FYI.

This story is over 5 years old.

Fashion

10 Pertanyaan yang Selalu Ingin Kamu Ajukan pada Kritikus Fesyen

Kritikus fesyen—bisa juga kalian juluki polisi mode—bikin desainer dan rumah busana keder. Mari kita tanyai saja, apa suka duka jadi orang yang dipuja dalam industri adibusana.
Foto dari pameran koleksi musim semi/panas Maison Margiela 2015.

Artikel ini pertama kali tayang di i-D.

"Istilah 'kritikus fesyen' sering menciptakan ketegangan, paranoia dan kekhawatiran bagi banyak orang," kata Robin Givhan, pemenang Pulitzer Prize sekaligus pengamat busana dari surat kabar The Washington Post, saat diwawancarai situs Digiday awal tahun ini. Tentunya, istilah 'kritikus fesyen' mungkin tidak berarti banyak bagi mereka yang berada di luar industri busana. Tapi bagi mereka yang menjadi bagian dari rantai industri adibusana, para kritikus memiliki kekuasaan besar dan masih sangat berpengaruh. Tentu saja peran kritikus sudah agak bergeser semenjak revolusi digital industri fashion terjadi. Semakin banyak orang masuk dalam industri ini, tapi tetap saja ada beberapa suara yang memaksa untuk selalu didengar. Alexander Fury, jurnalis asal London, penulis, kritikus, dan pemenang penghargaan Inaugural Editorial Intelligence Fashion Commentator of the Year adalah salah satu sosok tersebut.

Iklan

Sebagai Chief Fashion Correspondent di T: The New York Times Style Magazine dan editor AnOther, tidak heran opininya soal peragaan busana atau koleksi desainer terbaru memiliki kekuatan. Mulai dari melukai ego creative director, mematahkan hati tim humas rumah busana, sampai meningkatkan atau menjatuhkan penjualan produk merek-merek ternama. Dia selalu bersikap terang-terangan. "Industri fashion meminta kritik, tapi sebetulnya yang mereka mau hanya pujian," kata Fury di kolom opini The Independent ketika dia masih menjadi editor fashion di surat kabar Inggris tersebut. Fury tidak tertarik menjilat pantat siapapun. Mulai dari resensi awalnya di SHOWstudio hingga sekarang di T, dia tidak pernah malu-malu melontarkan opini jujur dan tidak takut menantang pendapat kritikus lain. Untungnya dia dibekali pengetahuan mendalam tentang fashion dan kemampuan menulis yang cerdas.

Penasaran sama sosok seseorang yang sanggup membuat satu industri fashion ketakuan? Mari kita mengenalnya lebih jauh. Kami mengajak ngobrol Alex di sela-sela pameran musim semi/musim panas 2018, menanyakan 10 pertanyaan yang selalu ingin diketahui orang awam mengenai rahasia di balik industri busana yang penuh intrik.

i-D: Apa yang mendorongmu menjadi seorang kritikus fesyen?
Alexander Fury: Awalnya saya ingin menjadi seorang desainer fashion—yang saya kejar sepanjang SMA dan tahun-tahun awal kuliah. Tapi dari dulu saya memang sering menulis. Misalnya deskripsi sebuah pakaian secara lengkap—seperti yang dilakukan majalah-majalah adibusana dekade 80'an. Menulis bagi saya terasa lebih alami dibanding mendesain, dan saya selalu hobi membaca apapun yang berhubungan dengan pakaian, fesyen dan budaya. Salah satu pengaruh terbesar saya adalah Colin McDowell, yang saat itu menulis untuk The Sunday Times Style. Campuran dari pengetahuan sejarahnya yang luar biasa, referensi budaya, dan sudut pandang yang sangat jujur merupakan semua elemen yang saya sukai dari kritik fashion hingga hari ini.

Iklan

Apa tulisan pertamamu dan bagaimana perasaanmu membaca lagi tulisan itu sekarang?
Saya masih SMA ketika sedang mencoba menjadi seorang desainer fashion. Saya menulis resensi tentang koleksi rancangan saya sendiri. Saya tidak memuji koleksi sendiri dalam ulasan itu. Saya ingat pernah menulis bahwa saya terlalu berfokus di busana malam dan jahitan saya terlalu ribet. Lucu juga kalo diingat sekarang. Memang benar sih.

Seperti apa caramu menulis?
Saya jenis orang yang old-school. Saya masih menulis di atas kertas dan mengetik di laptop (yang kecil dan ringan). Saya tidak suka menulis di iPhone. Saya pernah mencobanya dan ketika menulis long-form, sering banyak kesalahan. Saya lebih suka melihat alur tulisan di halaman lebar.

Pernah gak menyesali ulasan yang sudah terlanjur dipublikasikan?
Saya hanya menyesali resensi yang tidak sepenuhnya jujur. Jadi, pada umumnya, saya menyesali resensi yang malah terlalu 'baik' pada merek dan rumah busana tertentu.

