Luar Angkasa

Tabrakan Dua Lubang Hitam Pertama Kalinya Terdeteksi Ilmuwan

Apa yang membuat pancaran cahaya ini begitu istimewa?
Gambar konsep lubang hitam supermasif dan piringan (disk) gas di sekitarnya.
Gambar konsep lubang hitam supermasif dan piringan (disk) gas di sekitarnya. Di antara piringan itu terdapat dua lubang hitam kecil yang saling mengorbit satu sama lain. Berkat data yang dikumpulkan Zwicky Transient Facility (ZTF) di Observatorium Palomar, para ilmuwan antariksa dapat mengidentifikasi kilatan cahaya yang muncul setelah kedua lubang hitam bergabung. Sumber foto: R. Hurt/IPAC/CALTECH

Sejumlah ilmuwan antariksa menyaksikan tabrakan dua lubang hitam pada Mei 2019. Sejak pertama kali terdeteksi lima tahun lalu, peristiwa semacam ini sudah menjadi pemandangan umum bagi pakar astronomi. Namun, sesuatu yang berbeda terjadi dalam tabrakan tahun lalu. Para ilmuwan yakin ini pertama kalinya mereka melihat percikan cahaya ketika dua lubang hitam bertabrakan.

Tabrakan dua lubang hitam akan menghasilkan gelombang gravitasi yang sangat kuat, sampai-sampai bisa memengaruhi ruang dan waktu. Gelombang ini nantinya dideteksi oleh observatorium khusus. Peristiwa ini seharusnya tidak menghasilkan gelombang cahaya karena tarikan gravitasi lubang hitam akan menelan semua cahaya dan radiasi di sekitarnya. Selain itu, lubang hitam juga tidak mampu mengeluarkan cahaya apapun. Setidaknya begitulah yang dipercaya ilmuwan selama ini, sampai akhirnya peristiwa Mei mengubah cara pandang mereka. Pada saat itu, astronom melihat kilatan cahaya tak terduga yang muncul bersamaan dengan gelombang kejut dari tabrakan lubang hitam.

Iklan

Alat pendeteksi gelombang gravitasi di observatorium LIGO dan Virgo menangkap gelombang tabrakan yang menghantam Bumi. Dan pada waktu yang hampir bersamaan, observatorium di California mendeteksi cahaya terang di tengah kegelapan. Hasil pelacakan menunjukkan cahaya itu berasal dari pusat galaksi jauh yang terdapat lubang hitam supermasif di dalamnya.

“Kami menggambarkan elektromagnetik optik masuk akal pertama sebagai (kandidat) penggabungan lubang hitam biner,” bunyi penelitian yang diterbitkan 25 Juni di jurnal APS Physics. Para peneliti menjelaskan mengapa mereka yakin kilatan cahayanya berkaitan dengan tabrakan lubang hitam dalam studi baru itu.

Penelitiannya mengacu pada teori yang menyatakan penggabungan lubang hitam umum terjadi di disk sekitar lubang hitam supermasif. Piringan ini adalah wilayah berputar yang dipenuhi objek kosmik seperti bintang dan lubang hitam kecil. Lubang-lubang hitam di daerah ini berpotensi tabrakan karena sering mendekati satu sama lain. Penelitian terdahulu telah membayangkan akan seperti apa suar cahaya yang dihasilkan jika penggabungannya terjadi di dalam disk akresi.

Peneliti berpandangan penggabungan dua lubang hitam di piringan gas raksasa dapat menciptakan “kickback” dan mengacaukan gas di sekitarnya. Gangguan ini kemudian menghasilkan suar cahaya tersebut.

Namun, kekacauan gas sering memancarkan cahaya. “Awalnya saya ragu,” ungkap peneliti Saavik Ford kepada CNET. “Suar cahaya ini menarik, tapi piringan gas di sekitar lubang hitam selalu menyala.”

Saavik dan rekan-rekan berusaha mengamati cahaya lubang hitam supermasif itu secara lebih detail. Sayang sekali, cahayanya sudah keburu padam ketika mereka melakukannya. “Lubang hitam supermasif semacam ini selalu memancarkan cahaya,” peneliti Mansi Kasliwal menyatakan. “Tapi waktu muncul, ukuran dan lokasi suar ini sangat spektakuler.”

Mereka yakin beberapa tahun lagi, lubang hitam yang baru terbentuk akan menghasilkan kilatan cahaya lain. Proses penggabungan ini akan melontarkan objek ke dalam disk lubang hitam supermasif, menghasilkan kilatan cahaya yang bisa dilihat manusia. Walau kebenaran teorinya belum bisa dipastikan, ini pertama kalinya manusia mendeteksi kilatan cahaya yang berkaitan dengan tabrakan lubang hitam.

Follow Satviki di Instagram.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE India