Tambang

Polisi: Wabup Sangihe Penolak Tambang Meninggal Akibat Komplikasi Penyakit, Bukan Racun

Hasil autopsi yang dilakukan Polda Sulut tersebut masih sementara. Di saat bersamaan Kementerian ESDM menyebut kontrak karya PT TMS di Kepulauan Sangihe tak bisa dibatalkan.
Untitled design - 2021-06-14T185317
FOTO MENDIANG WAKIL BUPATI SANGIHE HELMUD HONTONG SEMASA HIDUP. SUMBER FOTO DARI FACEBOOK KOMUNITAS SAHABAT HELMUD HONTONG

Jenazah Wakil Bupati Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, Helmud Hontong akhirnya diautopsi oleh tim dari Polda Sulut. Autopsi dilakukan pagi tadi untuk mengecek dugaan almarhum diracun sebelum atau saat ikut dalam penerbangan Lion Air JT-740 rute Denpasar-Manado, Rabu pekan lalu (9/6). Sebelumnya, rencana autopsi ditolak keluarga karena alasan sudah ikhlas.

Iklan

Proses autopsi berlangsung di Ruang Pemulasaran jenazah di RSUD Liun Kendage di Tahuna, ibu kota Kepulauan Sangihe, pada Senin (14/6) pagi waktu setempat. Dimulai pada jam setengah enam pagi, autopsi berlangsung dua jam. Prosesnya ditangani sepenuhnya oleh tim forensik Polda Sulut, dipimpin Direskrimum Polda Sulut Gani F. Siahaan dan didampingi Kepala RS Bhayangkara Tingkat III Manado AKBP Faisal Zulkarnaen.

Kesimpulan otopsi keluar hari ini pula, diumumkan Polda Sulawesi Utara lewat konferensi pers. Kabid Humas Polda Sulut Jules Abraham Abast mengatakan bahwa Helmud Hontong meninggal mendadak karena komplikasi penyakit menahun. Autopsi tidak menemukan racun dalam tubuh jenazah seperti dikhawatirkan publik.

“Benar, sudah dilakukan otopsi dan penyebab kematian wakil bupati diduga karena komplikasi penyakit menahun yang diderita. Pada saat pemeriksaan, tidak ditemukan adanya racun,” kata Jules, dilansir Liputan6

Meski begitu, hasil autopsi masih bersifat sementara. Tim Forensik dilaporkan telah mengambil sampel organ tubuh jenazah untuk diperiksa lebih lanjut di laboratorium. Hasil lengkapnya baru akan ketahuan dua minggu mendatang.

Dari penuturan saksi di lokasi, sebelum meninggal dunia Helmud mengalami batuk disertai keluarnya darah dari mulut dan hidung. Plt. Kepala KKP Bandara Sultan Hasanuddin Makassar dr. Muhammad Haskar Hasan, tempat pesawat transit ketika Helmud mengalami situasi darurat, mengatakan gejala tersebut mengarah ke dugaan serangan jantung.

Iklan

“[Penyebab kematian] ini yang kami belum bisa pastikan. Tapi, kalau serangan jantung itu kemungkinan besar keluar darah dari mulut. Apalagi penumpang sudah berumur,” ujar Haskar kepada Suara.

Selain penyakit jantung, pendarahan pada hidung dan mulut kala batuk juga bisa disebabkan oleh gangguan di alat pernapasan. dr. Suci Dwi Putri di situs KlikDokter menyebut gejala batuk berdarah bisa mengindikasikan adanya luka lecet pada saluran pernapasan, flek paru, atau peradangan pada paru atau saluran pernapasan. Sedangkan situs Alodokter merinci penyebab batuk berdarah utama di dunia adalah penyakit tuberkulosis (TBC), di mana Indonesia sebagai salah satu negara dengan banyak penderita.

Praktisi kesehatan dr. Veronika Ratih Mulyono, saat dihubungi VICE, menyebutkan beberapa kemungkinan penyebab seseorang batuk berdarah.

"Keluar darah dari hidung dan mulut itu karena ada pendarahan. Penyebabnya bisa karena pembuluh darah pecah karena tekanan darah terlalu tinggi, bisa juga karena pendarahan di lambung, di sirosis hati [kerusakan hati parah] saat pembuluh darah di esofagus (kerongkongan) pecah. Kalau dugaan keracunan bisa, tapi zatnya yang zat korosif bisa merusak mukosa [lapisan kulit dalam’ di saluran pencernaan," ujar Veronika. Namun, Veronika memastikan sakit jantung bukan penyebab seseorang bisa batuk darah.

Iklan

Kabar berpulangnya Helmud secara tiba-tiba di perjalanan segera memicu desakan dari aktivis agar polisi melakukan penyelidikan mendalam dan transparan. Dugaan peracunan, yang muncul dari preseden pembunuhan aktivis HAM Munir di penerbangan Jakarta-Amsterdam pada 2004 silam, muncul karena rekam jejak Helmud.

Berbeda sikap dengan Gubernur Sulut dan Bupati Sangihe, Helmud terang-terangan menentang pemberian izin pertambangan emas di Sangihe. Helmud sempat mengirim surat permintaan ke Kementerian ESDM pada akhir April lalu, meminta pembatalan surat izin operasi PT Tambang Mas Sangihe (PT TMS) karena alasan risiko kerusakan lingkungan.

“Bagi kita ini juga misterius sekaligus janggal kematian beliau ini, karena [menurut] perbincangan dan cerita-cerita, semuanya menunjukkan dia sehat-sehat saja awalnya. Kondisi fisik baik, namun tiba-tiba meninggal,” ujar Koordinator Nasional Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Merah Johansyah Ismail kepada CNN Indonesia. “Makanya ini janggal kematiannya karena dia juga posisinya cukup vital dan dia berseberangan dengan bupati dan gubernur sendiri. Ini menjadi high profile kematian dia.”

Surat Helmud ke Kementerian ESDM itu berbalas, namun baru setelah kematiannya. Dalam rilis pers Kementerian ESDM pekan lalu yang diterima VICE, secara implisit disebut bahwa kontrak karya PT TMS tak mungkin dibatalkan karena sudah disetujui pemerintah pada 1997 dan izin lingkungan sudah keluar tahun lalu.

Selain itu, mungkin untuk menenangkan penolak tambang, rilis menyebutkan bahwa luas wilayah yang sudah dieksploitasi baru 11 persen dari total luas wilayah yang diizinkan dalam kontrak karya. Janjinya, Kementerian akan mengevaluasi dan mengawasi ketat pelaksanaan pertambangan, serta tak akan segan memperciut luas wilayah eksploitasi.