FYI.

This story is over 5 years old.

Konflik Marawi

Duterte Dapat Hibah 5.000 Kalashnikov Dari Rusia Untuk Memerangi ISIS

Bantuan militer AS batal karena Filipina dianggap melakukan pelanggaran HAM dalam perang narkoba. Presiden Duterte berpaling pada Rusia untuk mengakhiri konflik Marawi.
Photo by Aaron Favila/Associated Press

This article originally appeared on VICE News.

Ketika sorotan internasional mulai meredup, tak banyak orang sadar bila konflik di Kota Marawi, Kepulauan Mindanao, masih terus berlanjut. Simpatisan Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) masih sanggup bercokol di selatan Filipina, dengan ambisi mendirikan kekhalifahan Islam Asia Tenggara dari sana. Karena butuh bantuan untuk memerangi militan, Presiden Filipina Rodrigo Duterte menghubungi beberapa negara. Amerika Serikat sedianya memberi bantuan, namun akhirnya batal karena Filipina dianggap melakukan pelanggaran HAM selama menggelar perang narkoba setahun terakhir yang telah menelan korban jiwa lebih dari 10 ribu orang.

Iklan

Rusia, di lain pihak, menutup mata terhadap catatan kelam Duterte soal narkoba. Pemerintah Rusia sepakat menghibahkan 5.000 pucuk senapan serbu Kalashnikov kepada militer Filipina pekan ini. "Kita resmi mendapat bantuan Kalashnikov," kata Duterte dalam pidatonya di Manila kemarin. Sebenarnya Rusia tidak ingin hibah mereka diumumkan, namun Duterte sepihak membuka perjanjian tersebut kepada publik.

Hibah ini menandai perubahan orientasi geopolitik Filipina di bawah kepemimpinan Duterte. Selama 60 tahun terakhir, Filipina adalah sekutu utama AS di Asia Tenggara. Negeri Paman Sam bahkan telah menggelontorkan dana lebih dari US$1 miliar untuk pertahanan Filipina. Setelah Duterte menjabat sejak Juni 2016, dia lihai mencari sekutu baru, mulai dari Cina hingga Rusia.

Awalnya, AS sudah berniat menjual 27.000 unit senapan serbu Sig Sauer. Rencana itu batal, setelah Kongres AS menyatakan pemerintahan Duterte melakukan pelanggaran HAM berat dengan menembak mati banda narkoba di jalanan tanpa pengadilan. Motor dari pembatalan bantuan senapan untuk militer Filipina adalah Senator Ben Cardin.


Tonton dokumenter VICE tentang perkembangan konflik Marawi yang tak kunjung berakhir:

Duterte mengaku tentaranya sangat butuh senapan baru untuk segera menumpas militan ISIS di kepulauan Mindanao. Tak lama setelah Rusia memberi hibah, Cina berjanji akan mengirimkan lebih dari 6.000 senapan mesin dan 100 senapan sniper buat Filipina.

"Kita bisa lihat, Pemerintah Rusia dan Cina melihat ada peluang untuk meraih kepercayaan dari Filipina," kata Phelim Kine, Wakil Direktur Human Rights Watch untuk Wilayah Asia. "Sejak awal, dua negara itu tidak mempermasalahkan kebijakan perang narkoba Duterte yang melanggar HAM."

Atase Pertahanan Rusia, yang menolak disebut namanya, menyatakan ribuan Kalashnikov ini akan tiba di pelabuhan Filipina akhir Oktober 2017. Selain itu, ribuan amunisi dan belasan truk militer juga dihibahkan oleh Rusia.

"Sepanjang ingatan saya, baru sekarang lah Rusia memberi kami hibat peralatan militer," kata Arsenio Andolong, juru bicara Kementerian Pertahanan Filipina. .