FYI.

This story is over 5 years old.

Budaya

Budaya 'Tangan Bagus' Di Negara Kita Merugikan Orang Kidal

Beraktivitas dengan tangan kiri kerap mengundang stigma negatif di Indonesia. Kami meminta kawan-kawan kidal menceritakan pengalaman mereka selama ini.
Ilustrasi oleh Iyas Lawrence.

Di Indonesia, sejak kecil kita pasti akrab sama kata-kata "tangan bagusnya mana?" Jika kalimat itu keluar dari mulut orangtua atau gurumu, maka tandanya tangan kananlah yang harus digunakan. Tak perlu heran deh, kalau di Indonesia ada yang namanya 'tangan jelek'.

Di Indonesia, diskriminasi bagi orang kidal masih amat kental. Bukan fenomena baru rasanya jika orangtua atau guru memaksa anak-anak beraktivitas memakai tangan kanan, terutama untuk menulis dan makan. Rupanya, jika melihat data lebih lanjut, di belahan bumi manapun menjadi kidal seringkali merugikan. Padahal orang kidal jumlahnya hanya 10-12 persen dari total penduduk dunia.

Iklan

"Kalau dari segi psikologi pendidikan, kami menyarankan bahwa anak yang left-handed tidak boleh dipaksakan untuk jadi right-handed. Takutnya mematikan bakat terpendamnya," kata psikolog Elizabeth Santosa ketika dihubungi VICE Indonesia.

Sampai sekarang masih banyak orangtua di Indonesia melatih anaknya menggunakan tangan kanan agar dominan. Aku termasuk anak kidal, yang karena latihan akhirnya memilih tangan kanan sebagai yang dominan. Bagaimanapun, aku masih cenderung membawa tas dan barang berat dengan tangan kiri, masih bisa menulis pakai tangan kiri walaupun tidak rapi, dan tidak pernah bisa memasang arloji di tangan kiri.

Elizabeth mengatakan sebetulnya tidak ada salah melatih anak menguasai tangan di luar preferensi alamiahnya. Namun, Elizabeth—yang dua dari tiga anaknya kidal—mengakui sangat penting bagi orangtua untuk tahu sejak awal mana preferensi alamiah sang anak. Akan menjadi unik dan istimewa jika anak tersebut ternyata seorang ambidextrous; alias bisa menggunakan kedua tangannya sama mahirnya untuk segala jenis aktivitas. Jumlah manusia macam ini hanya 1 persen dari populasi dunia. "Indonesia masih menjunjung tinggi sistem kolektif, artinya mereka lebih mementingkan etika yang dicampur norma dan adat istiadat," kata Elizabeth. "[Anggapan] ini kadang menjadi bertolak belakang dengan temuan sains dan psikologi. Itulah kenapa [penggunaan tangan kiri] masih tabu. Kita masih percaya tangan kiri itu tangan tidak baik, tangan nyolong, tangan buat bersihin dubur. Itu [citra] tangan kiri semua."

Iklan

"Kiri" kerap dikaitkan dengan beragam hal berkonotasi negatif, sedangkan "kanan" sebaliknya. Tidak hanya dalam kebudayaan Islam yang dikenal 'memuliakan' kanan, budaya lainnya pun tak jauh berbeda. Dalam bahasa Inggris, kata "left" berasal dari kata "lyft" yang berarti "lemah" atau "tak berguna". Sementara itu dalam bahasa Prancis, "gauche" alias kiri, arti harfiahnya adalah "janggal" atau "kikuk".

Pada Abad 16, di bawah kekuasaan Gereja Katolik, orang bertangan kidal sangatlah tertindas. Mereka disebut-sebut bersekongkol dengan iblis. Kadang perempuan kidal diidentifikasi sebagai penyihir. Hingga Abad 19, diskriminasi masih terus menimpa orang-orang bertangan kidal. Parahnya di beberapa area yang dianggap sudah maju seperti Amerika Utara dan Eropa, diskriminasi terhadap orang-orang kidal menjadi terinstitusi. Sekolah-sekolah memaksa murid mereka menggunakan tangan kanan dengan cara mengikat tangan kirinya ke kursi agar tidak digunakan. Diskriminasi masih ada terus hingga abad kiwari. Tiga tahun lalu, Joshua Goodman dari Harvard Kennedy School melansir penelitian kontroversial yang menyatakan orang kidal sulit bersaing dalam kehidupan dengan pengguna tangan kanan. Alasannya, "orang kidal cenderung lebih emosional, punya masalah kejiwaan, rentan mengidap diseleksia, dan seringkali bekerja di bidang-bidang yang tak terlalu membutuhkan skil kognitif."

Banyak penelitian berikutnya yang membuktikan telaah Goodman ngawur. Tapi poinnya, diskriminasi rupanya terus menimpa orang kidal dalam taraf berbeda-beda, hingga zaman modern ini. Kalau di negara maju saja masih ada perlakuan tidak menyenangkan, gimana dong nasib orang kidal di tengah kultur Indonesia yang kolektif dan menjunjung tinggi penggunaan tangan kanan?

