Mari Belajar Pada Orang Yang Jatuh Dari Ketinggian Dan Berhasil Selamat

FYI.

This story is over 5 years old.

How Not to Die

Mari Belajar Pada Orang Yang Jatuh Dari Ketinggian Dan Berhasil Selamat

Jatuh menewaskan 420.000 ribu orang tiap tahun. Dari keterangan korban selamat, rupanya kita bisa mempelajari cara jatuh yang baik dan benar untuk mengurangi risiko.

Artikel ini pertama kali tayang di Tonic.

Alcides Moreno dan saudaranya Edgar adalah sepasang petugas pembersih jendela New York City. kakak beradik asal Ekuador bekerja untuk City Wide Window Cleaning. Hari-hari mereka dihabiskan menggantung di atas jalanan New York yang sibuk, membersihkan entah berapa meter persegi kaca gedung-gedung tinggi di Manhattan.

Tanggal 7 November 2007, kedua bersaudara ini masuk elevator menuju atap Solow Tower, sebuah bangunan apartemen 43 lantai di kawasan Upper East Side. setiba di atap, mereka lantas naik perancah berukuran 5,3 meter X 1 meter yang didesain untuk menurunkan kedua secara perlahan di samping kaca bangunan apartemen tersebut.

Iklan

Malang, jangkar yang menyangga platform sebesar 625kg itu lepa, melontarkan kedua sejauh 143m ke bawah gang sempit di bawah mereka. Proses jatuhnya kakak beradik ini berlangsung singkat—tak lebih dari enam detik.

Edgar, sang adik yang kala itu baru berusia 30 tahun, terlontar dari perancah dan jatuh menimpa pagar kayu. Nyawanya seketika melayang. Beberapa saat kemudian, sebagain tubuhnya ditemukan di antara puing-puing alumuniuem di gang kecil di sebelah apartemen.

Namun, regu penyelamat menemukan Alcides dalam keadaan masih bernyawa, terduduk di antara reruntuhan. Alcides masih sadar dan bernafas ketika paramedik memberikan tindakan "scoop and run"—sebuah taktik yang diambi ketika rumah sakit terletak tak jauh dari titik korban ditemukan dan luka yang diderita terlampau parah hingga membuat tindakan lapangan apapun sudah tak mungkin dilakukan. Moreno lantas dilarikan ke New York-Presbyterian Hospital/Weill Cornell Medical Center yang terletak empat blok dari tempat ia ditemukan.

Jatuh adalah salah satu penyebab kematian yang kerap dianggap sepele. Kita kadung terbiasa takut akan serangan teror, gigitan hiu, wabah ebola, atau bermacam bahaya yang mengancam keselamatan kita lainnya. Padahal, dalam setahun ada lebih dari 420.000 orang di seluruh penjuru dunia yang kehilangan nyawa karena jatuh. Jatuh menempati posisi kedua—setelah kecelakaan mobil—sebagai penyebab kematian akibat cedera. Di Amerika Serikat saja, jatuh telah menyebabkan kematian sebanyak 32.000 (lebih dari empat kali total jumlah kematian akibat tenggelam dan kebakaran). Perbandingan lain menunjukkan jumlah kematian akibat jatuh tiga kali lebih tinggi dari kematian akibat senjata api.

Iklan

Sumbangsih jatuh sebagai penyebab kematian makin kentara. Setidaknya menurut catatan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), jumlah pasien yang datang ke ruangan gawat darurat setelah jatuh karena kecelakaan angkanya tercatat hampir tiga kali lipat pasien kecelakaan mobil. Imbasnya, dana yang dihabiskan untuk merawat korban jatuh ini tak sedikit. Selain memakan sepertiga budget ruang gawat darurat, cedera yang akibat jatuh biasanya berujung pada klaim asuransi yang tak sedikit jumlahnya. Dalam sebuah kasus, seorang perempuan asal Irlandia berhasil mengantongi kompensasi sebesar 1,4 juta euro (Rp20 miliar) jatuh gara-gara terpeleset di dalam sebuah toko.

Ada penjelasan logis kenapa jatuh makan lebih banyak korban dari jenis kecelakaan lainnya. Kalaupun kamu tertembak atau tertabrak mobil, kamu setidaknya harus berusaha mendekati pistol atau mobil. Sementara agar bisa jatuh, kamu hampir tak perlu melakukan apapun. Jatuh tak bisa terjadi kapan saja.

