FYI.

This story is over 5 years old.

kesehatan

Kemungkinan Besar Caramu Mencuci Tangan Salah Total

Apalagi mereka yang mencuci tangan hanya 6 detik.

Untuk proyek sains kelas 4 SD, saya menguji berbagai jenis sabun guna mencari yang paling efektif menjaga kebersihan tangan. Sekarang, hampir 20 tahun kemudian sebagai kandidat doktoral mikrobiologi, saya berpikir, “Duh, dulu gue ilmuwan amatir banget dah!”

Eksperimen saya seharusnya melibatkan control group dan menanyakan pertanyaan yang salah. Alih-alih menanyakan merk sabun yang paling “efektif” dan mengklasifikasikan semua bakteria sebagai kuman, seharusnya saya menginvestigasi bagaimana cara mencegah pertumbuhan dan penyebaran bakteria yang menyebabkan penyakit tertentu, atau patogen.

Iklan

Pertanyaan ini sulit dijawab. Kasat mata, kamu tidak bisa menentukan bakteria mana dalam cawan petri yang “aman” dan mana yang menyebabkan penyakit. Beberapa mikroba patogen, seperti virus, tidak bisa dideteksi dalam agar-agar cawan petri.

Biarpun begitu, mengingat musim liburan akan tiba, menanyakan bagaimana cara mencegah patogen penyebab penyakit bukan hanya pertanyaan yang berguna bagi ahli mikrobiologis, tapi juga semua orang. Apakah mungkin kita bisa benar-benar menjaga tangan bersih dari kuman?

Ada dua strategi utama: Pertama adalah mengurangi massa mikroba secara keseluruhan—maksudnya, mengurangi jumlah bakteria, virus, dan tipe mikroorganisme lainnya. Kita bisa melakukan ini dengan cara mencuci tangan dengan sabun dan membilasnya dengan air. Zat kimia sabun membantu menyingkirkan mikroorganisme dari tangan kita dengan cara menonjolkan sifat licin kulit kita.

Penelitian menunjukkan bahwa mencuci tangan dengan sabun dan air secara efektif secara signifikan mengurangi jumlah bakteria penyebab diare.

Strategi kedua adalah membunuh bakteria. Kita bisa melakukan ini dengan menggunakan produk mengandung zat antibakteria seperti alkohol, klorin, peroksida, klorheksidin, atau triclosan. Beberapa penelitian akademis menunjukkan bahwa sabun antibakterial lebih efektif mengurangi beberapa jenis bakteria tertentu dibanding sabun lainnya.

Namun, ada satu masalah: Beberapa sel bakteria di tangan kita mungkin memiliki gen yang memungkinkan mereka tahan terhadap zat antibakterial. Ini artinya zat bakterial membunuh beberapa bakteria, tapi sisanya bertahan di tangan.

Iklan

Lebih jauh lagi, gen yang membuat bakteri tahan antibakterial bisa menyebar ke bakteria lain. Secara bersama-sama, bakteri “anti-bakterial” ini membuat penggunaan zat antibakterial tidak efektif. Lagian, penggunaan produk antibakterial jangka panjang bisa berdampak buruk bagi kesehatan.

Contohnya, studi menggunakan binatang dalam investigasi zat antibakterial triclosan, yang digunakan dalam sabun, pasta gigi, dan deodoran, ternyata bisa mengubah cara kerja hormon dalam tubuh. Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat telah melarang penjualan bebas produk sabun antiseptik yang mengandung triclosan dan banyak bahan aktif antibakterial lainnya.

Maka dari itulah, silakan gunakan sabun biasa dan air saja.

Berikut rekomendasi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS tentang cara membersihkan tangan: - Basahkan tangan dengan air bersih. - Gunakan sabun dan gosok setiap ujung tangan selama 20-30 detik. - Bilas dengan air bersih - Keringkan tangan dengan handuk bersih yang kering.

Saya kaget membaca sebuah penelitian yang mengindikasikan bahwa 93.2 persen dari 2.800 responden survei tidak mencuci tangan setelah batuk atau bersin. Sebuah penelitian baru juga menunjukkan bahwa di kalangan kota-kota pelajar, dari 3.749 orang, rata-rata waktu mencuci tangan hanya enam detik!

Kalau sabun dan air tidak tersedia, CDC merekomendasikan penggunaan zat alkohol pembersih tangan yang mengandung paling tidak 60 persen etanol. Alkohol memiliki spektrum yang luas bagi aktivitas antimikrobial dan lebih efektif melawan kuman dibanding zat antibakterial lainnya. Namun, pembersih tangan berbasis alkohol tidak akan efektif melawan semua jenis kuman.

Iklan

Adanya beberapa jenis bakteria tidak melulu hal yang negatif. Dalam lab tempat saya melakukan tugas disertasi, fokus saya adalah mengerti interaksi rumit antara tuan rumah dan bakteria. Perlu dimengerti bahwa bakteria yang hidup di dalam kita sangatlah esensial bagi kita sebagai tuan rumah, mengingat peran mereka dalam melindungi kita dari patogen.

Kita tinggal dalam dunia mikroba: triliun berbagai jenis bakteria menjajah kulit, usus dan mikrobiota kita. Bersama dengan ragi dan virus, mereka disebut mikrobiota manusia. Berbagai penelitian menyatakan bahwa asosiasi tuan rumah dengan mikrobiota adalah hal yang fundamental bagi keadaan biologis tuan rumah.

Mikrobiota bisa melindungi kita dari kuman dengan cara melatih daya kekebalan tubuh dan lewat resistansi kolonisasi: karakteristik mikrobiota usus yang memblok kolonisasi patogen.

Biarpun lebih banyak penelitian dibutuhkan untuk mengerti interaksi intrik antara komunitas mikrobial dengan sel tuan rumah, berbagai hasil penelitian yang konsisten mengilustrasikan bahwa populasi mikroba yang beraneka macam dan keseimbangan dari komunitas ini sangat penting bagi kesehatan kita.
Diet yang buruk, kurang tidur, stres, dan penggunaan antibiotik bisa menganggu komunitas mikroba tumbuh secara negatif, dan akhirnya membuat kita rentan terkena penyakit. Faktanya, jelas bahwa mikrobiota tubuh memegang peran aktif dalam mencegah dan kadang justru mengundang penyakit, tergantung situasi komunitas mikrobial itu sendiri.

Jadi sebetulnya pesan akhirnya apa? Jelas bahwa mencuci tangan dengan sabun cair dan air efektif dalam mengurangi penyebaran mikroorganisme berbahaya, termasuk yang tahan terhadap zat antimikrobial.

Ketika kamu tidak memiliki kesempatan untuk mencuci tangan setelah menyentuh permukaan kotor, gunakan pembersih tangan berbasis alkohol. Hindari menyentuh mulut, hidung dan mata menggunakan tangan.

Jangan lupa jaga kesehatan mikrobiota dengan cara menghindari stres, tidur yang cukup, dan “memupuk” mikroba usus dengan mengkonsumsi berbagai macam makanan berbasis tanaman. Ingat, dunia kita memang penuh dengan kuman.