Iklan

Berikut kesaksikan beberapa narasumber kami yang seumur hidupnya terbiasa dominan beraktivitas pakai tangan kiri:

HAIRUM FELLAYATI, 25, PENULIS, KIDAL

Ngalamin kesulitan gak sih jadi orang kidal di lingkungan keluarga Minang?
Seinget gue sih memang kalau urusan yang penting seperti makan selalu diingetin. Karena di budaya Minang seringnya makan pakai tangan, bukan sendok, jadi gue enggak masalah. Cuma, ketika di tempat umum seperti sekolah atau tempat makan, gue selalu ditegur karena megang sendok pakai tangan kiri. Sedangkan untuk hal-hal lain kayak nulis atau ngerjain sesuatu, ya enggak masalah. Kecuali yang terkait adat sopan santun secara budaya, yang memang harus tangan kanan, gue udah diajarin dari kecil. Misal salaman, ngasih sesuatu, ngambil sesuatu dari orang lain.

Waktu kecil adaptasimu susah enggak?
Yang salaman, ngambil sesuatu dari orang gitu enggak masalah, karena jarang dan enggak megang alat. Kalau sempat ngambil pakai tangan kiri, langsung ditepok tangan gue [sama ortu]. Yang paling susah makan pakai sendok. Sampai sekarang enggak biasa. Walau sebenernya bisa. Gue pake tangan kanan megang sendok di hadapan orang tertentu aja. Kalo yang sudah ngerti gue mah tetap nyendok pakai tangan kiri hahaha.

Waktu sekolah dan belajar nulis, kamu pernah ngalamin kesulitan? Apakah guru maksa kamu pakai tangan kanan?
Di awal-awal memang susah dan sempat diajarin intensif, bahkan di rumah. Tapi ya tetep enggak bisa, malah gue jadi lambat. Akhirnya dibiarin aja, enggak dipaksain lagi. Waktu itu gue jadi lambat nulisnya, jadi enggak fokus ke yang lain gara-gara fokus ke belajar nulis pakai tangan kanan. Itu cuma pas awal kelas 1 SD sih.

Iklan

Sebagai orang kidal kamu ngerasain diskriminasi secara kultural enggak?
Ada sih, dibilang gini: pakai tangan rancak lah (pakai tangan bagus dong). Gitu doang. Paling ceng-cengan temen-temen gue: ih pake tangan cebok. Kalau bagi gue sih cuek, dan karena cuma sebatas omongan dan enggak dalam bentuk sikap misalnya dijauhin atau ditinggalin. Gue tau kalau dalam budaya dan agama, tangan kiri itu tangan buat cebok. Yasudah lah. Itu pun ceng-cengan waktu awal SD. Habis itu enggak ada yang permasalahin. Malah sering dibilang yang tangan kiri itu kreatif hahaha.

Jadi sekarang efeknya elo lebih ke arah bangga jadi orang kidal?
Semacam bangga, karena gue beda dari yang lain. Bahkan di beberapa hal gue bisa pake dua tangan. Hahaha, sombong.

Ada yang mau elo sampaikan sebagai orang kidal buat para orangtua atau institusi pendidikan?
Selagi enggak melanggar norma adat sopan santun, menurut gue enggak masalah. Jangan dipaksa anak pake tangan kanan kalo memang engga bisa. Perlakukan mereka secara sama aja. Karena selama ini gue diperlakukan seperti itu dan akhirnya nggak ngerasa kalo gue salah gitu pake tangan kiri. Tahu tempat sama waktu aja.

MUHAMMAD REZA AKHAR, 30, SOUND ENGINEER, KIDAL

Ngalamin kesulitan gak sih jadi kidal akibat kultur indonesia yang apa-apa harus pakai tangan kanan?
Sulitnya kadang lupa tata krama aja sih. Misalnya lagi bayar makan ke ibu-ibu yang udah agak tua, eh ngasih duitnya pake tangan kiri. Kata temen saya yang orang Jawa, kalo di masyarakat Jawa itu enggak sopan.

Keluargamu menganggap tangan kiri sebagai "tangan jelek" dan tangan kanan itu "bagus"?
Orang tua sih ngajarin juga kalau pake tangan kiri "gak bagus". Cuma mungkin waktu itu mereka gak terlalu memaksa saya harus pakai yang kanan.

Iklan

Jadi enggak pernah ada paksaan dari ortu selalu beraktivitas pakai tangan kanan?
Kalau urusan makan, sering banget kena teguran. Akhirnya berusaha dan sekarang bisa kalau makan pakai tangan. Tapi kalau pakai sendok masih agak sulit. Kalau untuk nerima sesuatu diajarin juga, cuma masih sering lupa kalau harus pake tangan kanan, hehe. Jadi kalau makan pakai sendok masih dominan yang kiri. Barulah kalau pakai tangan enggak pake sendok sudah biasa yang kanan. Syukurlah saya masih bisa ikut anjuran agama makan pakai tangan kanan.