Kamu pernah gak susah tidur gara-gara mengulas pameran atau koleksi busana? Ceritain dong reaksi terbaik dan terburuk dari tulisanmu.
Saya selalu susah tidur gara-gara tulisan—karena sibuk menulis hingga pagi. Dan kamu selalu mempertanyakan apakah kamu sudah mengkomunikasikan pikiran dengan benar. Reaksi terbaik yang pernah kuterima adalah ketika Miuccia Prada mengirimkan sebuah pesan. Isinya mengatakan saya berhasil membuatnya memandang koleksi rancangannya dengan cara yang baru. Inilah tujuan utama saya menulis. Yang paling buruk mungkin ketika seseorang tanpa nama mengirimkan pesan setelah sebuah acara hanya bertuliskan dua kata: "Fuck you."

Iklan

Acara fashion apa yang sangat berkesan buatmu secara pribadi?
Acara adibudaya pertama John Galliano untuk Maison Margiela. Percaya atau tidak, saya belum pernah hadir di acara Galliano fashion untuk Dior; dan ketika dia dipecat dari Dior, saya pikir saya tidak akan mendapat kesempatan untuk menyaksikan acaranya. Dia adalah alasan saya bekerja di industri fashion. Bagi saya, seorang anak yang besar di kota kecil Inggris di 90an, acara catwalk Galliano seperti perwujudan fantasi yang luar biasa dan kerap membuat saya bermimpi. Jadi ketika dia mengadakan acara debut di Margiela, saya datang dan menangis seperti anak kecil. Pengalaman tersebut membuat saya untuk tidak pernah 'bersantai' dan tidak meremehkan segala sesuatu. Orang-orang kreatif luar biasa ini tidak akan hidup selamanya. Gunakan kesempatan untuk menikmati karya mereka.

Apakah status sebagai kritikus mempengaruhi gaya busanamu sendiri?
Saya selalu keringetan dan sibuk lari sana sini, jadi saya selalu mengenakan pakaian paling membosankan di saat fashion month berlangsung. Saya selalu merasa fokusnya harus berada di pakaian desainernya, bukan saya.

Kalau kamu tak jadi kritikus fesyen, kira-kira kamu mau kerja apa?
Saya selalu tertarik dengan arkeologi, jadi mungkin saya akan mendalami disiplin ilmu itu. Mungkin ada semacam hubungan antara arkeologi dan gaya menulis saya.

Nasehat apa yang akan kamu berikan ke generasi muda yang ingin mengikuti jejakmu? Apa harapan, mimpi, dan ketakutanmu tentang masa depan dunia kritik fashion?
Jujur ya, saya takut krtik fesyen akan segera punah—mungkin secara umum memang kritik mulai punah. Begitu juga jurnalisme. Ada semacam kecenderungan bersikap masa bodoh dalam budaya kita sekarang. Bahkan ilmu pengetahuan mulai dipandang sebagai hal yang buruk di berbagai negara. "Elitisme intelektual", tuduhan orang bodoh terhadap orang yang berilmu, dan semacamnya membuat saya takut. Bukan hanya karena ini mengingatkan saya pada sejarah berdirinya Nazi Jerman di 1930'an. Saya penasaran apakah manusia masa sekarang masih peduli sama pendapat orang lain tentang apapun—fashion, film, musik, dan bahkan politik. Banyak orang mempertanyakan kebenaran mendasar, dan menantang kepercayaan-kepercayaan lama. Mungkin demokratisasi internet—memberikan semua orang suara dan menyiratkan bahwa semua suara dan opini itu valid—akan membuat konsep kritik ketinggalan zaman. Sekarang banyak orang memperdebatkan hal-hal ini. Namun dalam opini saya, memiliki sudut pandang yang kritis dan luas dan menyuarakannya lewat jalur yang benar merupakan sesuatu yang kita butuhkan di tengah banyaknya kicauan opini saat ini. Kita membutuhkan orang-orang yang sudut pandang dan pengetahuannya bisa dipercaya untuk menuntun kita semua.

Saya menyarankan semua orang untuk bersikap jujur, mencari sudut pandang sendiri, dan mengekspresikannya secara orisinil, menghindari semua bahasa-bahasa klise yang sering sekali digunakan. Oh, sama banyak baca buku. Kamu tidak bisa menulis dengan baik kecuali bisa membaca dengan baik.

Pertanyaan terakhir, apa kesalahpahaman terbesar orang awam tentang fashion week?
Kesalahpahaman terbesar adalah menganggap fashion week itu harus glamor. Ini pemahaman yang keliru—pemahaman ini masih menyebar di kalangan pegiat industri busana. Kami bekerja berjam-jam setiap hari, kurang tidur, kurang makan, dan di akhir acara, kami terlihat dan merasa seperti orang yang baru terjangkit penyakit kelamin.

Apa yang tidak banyak dipahami orang, semua hal negatif tadi jatuhnya tidak penting jika fesyen yang kita saksikan memang luar biasa mutunya. Ketika kamu melihat fashion yang luar biasa, yang membuat kamu menahan nafas, dan rasanya merubah bagaimana kita memandang pakaian, dan diri kita sendiri, dan era dimana kita hidup, kamu merasa seperti orang paling beruntung di dunia, melakukan pekerjaan terbaik. Paling enggak buat saya, rasanya seperti ini.