gaza

Israel Akui Ingin Pindahkan Warga Palestina Secara Paksa

Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah mengonfirmasi keaslian dokumen berisi usulan pemindahan paksa warga Palestina ke Mesir.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Foto: ABIR SULTAN/POOL/AFP via Getty Images

Dokumen internal yang bocor pekan lalu membeberkan rencana pemerintah Israel memindahkan paksa warga Gaza ke Mesir secara permanen. Kini, keaslian proposalnya telah dikonfirmasi langsung oleh pejabat tinggi Israel.

Dalam dokumen tertanggal 13 Oktober 2023, Badan Intelijen Israel mengusulkan pemindahan paksa 2 juta warga Palestina dari Gaza ke kawasan Semenanjung Sinai, Mesir. Langkah ini disebut sebagai solusi terbaik untuk menjamin keamanan Israel.

Iklan

Selama proses itu berlangsung, dokumen itu mengusulkan agar warga sipil Gaza tinggal di “kota-kota tenda”, alias tempat pengungsian sementara, yang terhubung dengan koridor kemanusiaan di bagian utara Sinai, sampai tersedia tempat tinggal permanen bagi mereka. Zona penyangga juga akan dibangun di sepanjang perbatasan Israel.

Badan Intelijen Israel berniat menyampaikan “strategi keamanan” ini ke dunia internasional sebagai upaya “meminimalisir jatuhnya korban sipil” akibat serangan dari pihak mereka sendiri. Harapannya, selain menggusur warga Gaza ke Mesir, negara-negara lain juga akan tergerak menerima pengungsi Palestina.

Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyebut proposal itu hanyalah “makalah konsep yang tidak mengikat, yang disiapkan di semua tingkat pemerintahan dan badan keamanan”, dikutip Associated Press.

Israel lebih lanjut meremehkan signifikansi strategi yang diusulkan. “Kami belum mendiskusikan langkah yang akan diambil selanjutnya. Fokus kami saat ini yaitu memberangus pasukan Hamas,” demikian pernyataan resminya.

Namun, Badan Intelijen Israel tidak berwenang merumuskan kebijakan, sehingga harus mendapat persetujuan pemerintah terlebih dahulu.

Proposal itu sontak diprotes keras oleh pejabat Palestina, dan menimbulkan kekhawatiran akan terjadi Nakba (malapetaka) untuk kedua kalinya. Ketika negara Israel terbentuk pada 1948, proses ini juga menggusur ratusan ribu warga Palestina.

Iklan

“Kami menolak keras pemindahan paksa semacam ini. Kami tidak akan meninggalkan Palestina bagaimana pun caranya,” tandas Nabil Abu Rudeineh, juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas, dilansir AP. “Peristiwa tahun 1948 tidak boleh terulang kembali.”

Seandainya proposal ini disetujui, posisi Mesir juga akan terancam. Mesir adalah negara Arab pertama yang mengakui Israel pada 1979.

Pemerintah Mesir belum menanggapi soal bocoran dokumen itu, tapi telah menolak pengungsi Palestina masuk ke negaranya. Mereka mengusulkan agar warga Gaza dipindahkan ke Gurun Negev di Israel hingga serangan Israel berakhir.

Sementara itu, di utara Gaza pada Selasa (31/10), kamp pengungsi Jabalia baru saja dihantam serangan udara Israel yang menewaskan sedikitnya 50 jiwa. Saat serangan, ada lebih dari 115.000 warga Palestina mengungsi di sana.

Sebelum serangan itu, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa sudah 8.525 warga Gaza tewas akibat serangan udara terus-menerus yang dilancarkan Israel. Lebih dari 3.500 di antaranya adalah anak-anak tak berdosa.