Selama di sekolah pernah ngalamin kesulitan?
Kalau belajar tulis menulis, seingat saya gurunya yang mengalah, karena enggak pernah bisa pakai kanan. Kebetulan dulu hobinya menggambar jadi gambarnya lebih bagus pakai tangan kiri, sampai sekarang nulisnya tangan kiri.

Sebagai orang kidal, kamu merasa ada diskriminasi secara kultural ga?
Dipaksa untuk pakai tangan kanan enggak, tapi disindir iya. Sering dengar sih tangan kanan itu tangan bagus, dan kebetulan saya juga orang Muslim. Di agama saya dianjurkan selalu menggunakan tangan kanan. Saya tetap mengikuti anjuran agama. Bukan berarti tangan kiri tangan jelek. Saya hanya enggak pernah merasa terdiskriminasi. Justru saya nyaman-nyaman saja beraktivitas pakai tangan kiri. Soalnya, belum tentu orang lain bisa seperti saya. Toh juga tangan kiri untuk melengkapi yang kanan, kalo gak ada kiri, gak ada kanan dong? Kalau gak suka tangan kiri, tuntut saja sama yang ciptakan tangan. Jadi disyukuri aja masih punya tangan.

Iklan

Kira-kira ada yang mau disampaikan gak, buat sesama anak kidal, atau orangtua yang punya anak kidal, serta institusi pendidikan?
Buat teman-teman kidal, tetaplah beraktivitas seperti biasa. Jangan lupa latihan juga pakai yang kanan, biar bisa menghargai budaya kesopanan dan bisa menjalankan anjuran agama. Kelebihan orang kidal latihan kanan, nantinya bisa balance, bisa menggunakan left atau right. Enggak seperti orang kanan pada umumnya. Kalau untuk institusi pendidikan, enggak usah dipaksalah kalau orang sudah bawaan dari lahir kidal. Karena banyak yang katakan orang kidal itu istimewa. Hahaha.


Baca juga artikel lain yang mengangkat pengakuan orang-orang terpinggirkan dan dianggap melanggar tabu negara ini kepada VICE:

LUNA NAULI, 19, MAHASISWA, KIDAL

Sebagai orang kidal, kamu ngalamin kesulitan gak sih bersosialisasi dalam kultur indonesia, yang apa-apa harus pakai tangan kanan?
Aku sebenarnya gak mengalami banyak kesulitan dalam kehidupan sehari-hari. Hanya saja, ada banyak kebiasaan lazim di Indonesia yang sulit aku ikuti, terutama saat menerima atau memberi sesuatu ke orang lain. Di negara kita, diharapkan kita ngasih sesuatu pakai tangan kanan. Aku terbiasa pakai tangan kiri. Jadi aku sering banget refleks minta maaf ke orang lain kalau udah kayak gitu. Lama-lama aku mikir, 'ngapain juga ya minta maaf?' Soalnya ini kan bawaanku sejak lahir. Aku makin pede pakai tangan kiri sejak banyak teman yang justru penasaran atau iri setelah tahu aku kidal. Aku kadang ketawa melihat respons mereka, soalnya kayaknya wah banget. Padahal ya kidal itu biasa aja.

Keluargamu memaksa kamu pakai tangan kanan buat beraktivitas?
Enggak sama sekali. Mereka malah kagum waktu tahu aku sejak kecil kidal. Mereka sadar, mustahil mengubah tangan dominan. Aku beruntung sih. Ortuku dulu sampai tegas bilang ke guru TK, supaya enggak ngajarin aku pakai tangan kanan di kelas.

Menurutmu budaya menganggap tangan kanan lebih bagus di negara kita diskriminatif buat orang kidal?
Sebenarnya engga sepenuhnya diskriminatif. Cuma, memang harus diakui, masih ada kecenderungan menganggap semua yang memakai tangan kanan lebih bagus daripada pakai tangan kiri. Bagaimanapun, ide menganggap buruk semua yang serba kiri itu sudah berlangsung berabad-abad. Kiri, aku pernah baca, dianggap ada kaitannya sama iblis. Kalaupun memang ada diskriminasi yang nyata pada orang kidal, menurutku itu terjadinya di sekolah. Guru agamaku pas SMA selalu ngejek kalau lagi ngelihat aku nulis, makan, atau melakukan apapun pakai tangan kiri. Dia bilang, 'tangan kiri tangannya setan.'

Aku sih cuek lah sama kelakuan guruku itu, hahahaha. Orang yang enggak santai lihat orang lain beraktivitas pakai tangan kiri, rata-rata kan tipe yang konservatif, tradisionalis, dan agamis gitu ya. Buktinya cuma guru satu itu kok yang ngerasa ada masalah sama tangan kiri selama aku sekolah.