Insiden jatuh yang spektakuler seperti yang menimpa Moreno bersaudara jelas jarang terjadi. Tempat yang sering jadi TKP jatuh bukanlah bukit curam atau atap gedung yang tinggi, namun lokasi sehari-hari yang tak tingggi-tinggi amat seperti bak mandi, koridor supermarket dan loteng rumah.

Celakanya, manusia sejatinya adalah makhluk dalam ruangan. Sebagai gambaran penduduk Amerika Serikat menghabiskan kurang dari 7 persen waktunya di luar ruangan dan 87 persen waktu mereka dipergunakand alam ruangan (sisa 6 persen waktu mereka digunakan dalam mobil dan kendaraan lainnya). Setiap jatuh, bahkan sesepele jatuh dari tempat tidur bisa mengubah jalan hidup kita. Jatuh bisa mengubah seorang yang bugar menjadi seorang yang tak bisa melukan apapun dalam hitungan detik.

Iklan

Jatuh bisa mengakibatkan patah tulang atau kadan cedera pada organ dalam, jaringan otak dan tulang belakang. "Siapapun bisa jatuh," ujar Elliot J. Roth, direktur medis unit pemulihan pasien di Shirley Ryan AbilityLab, Chicago. "Dan trauma otak dan cedera tulang belakang paling parah justru dialami oleh mereka yang tak memiliki catatan disabilitas."

Kendati, tentunya, belum ada jurnal ilmiah khusus membahas jatuh dan dampak buruk jatuh, riset tentang jatuh, gaya berjalan dan keseimbang meningkat belakangan. Kemajuan teknologi membantu kita memahami kenapa dan bagaimana orang bisa jatuh, menawarkan kemungkinan untuk memperkecil dampak buruk jatuh, serta meningkatkan kemampuan merawat mereka yang terluka karena jatuh.

Malah, ilmuwan kini menganjurkan kita untuk belajar jatuh yang benar hingga cedera bisa diminimalisir—mereka mengajak kita melihat jatuh sebagai kecelakan yang tak bisa dihindari tapi sebagai kecelakaan yang siap kita hadapi. Seandainya saja Moreno bersaudara berlatih jatuh dengan baik hampir sepuluh tahun lagi, kemungkinan besar kejadiannya tak akan setragis itu.

Para dokter di NewYork-Presbyterian tak mau mengambil resiko memindahkan Alcides Moreno dari ruang UGD ke ruang operasi. Mereka khawatir betul goncangan sedikit saja bisa membahayakan nyawanya. Alcides menderita patah tulang di dua tulang kaki, lengan, telapak kaki, beberapa tulang rusuk dan di bagian tulang belakang yang hampir membuatnya lumpuh. Paru-parunya mengalami kerusakan, otaknya bengkak dan beberapa organ lainnya juga hancur. Alcides menghabiskan 24 labu darah dan 19 labu plasma sebelum pendarahan benar-benar berhenti.

Iklan

Para dokter yang merawatnya takjub bahwa Alcides bisa selamat sampai mereka menganggapnya sebagai sebuah "keajaiban," sesuatu yang sebenarnya tak dikenal dalam ilmu kedokteran.

Jika anda jatuh dari ketinggian 90 meter, hasilnya pasti fatal, kecuali anda benar-benar beruntung. Beberapa orang pernah jatuh dari atas pesawat dan selamat lantaran mendarat di tumpukan salju di tepi buki, seperti yang dialami atlit ski ekstrem Devin Stratton. Pada bulan Januari 2017, David Stratton jatuh dari ketinggian 45 meter saat bermain ski di bukit pegunungan Utah dan selamat lantaran tubunya tersangkut ranting pohon dan mendarat di tumpukan es. Stratton mengenakan helm, yang retak saat dia jatuh. Hebatnya, kamera di helm itu sempat mereka insiden kecelakan yang dialami Stratton.

"Yang bahaya itu bukan jatuhnya," seturut sebuah kelakar di kalangan penggiat skydiving. "Tapi berhenti mendadak pas menyentuh bumilah yang bikin mati." Perlambatan adalah kunci untuk selamat dari jatuh dan mengurangi cedera—lamanya proses jatuh sejatinya tak relevan, yang penting adalah apa yang terjadi saat kamu mendarat. Hal ini pernah secara dramatis diperagakan oleh seorang skydiver dan pakar keselamatan Luke Aikens pada musim panas 2016. Dia meloncat tanpa menggunakan parasut dari ketinggian 25.000 kaki dan mendarat sebuah jaring berukuran 30 meter kali 30 meter yang dipasang di gurun California selatan. Aikens selamat tanpa luka sedikitpun.

