FYI.

This story is over 5 years old.

Graffiti

Pemberontakan Seniman Graffiti di São Paulo

Wali Kota São Paulo, Brasil, hendak mengecat semua bangunan menjadi abu-abu. Seniman melawan kebijakan pemkot dengan membuat coretan warna-warni di banyak gedung.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News.

oleh Ella Jessel

Tak lama setelah menjabat sebagai Wali Kota São Paulo, João Doria berpose di depan Avenida 23 de Maio. Kawasan ini memiliki mural jalanan terpanjang di seantero Amerika Latin. Sang Wali Kota secara simbolik menimpa mural-mural meriah tersebut dengan cat kompresor warna abu-abu suram. Tindakan Doria itu merupakan awal dari "Operation Beautiful City" atau "Program Kota Indah"—sebuah prakarsa yang dicanangkan sejak 14 Januari dengan alasan merevitalisasi lanskap urban kota. Salah satunya menimpa tembok-tembok bergraffiti memakai warna dominan abu-abu. Kebijakan itu sontak memicu kembali perselisihan klasik antara pemerintah kota dan para seniman graffiti.

Iklan

Sebuah sisi bangunan apartemen mempertunjukkan mural karya seniman Apolo Torres, yang didaftarkan untuk kampanye global Education Is Not A Crime (Pendidikan Bukan Tindakan Kriminal). Semua foto dalam artikel ini oleh penulis.

Doria hendak menghapus warisan kesenian publik sepanjang 5,3 kilometer di 23 de Maio, yang sebelumnya digagas oleh pendahulunya, mantan Wali Kota Fernando Haddad sepanjang 2015. Para Paulistas alias seniman jalanan memandang kebijakan Doria sebagai langkah menghapus jejak peninggalan budaya yang digagas rivalnya. Sang Wali Kota baru juga berniat membubarkan gencatan senjata pemkot dengan para seniman graffiti. Semua pihak waswas akan terjadi perang graffiti di seantero São Paulo. Prediksi itu tepat sekali. Aksi Doria langsung memantik perang pilox yang baru mereda pekan lalu. Di minggu-minggu menjelang kunjungan Doria ke Avenida 23 de Maio, seniman dan pengunjuk rasa melawan warna abu-abu yang mengganggu itu, menggunakan paint-bomb di komplek-komplek perkantoran. Mereka juga melumuri aspal memakai warna-warna terang. Petugas kebersihan pemkot dipaksa menjalani siklus Sisifus. Setiap kali mereka membersihkan coretan itu, besoknya sudah ada yang baru. Seni jalanan di São Paulo, menyajikan keceriaan warna pada gedung-gedung pencakar langit yang kaku, terkenal di penjuru dunia dan mendapatkan dukungan publik. Namun anggota parlemen memiliki pandangan sinis. Doria terpilih berkat menjanjikan keteraturan pada kota itu. "Masa-masa kemurahan hati telah usai! Kini saatnya untuk otoritas," ujarnya selama kampanye. Doria mengulang operasi pembersihan dinding dari mural serta graffiti yang pernah dilakukan sebelumnya oleh pemkot: Clean City 2006 dan Operation Suffocate 2012.

Iklan

Mural raksasa oleh seniman Kobra mencakup satu sisi hotel menghadap ke Avenue Faria Lima.

Envio (bernama asli Marcus Vinícius), dikenal sebagai seniman graffiti dari perumahaan Grajaú. Dia juga menjadi kurator proyek 23 de Maio semasa Wali Kota Lama. Envio membandingkan tindakan keras Doria terhadap graffiti serupa karakter ular ouroboros yang memakan buntutnya sendiri. "Wali kota sebelumnya tidak ada masalah kok dengan graffiti, namuan sebelum masa jabatan dia, São Paulo menghadapi perselisihan yang sama. Kota ini ditimpa cat abu-abu dan para penulis mesti melawannya."

Envio, seniman graffiti terkenal di São Paulo, dan salah satu kurator untuk proyek Avenue 23 membandingkan tindakan keras baru-baru ini dengan mitos ular ouroboros yang memakan buntutnya sendiri.

