE seputar aksi protes anak punk di Kuba yang sengaja suntikkan HIV ke diri sendiri untuk memprotes rezim:


Korea Utara cuma memiliki tiga laboratorium yang menggunakan prosedur medis modern untuk mendeteksi HIV. Sanksi internasional ketat lebih lanjut menghambat pengiriman obat-obatan ke negara yang dipimpin Kim Jong-un ini. Menurut co-founder DoDaum Taehoon Kim, hanya 30-40 persen obat yang berhasil melewati perbatasan Tiongkok-Korea Utara. Masalah sensor semakin memperburuk keadaan. Majalah Science mengungkapkan pemerintah Korut memaksa DoDaum merahasiakan temuan mereka. Para peneliti merasa berkewajiban memberi tahu kebenarannya, sehingga mereka tak mengindahkan perintah negara.

:Di satu sisi, kami terancam mendapat perlakuan keras dari pemerintah pusat jika mengekspos keberadaan pengidap HIV. Pada umumnya, mereka sangat takut dengan penyakit menular," kata Kim Mun Song, dokter di Kementerian Kesehatan dan LO DoDaum di Korut, saat diwawancarai Jurnal Science. "Di sisi lain, masalahnya tak akan terselesaikan apabila kami tetap merahasiakannya."

Ada kekhawatiran lain yang lebih mengerikan terkait dengan sikap pemerintah menanggapi HIV. Taehoon Kim dan rekan khawatir pihak berwenang mengambil "tindakan keras untuk mengendalikan penyakitnya."

Rezim Pyongyang bisa saja mengkriminalisasi status HIV, dan menahan atau mendeportasi pasien. Para peneliti mulai mengajak komunitas internasional untuk membantu Korut melawan HIV, termasuk menyediakan lebih banyak obat antiretroviral bagi penderita dan membantu perbaikan sistem kesehatan di sana.

Follow Gavin di Twitter atau Instagram

Artikel ini pertama kali tayang di VICE ASIA.