Iklan

Salah satu teori yang muncul mengatakan bahwa Alcides selamat karena ketika perancah lepas, dia segera berbaring dan berpegangan pada lantai platform seperti yang diajarkan dalam latihan bagi para pembersih kaca gedung bertingkat. Perancah malang itu jatuh di jalanan sempit di samping apartemen, bukan di jalan raya—gaya gesek dengan udara mungkin memperlambat kecepatan jatuhnya perancah. Perancah juga kemungkinan besar bergesekan dengan tembok apartemen dan bangunan lain di sekitarnya, lagi-lagi ini memperlambat jatuhnya Alcides. Aluminium—bahan pembuat perancah—ringsek setelah menyentuh permukaan tanah dan mendarat di tumpukan kabel, yang menyerap tumbukan, dan menjadi tempat mendarat yang terhitung empuk.

Selamatnya seseorang setelah jatuh dari ketinggian menjadi inspirasi tulisan medis pertama tentang jatuh. Hippocrates, dalam tulisannya mengenai cedera di kepala, mencatat bahwa "siapapun yang jatuh dari titik yang sangat tinggi dan mendarat dengan keras di atas obyek tumpul berpeluangan paling besar menderita patah tulang, sedangkan mereka yang mendarat di permukaan yang cenderung datar dan lembut kemungkinan akan menderita lebih sedikit cedera." makalah pertama yang membahas tentang jatuh ditulis oleh Philip Turner dengan judul "'A fall from a cliff 320 feet high without fatal injuries,' diterbitkan Guy's Hospital Gazette pada 1919. Isinya kajian tentang seorang kopral Kanada yang jatuh dari bukit kapur di pantai Perancis pada tahun 1916 dan selamat.

Iklan

Pada tahun 1917, seorang kadet angkatan udara Amerika Serikat Hugh DeHaven tengah menerbangkan pesawat Curtiss JN-4 "Jenny" ketika bertabrakan dengan pesawat dua mesin lainnya di atas Texas.. Dari empat orang penumpang, hanya DeHaven yang selamat. Sepanjang sisa karirnya, DeHaven berusaha memecahkan kenapa "mukjizat" ini bisa terjadi. Hasil penyelidikannya dituangkan dalam sebuah makalah berjudul, 'Mechanical analysis of survival in falls from heights of fifty to one hundred and fifty feet.'

Dalam makalah tersebut, DeHaven mempelajari kasus 8 orang yang selamat setelah jatuh dari ketinggian—kasus DeHaven sendiri dikesampingkan sementara kasus kopral Kanada beruntung itu dimasukan—dan menarik kesimpulan bahwa mereka yang mendarat di sebuah kebun baru digarap bisa selamat, sembari mengatakan: "kecepatan jatuh dan ketiggian tak serta merta membahayakan." sepintas ini mengingatkan kita pada kelakar para skydiver di atas, namun riset yang dilakukan oleh DeHaven menjadi inspirasinya membuat dan mempatenkan sabuk pengaman dan pelindung legan yang digunakan di hampir semua mobil yang dipasarkan saat uni.

Sampai dekade 60-an dan 70-an, riset tentang jatuh masih menekankan di sisi forensik—subyek penelitian kebanyakan sudah tewas dan berisi pertanyaan medis tentang apa yang terjadi pada mereka. Penelitian semacam ini berguna misalnya untuk merawat trauma pada anak-anak—misalnya untuk melihat apakah sang anak mengalami trauma karena jatuh dan kekerasan yang dilakukan penjaganya. Jatuh sebagai sebuah masalah problem yang terpisah dan kronis baru jadi perhatian di seperemapt abad terakhir. Jurnal Movement Disorder mulai terbit pada tahun 1986, namun makalah yang membahas hubungan antara keseimbangan, gaya berjalan dan jatuh pada permukaan datar baru muncul setelah tahun 2000.

Iklan

Kamu bisa saja terpeleset saat berjalan. Tapi, percayalah seseorang yang berdiri di atas batu yang kokoh pun bisa jatuh—entah itu karena vertigo, hilang kesadaran atau dalam kasus Moreno bersaudara lantaran sesuatu yang seharusnya kuat malah rusak. Di mana pun dan kapanpun kalian jatuh, harap diingat bahwa yang berkuasa adalah gravitasi dan dalam sekejap drama di mulai. Layaknya drama lainnya, jatuh juga punya permulaan, pertengahan dan akhir.