Doria mencoba memadamkan kemarahan publik pada akhir Januari lalu. Dia mengusulkan pendirian museum dengan udara terbuka yang didedikasikan secara khusus untuk graffiti. Meski tawaran sang wali kota dianggap sebagai itikad baik, Envio menilai Doria gagal paham. "Kalau kamu hanya mengecat area-area yang diizinkan, kamu bukan seniman graffiti; kamu adalah seorang pembuat mural." Perang graffiti kini mereda sejak panas-panasnya pada Januari dan Februari. Perdebatan masih berlanjut di kota terbesar Brasil itu. Pada 23 Februari, muncul petisi agar Wali kota Doria tak lagi menimpa graffiti tanpa izin dari Departemen pelestarian sejarah dan budaya. Petisi itu diabaikan Pemkot. Pada pekan yang sama, Doria menandatangani peraturan yang lebih keras serta menambah nominal denda nominal denda bagi mereka yang tertangkap tangan membuat graffiti di tembok-tembok kota. Aturan itu berdampak pada penyelenggaraan Karnaval São Paulo. Para seniman mengenakan kostum menyerupai tembok polos dan menyanyikan lagu-lagu yang memprotes kebijakan kolot Doria.

Iklan

Salah satu mural di São Paulo

Kemarahan publik yang belum padam tidak mengejutkan—85 persen warga kota mendukung adanya graffiti di ruang terbuka, menurut jajak pendapat yang baru-baru ini diterbitkan Lembaga Survei Datafolha.

Graffiti indah memang disukai warga. Tapi ada pihak lain di kancah graffiti São Paulo yang terpinggirkan, bahkan dari kawasan Avenida 23 de Maio. Mereka adalah pembuat Pichação, langgam grafitti yang lahor di era 1980-an. Coretan itu sekarang melingkupi sebagian besar kota. Pichação adalah hasil karya geng-geng grafitti yang dikenal sebagai pichadores. Para anggotanya terkenal suka menantang maut dengan mendaki tembok tinggi lalu membuat protes politik dengan semprotan cat warna hitam. Tujuannya? "Memotret ulang kota ini untuk semua orang yang terasing dan terpinggirkan."

Pichação memenuhi bangunan-bangunan di jalanan kawasan Pinheiros.

Para politisi mencoba memecah belah para pichadore dan seniman graffiti, dengan menyematkan label "vandal" dan "seniman" untuk membedakan dua kelompok tadi. Kenyataannya tidak ada konflik antara kedua kelompok tersebut. "Bagi sebagian anak muda, mereka lebih sukses mengekspresikan diri lewat pichação. Ini merupakan suara [mereka], namun Doria tidak paham," kata Envio. Menyoal pichação, Doria bukan satu-satunya yang menginginkan agar kota "bersih" dan "indah." Banyak warga kota memandang pichação sebagai vandalisme dan penyebab meningkatnya penangkapan dan jumlah denda. Pensiunan PNS, Vera Texeiras, telah hidup di kawasan wisata Boco do Batman selama 30 tahun, adalah salah satunya. Dia bilang pichação adalah graffiti yang mengganggu mata sehingga tidak layak didukung. "Seni adalah satu hal, sedangkan pichação jelas bukan seni. Nih, di sini, itu seni. Tembok saya indah."

Seorang perempuan berpose di Beco de Batman Vila Madalena.

Pertanyaan yang kini diutarakan di jalanan-jalanan São Paulo adalah "Cidade Linda pra quem?" ("Kota indah menurut siapa?"). Kalimat tanya itu merupakan slogan protes yang menggema seiringan dengan perbaikan infrastruktur—yang menelan biaya mahal tapi kemudian segera terbengkalai—ketika Pemerintah Brasil memaksakan diri menjadi tuan rumah Piala Dunia  2014 dan Olimpiade Rio 2016. "Di São Paulo, dan di Brasil secara umum, pemerintah punya masalah-masalah lain yang lebih mendesak ditangani selain graffiti. Contohnya adalah kemiskinan, pendidikan, dan [layanan] kesehatan," ujar Envio. Foto utama artikel: Wali Kota São Paulo, João Doria yang belum lama dilantik, menyemprotkan cat abu-abu di Avenida 23 de Maio, jalan bermural terpanjang di Amerika Latin. Dia berusaha menggalakkan program 'Operation Beautiful City' yang menuai kecaman seniman.