"Ada tiga tahapan jatuh: inisiasi, jatuh, dan dampaknya," ujar Stephen Robinovitch, profesor di School of Engineering Science dan Department of Biomedical Physiology and Kinesiology di Simon Fraser Univeristy, British Columbia, Kanada. "Sebagian besar penelitian dalam bidang insiden jatuh, berkaitan dengan 'pemeliharaan keseimbangan'—bagaimana kita melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan, dan transferring tanpa kehilangan keseimbangan."
Yang dia maksud dengan "transferring" adalah berubah posisi: berjalan lalu berhenti, dari baring lalu berdiri, atau dari berdiri ke duduk di kursi. "Kami menemukan bahwa insiden jatuh yang dialami orang tua dalam jangka waktu panjang biasanya terjadi saat berdiri atau transferring itu," ujar Robinovitch, yang memasangkan kamera di panti jompo di Kanada dan menganalisa 227 insiden jatuh selama tiga tahun. Hanya 3 persen terjadi karena terpeleset dan 21 persen karena kesandung, dibandingkan dengan 41 persen akibat perpindahan berat tubuh yang tidak tepat—ayunan berlebihan saat berjalan, atau salah langkah saat berjalan. Misalnya, seorang perempuan lansia berjalan dengan tongkat sehingga bagian atas tubuhnya terangkat dan bergerak sementara kakinya tidak. Dia terpeleset, karena "pembekuan," gejala umum penyakit Parkinson, yang dialami hampir setengah pasien pengidap. Pada umumnya, lansia paling rentan jatuh karena mereka lebih mungkin terkena penyakit yang mempengaruhi kognisi, kordinasi, kekuatan, dan kelincahannya. "Hampir apapun masalah otak atau otot atau persendian, akan mempengaruhi keseimbangan tubuh," ujar Fay Horak, profesor syaraf di Oregon Health & Science University. Luka-luka akibat jatuh bisa berujung pada kematian bagi lansia di atas usia 60 tahun, menurut Horak. Setiap tahunnya, hampir sekitar 30 persen lansia berusia 65 tahun ke atas mengalami insiden jatuh, dan ketika mereka mencapai usia di atas 80 tahun, angka itu meningkat menjadi 50 persen. Sepertiga insiden jatuh tersebut berujung pada luka-luka, menurut CDC, dengan 5 persen berujung pada cedera serius. Dan mengobatinya memakan banyak uang. Pada tahun 2012, rata-rata biaya rumah sakit untuk merawat insiden jatuh sebesar $34.000 (sekitar Rp 450 juta). Bagaimana kamu mengantisipasi insiden jatuh, apa yang mesti kamu lakukan ketika jatuh, dan apa yang kamu timpa saat jatuh—semua ini menentukan separah apa lukamu. Dan kondisi kamu seperti apa, adalah kuncinya. Yale School of Medicine meneliti 754 responden berusia di atas 70 tahun, diterbitkan pada Journal of the American Medical Association pada 2013, menemukan bahwa semakin serius disabilitas seseorang sebelum jatuh, semakin mudah dia terluka parah akibat jatuh. Bahkan apa yang kita makan turut menjadi faktor: sebuah penelitian terhadap 6,000 lansia Prancis pada 2015 menemukan kaitan antara nutrisi buruk, insiden jatuh, dan terluka akibat jatuh. Alcides Moreno menjalani 15 operasi dan sempat koma selama berminggu-minggu. Dia dikunjungi ketiga anaknya: Michael, 14 tahun, Moriah, 8 tahun, dan Andrew, 6 tahun. Istirnya, Rosario, menemaninya di ranjang rumah sakit, dan berbicara padanya. Berulangkali Rosario menggerakkan tangannya dan memandunya untuk mengelus rambut dan wajahnya, berharap sentuhan tersebut akan membuatnya sadar. Lalu pada hari Natal, Alcides mengelus wajah seorang perawat. "Kamu kok begitu," tegur Rosario. "Kan aku istrimu. Kamu pegang-pegang istrimu lah harusnya." "Lah emangnya aku ngapain?" tanya Alcides. Itulah kali pertama dia berbicara setelah insiden jatuh, 18 hari sebelumnya. Para dokter memprediksi dia bisa kembali berjalan setelah masa rehabilitasi panjang. Meski ternyata tantangannya bukan hanya pada kondisi fisik namun juga mental. Orang-orang yang jatuh menderita luka-luka fisik, tapi kecelakaan terjatuh bisa membawa beban psikologis berat yang menghalangi masa penyembuhan, dan justru bisa membuat dia terjatuh lagi. Anak-anak mulai berjalan, dengan bantuan, pada usia sekitar satu tahun. Saat berusia 14 bulan mereka sudah bisa berjalan tanpa bantuan. Langkah-langkah mungil pertama ini dipandu oleh tiga sistem tubuh utama. Yang pertama adalah proprioception—input dari syaraf menuju otot, bagaimana anggota tubuh saling terhubung. Orang-orang yang organ tubuhnya kebal memiliki kesulitan berjalan bahkan jika otot mereka berfungsi dengan baik.
Yang kedua adalah pengelihatan, bukan hanya untuk melihat arah, namun juga membantu memproses informasi dari indra lainnya. "Sebagian besar orang berjalan ke dalam ruangan gelap akan goyah lebih mudah ketimbang kalau mereka bisa melihat—kira-kira bedanya 20 persen," ujar Horak, pakar soal bagaimana kelainan syaraf mempengaruhi keseimbangan tubuh.

Iklan

Faktor ketiga adalah sistem vestibular, kanal-kanal cairan dalam telinga yang cara kerjanya tak jauh berbeda dari tingkatan tukang kayu. Sistem ini mengukur dalam tiga dimensi, dan tubuhmu menggunakan data untuk mengorientasikan diri sendiri.
Dengan beragam sistem mengerjakan pekerjaan ini, kamu bisa melangkah dan mulai berjalan, sesuatu yang dideskripsikan seniman performans Laurie Anderson dalm sebuah lagu dengan akurasi ilmiah: "You're walking, and you don't always realize it/ But you're always falling/With each step, you fall forward slightly/ And then catch yourself from falling/ Over and over." Atau kamu tak menangkap diri sendiri. Kita terjatuh ketika proses berjalan yang mulus menjadi tersendat. Mungkin ini adalah sesuatu yang kasar karena langkahmu diblok sebuah rintangan: kamu tersandung kaki orang iseng. Atau kamu terpeleset karena permukaannya licin, seperti di film-film orang kesandung kulit pisang. Christine Bowers berusia 18 tahun. Dia berasal dari New York upstate dan seorang pelajar di Moody Bible Institute di Chicago. Suatu hari dia bermimpi mengajar Bahasa Inggris di luar negeri. Pada Januari 2016 dia mengalami malformasi—pembuluh darah di dalam otaknya—diangkat. "Hal ini melumpuhkan sisi kiri saya," ujarnya, seraya terapis fisiknya mengikatkannya pada harnes kompleks dalam ruangan besar berisi peralatan di Shirley Ryan AbilityLab. "Saya sedang berusaha menghindari insiden jatuh." Di bawah pengawasan Ashley Bobick, terapis ini, Bowers berjalan pada KineAssist MX, treadmill dengan komputer dengan lengan dan harnes robotik pada bagian belakang. Lengan baja membantu pasien bergerak leluasan namun menangkap mereka jika terjatuh. Versi ini terbilang cukup baru — AbilityLab mendapatkannya pada akhir 2016 dan Bower adalah pasien kedua Bobick yang mencobanya. Sebelumnya, mereka yang berisiko terjatuh ditambatkan trek di atas kepala, sistem jasar, yang bisa terlihat pada langit-langit.
Sebagai pelajar, Bowers seringkali mendapati dirinya di tengah-tengah lorong kampus, dan berkata dia menggunakan tongkatnya untuk mengingatkan orang sekitar bahwa dia memiliki permasalahan pergerakan. Melihat tongkat ini, teman-teman sekelasnya memberinya ruang ketika terburu-buru di koridor. Meski begitu, dia tetap sering terjatuh dan insiden jatuh membuat dia sedikit ragu dan was-was saat berjalan, sebuah permasalahan serius dalam rehabilitasi pasien insiden jatuh. "Ini persoalan serius," ujar Bobick. "Ketakutan terjatuh malah membuatmu berisiko terjatuh."
Elliot Roth setuju. "Insiden jatuh biasanya disebabkan oleh ketakutan terjatuh, dan ketakutan terjatuh seringkali menyebabkan cara berjalan abnormal dan tak pas," ujarnya. Sebuah tantangan rehabilitas adalah untuk meningkatan kapasitas fisik, namun juga membangun kepercayaan diri pasien. "Kami telah melakukan apa yang disebut sebagai 'pelatihan gangguan' di mana saya mendapati perubahan pada kecepatan treadmill," ujar Bobick. "Dia berjalan, saya menekan tombolnya, dan treadmill ini mulai berjalan dan dia mesti bereaksi… ketakutan terbesarnya adalah terpeleset pada permukaan es, jadi saya bilang, 'Saya punya ide bagus untuk melatih itu.'" Treadmil ini berbunyu seraya Bobick menambah atau mengurangi kecepatan, dan Bowers, tangan kanannya memegangi bagian tubuh kiri yang lumpuh, kesulitan menjaga keseimbangan. "Kamu sudah lebih mahir," ujar Bobick. "Kamu sudah jauh lebih hebat."
KineAssist adalah contoh bagaimana teknologi yang dulunya digunakan untuk mempelajari penyakit kini digunakan untuk membantu pasien. Pemindaian otak canggih, telah menemukan area-area yang bertanggung jawab atas keseimbangan, kini mendiagnosis kerusakan yang mempengaruhinya. Akselerometer pada pergelangan kaki dan tangan orang-orang telah digunakan dalam berbagai eksperimen, dan memasukan data insiden jatuh ke dalam komputer untuk penelitian, dan kini digunakan untuk mendiagnosa permasalahan keseimbangan—atau untuk mendeteksi ketika seseorang hidup sendiri terjatuh dan membutuhkan bantuan.

Iklan

"Lebih dari satu setengah lansia yang terjatuh tidak bisa bangun dengan sendirinya, dan berisiko terkena 'long lie' setelah terjatuh, terutama jika mereka hidup sendirian, yang bisa meningkatkan konsekuensi klinis," ujar Stephen Robinovitch. Dia dan koleganya bekerja untuk mengembangkan sistem sensor yang dapat digunakan yang mendeteksi insiden jatuh dengan akurasi tinggi, dan juga menyediakan informasi soal penyebabnya, dan soal "hampir jatuh." Peneliti di Massachusetts Institute of Technology tak lagi memedulikan soal "wearabke" dengan mengembangkan sistem gelombang radio yang mendeteksi ketika seseorang telah terjatuh dan secara otomatis meminta bantuan. Sistem Emerald ditunjukkan di Gedung Putih pada 2015 dan masih mencari cara masuk ke pasaran yang dipadati alat-alat yang mendeteksi jatuh.

Untuk memperlunak dampak jatuh gak perlu alat high-tech juga sih. Para pegulat menggunakan matras, atlit American football menggunakan semacam busa pelindung. Nah, mengingat kaum manula di atas 70 tahun memiliki kecenderungan jatuh 3 kali lebih besar dibanding orang muda, kenapa mereka gak memanfaatkan alat-alat ini?

Manfaat dari menggunakan bantalan sudah jelas. CDC memperkirakan sekitar $31 miliar dihabiskan setiap tahunnya untuk perawatan medis mereka-mereka yang berumur 65 tahun akibat cedera jauh—$10 juta habis untuk perawatan retak tulang pinggang (90 persen diakibatkan oleh jatuh). Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bantalan bisa mengurangi efek bahaya dari jatuh.

Iklan

Sayangnya, secara mental, orang tua tidak beda jauh dengan yang muda. Entah karena gengsi, lupa, atau kurang hati-hati, mereka menolak menggunakan pengaman. Semakin banyak manula yang kini menggunakan tongkat atau alat bantu jalan, namun tetap saja banyak yang menolak. Alasannya? Banyak yang menganggap alat bantu jalan itu tanda kelemahan, takdir yang dianggap lebih buruk daripada kematian (80 persen perempuan tua mengatakan dalam sebuah penelitian bahwa mereka memilih mati daripada hidup dengan tulang pinggang yang rusak). Ini menimbulkan masalah baru berhubungan dengan jatuh: karena takut terlihat lemah, banyak orang tua menolak menggunakan tongkat, dan meningkatkan resiko jatuh.

Lantai berbantal sebenarnya ideal karena anda tidak diharuskan rajin menggunakan tongkat atau pengaman. Masalahnya, ini solusi yang mahal dan menantang secara teknis. Apabila bantal lantai terlalu tinggi, kursi roda tidak akan bisa digunakan dan berjalan akan semakin sulit. Inilah sebabnya banyak panti jompo tidak menggunakan karpet tebal. Seiring bertambahnya umur, manusia tidak lagi mengangkat kaki ketika berjalan, meningkatkan resiko tersandung karpet.

Ada beberapa material yang memang didesain untuk meredam efek cedera akibat jatuh. Kradal adalah teknologi lapisan lantai tipis dari Selandia Baru yang mampu menyerap energi apapun yang jatuh menimpa, mengurangi tekanan jatuh. Sebuah penelitian seputar lantai di panti jompo Swedia menemukan biarpun Kradal mampu mengurangi angka cedera manula yang jatuh, timbul problema baru: Manula semakin sering jatuh ketika berjalan. Jadi biarpun dampak jatuh berhasil dikurangi, frekuensi jatuh malah semakin bertambah.

Iklan

Satu teknologi anti-jatuh yang tidak umum digunakan adalah alat bantu pendengaran. Biarpun sistem vestibular telinga bertanggung jawab atas keseimbangan tubuh, ternyata suara juga memiliki peranan. "Kami menemukan bahwa individu yang kehilangan pendengaran lebih sulit menjaga keseimbangan dan jauh meningkat kondisinya setelah menggunakan alat bantu pendengaran," jelas Linda Thibodeau, seorang profesor dari University of Texas di Dalla's Advanced Hearing Research Center. "Kebanyakan orang tidak tahu akan hal ini."

Horak mengamini dan mengatakan bahwa orang-orang yang telah menjalani operasi cangkok koklea guna memperbaiki pendengaran juga membaik tingkat keseimbangannya. Memang iya dalam perihal keseimbangan tubuh pendengaran tidak sepenting propriosepsi, penglihatan atau sistem vestibular, jelasnya, "Tapi nyatanya sistem pendengaran juga memiliki peran. Sepertinya pendengaran bisa membantu seseorang mengatur orientasi diri."

Thibodeau mengatakan alasan penting kenapa dua hal ini harus dihubungkan adalah karena perusahaan asuransi normalnya tidak mengkover alat bantu pendengaran yang dilihat lebih sebagai alat bantu gaya hidup dan bukan kebutuhan dasar kesehatan. Alat bantu pendengaran memang mahal harganya—bisa mencapai $6.000—tapi patah tulang pinggang, yang justru dikover perusahaan asuransi, bisa lima atau sepuluh kali lebih mahal dari angka tersebut dan dapat menyebabkan kelumpuhan atau bahkan kematian.

Iklan

Lebih dari separuh manula berumur 70an memiliki gangguan pendengaran, namun biasanya 10 atau 20 tahun terlambat dalam meminta bantuan. Apabila lebih banyak orang paham hubungan antara keseimbangan tubuh dan resiko jatuh, mungkin lebih banyak manula akan mencari bantuan lebih awal.

Biarpun berjalan dianggap sebagai proses yang otomatis, menjaga keseimbangan merupakan bagian dari proses kognitif yang dicapai dengan cara memproses berbagai informasi. Tumpukan informasi yang terlalu banyak dapat membuat kita kehilangan fokus dan terjatuh, terutama bagi orang-orang yang sudah menurun keadaan fisik atau kognitifnya.

Mengingat mahalnya biaya penanganan cedera jatuh bagi individu dan masyarakat, dan semakin banyaknya informasi seputar insiden jatuh, apa yang kira-kira bisa dilakukan untuk mencegah hal ini terjadi? Apa juga yang bisa dilakukan ketika anda jatuh untuk meminimalisasi cedera?

Menyiapkan lokasi jatuh yang pas
Kencangkan karpet yang longgar, atau buang sekalian. Pastikan tangga memiliki pencahayaan yang cukup. Jaga lantai agar bersih dari obyek. Pasang pegangan dalam kamar mandi, hindari level, dan pastikan permukaan lantai tidak licin.

Jaga Rutinitas
Berhati-hatilah dalam melangkah. Jangan berjalan sambil membaca atau bermain ponsel. Selalu memegang tralis—banyak orang tidak melakukan ini ketika naik turun tangga. Jangan masukan tangan dalam kantong, karena ini mengurangi kemampuan menjaga keseimbangan ketika badan oleng. Ingat bahwa keseimbangan anda bisa terganggu ketika memegang koper berat, atau tas punggung.

Iklan

Roth meminta pasiennya yang pernah jatuh untuk menjelaskan kenapa mereka jatuh. "Seringkali orang kurang perhatian. Orang harus menghindari multi-tasking. Jangan texting sambil berjalan kaki." Semakin berat anda menjaga keseimbangan, semakin banyak perhatian yang dibutuhkan, kata Horak. "Apabila anda membawa ransel besar atau berjalan di atas permukaan yang licin, anda tidak akan bisa fokus mengobrol."

Perlengkapi Dirimu
Kenakan sepatu bersol tebal. Jangan gunakan sepatu hak tinggi, dan selalu siapkan sepatu flat untuk berjalan kaki. Beli alat bantu pendengaran apabila dibutuhkan. Gunakan helm ketika bersepeda, main ski atau skateboard. Apabila sedang jalan mendaki, gunakan tongkat.

Kuatkan Tubuh
Otot tubuh bawah sangat penting untuk bisa bangkit setelah jatuh, sementara otot tubuh atas penting untuk menghindari insiden jatuh. Berlatih seni bela diri bisa membantu anda belajar cara jatuh yang benar. Beberapa faktor yang kerap terlibat dalam insiden jatuh adalah penggunaan narkoba, alkohol—lebih dari separuh insiden jatuh orang tua diasosiasikan dengan penggunaan alkohol—dan kurang tidur. Ikuti program diet yang seimbang untuk meningkatkan ketahanan tulang dan kekuatan otot. Apabila anda merasa pusing, segera duduk.

Bisa dimengerti bahwa banyak kaum manula menolak untuk membahas topik ini saking takut kejadian. "Orang harus tahu bahwa keseimbangan bisa ditingkatkan dengan cara berlatih, bahkan ketika mereka memiliki gangguan neurologis," jelas Horak.

Jatuhlah dengan benar
Peneliti insiden jatuh tengah mengembangkan "respon pendaratan yang aman" untuk mengurangi dampak jatuh. Ketika jauh, selalu lindungi kepala anda dulu—37 persen insiden jatuh orang tua berdasarkan penelitian Robinovitch selalu melibatkan kepala mereka, terutama ketika jatuh ke depan. Pelatih seni bela diri dan peloncat parasut selalu mendorong orang untuk tidak jauh ke depan atau ke belakang. Kuncinya adalah berguling, biarkan bagian tubuh anda yang tebal menyerap dampak jatuh.

"Berusahalah untuk menahan jatuh dengan tangan di belakang," jelas Chuck Coyle, ahli seni bela diri dari Lyric Opera di Chicago ketika menjelaskan bagaimana aktor drama dianjurkan untuk jatuh. "Sebar rata berat paha, kaki dan pantat, dan bergulinglah. Jangan jatuh di atas punggung."

Banyak orang muda tulang pergelangannya patah karena menahan jatuh dengan tangan terlalu cepat. Orang tua tulang pinggangnya sering patah karena justru terlalu lambat menggunakan tangan ketika jatuh. Mendingan patah pergelangan lah dibanding tulang pinggang.

Alcides Moreno menjalani pelatihan terapi fisik di Kessler Institute for Rehabilitation di New Jersey guna menguatkan otot kaki, mengembalikan keseimbangan tubuh dan agar bisa kembali berjalan. Terapi pengobatan dan konseling juga dibutuhkan karena Alcides depresi setelah kehilangan kakak laki-lakinya, Edgar.

Alcides tidak bisa kembali bekerja namun memenangkan tuntutan bernilai jutaan dollar terhadap perusahaan konstruksi tempat dia bekerja. Pengadilan Manhattan memutuskan bahwa Tractel, perusahaan konstruksi tersebut lalai memasang platform sesuai ketentuan. Jumlah pastinya tidak disebutkan, tapi sebuah sumber mengatakan keluarga Edgar menerima lebih dari $2.5 juta

Alcides dan keluarganya pindah ke Arizona dan tinggal di luar Phoenix. "Cuaca di sini baik untuk tulang saya," jelasnya ke New York Post. Kini dia sibuk mengantarkan anaknya ke sekolah dan sering menghabiskan waktu berlatih di gym.

Tahun lalu, istrinya melahirkan anak keempat mereka. Bayi lelaki.

"Saya sering bertanya ke diri sendiri kenapa saya masih hidup," ujarnya saat diwawancarai BBC. "Kini saya memiliki seorang bayi baru—mungkin ini alasannya, agar saya bisa membesarkannya dan menceritakan kisah hidup saya."

Artikel ini pertama kali ditayangkan di rubrik Wellcome dalam situs sains Mosaic. Cerita ini dimuat ulang mengacu pada Creative Commons license.